TWILIGHT

Sebagai iblis berwajah manis, tentu aku selalu berpikir optimis. Melakukan semua hal dengan praktis, termasuk melenyapkan nyawa seseorang dengan sadis.

Dua bulan lalu lelaki berkulit langsat, tinggi dan memiliki senyum memikat, kupaket ke neraka dengan dua tusuk gigi yang tertancap di kedua matanya yang biasa jelalat.

Sebenarnya aku suka, tapi jijikku lebih banyak tentunya.

Dia yang ke 336, atau mungkin lebih dari itu. Entah, aku lupa.

Jika maksudmu bagaimana bisa aku membunuh tanpa ketahuan?Jawabannya sebab aku tak memiliki sidik jari, degup pun sering hilang sendiri.

Aku sejenis apa? 
Sudah kukatan, aku iblis yang manis!
...
"Biel!"

Aku tahu milik siapa suara itu, Riimaa.

"Kenapa?" Aku menutup buku, lalu berangsut menuju pintu.

Tinggal di asrama sedikit menyebalkan, baunya busuk dan aku tidak tahan.

"Ingat Auriga?"

Durasi satu detik aku langsung memiliki gambaran tentang gadis itu. Mandiri, selalu ingin tahu dan ambigu.

"Dia kenapa?" Tanyaku tak acuh

"Dia kembali," sebuah senyum menggantung di sana

"Bagus,"

Malas mendengarkan cerita Riimaa, aku langsung beranjak ke tempat tidur, lalu mematikan lampu dan membiarkannya tetap berdiri di situ.
...
"Pagi!" Seulas senyum menyambut di meja makan

Luci namanya, gadis periang penyuka binatang.

"Hmn," sahutku sambil memiringkan bibir ke arahnya

PRAKK! Sebuah piring mendarat kasar di depanku.

"Auriga,"

"Kembalikan punyaku, Bi!" Bentaknya tak terkendali

Aku tak peduli dan lebih memilih untuk menikmati segelas kopi.

Semetara yang ada di ruangan ini, tentu menatap ke arah kami.

"Kembalikan!" Bentaknya lagi

Cangkir yang kugenggam direbut olehnya, lalu dijatuhkan tanpa iba.

Kutatap kedua mata Auriga yang memerah, ah seandainya itu darah.

"Apa?" Seulas senyuman kupaparkan

PLAKK!
Pipiku berdenyut, tapi tetap tidak kalut.

"Auriga?"

Bisik-bisik tak percaya dan penuh tanya memenuhi kantin asrama.

"Kembalikan sahabatku!"

Setetes, dua tetes, lalu berubah deras. Dia menangis?

"Dia sudah lama mati!" Tegasku lalu beranjak pergi
...
Seandainya Auriga tidak melenyapkan Kenzo dari muka bumi, mungkin kita tetap sehati. Menjadi yang paling setia kawan, bukan saling meninggalkan.

Dan itu sudah menjadi pilihan, jadi tidak perlu lagi dipermasalahkan.

Biarkan aku menjadi penghianat, lari dari takdir jika aku seorang malaikat.
_
***
Bivisa

0 Response to "TWILIGHT"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel