Kumpulan Puisi Sedih Tema Air Mata Beserta Penulisnya

Sedang bersedih? Baca kumpulan puisi air mata di bawah ini siapa tahu ada yang pas mewakili hatimu!

Pada kesempatan kali ini berbahagialah kamu para pecinta puisi galau karena kami akan memberikan beberapa contoh puisi galau tema air mata. 

Banyak sekali puisi air mata yang akan dibawakan, seperti puisi air mataku, puisi air mata ibu, puisi air mata rindu sampai puisi air mata cinta. 

Bagi yang penasaran langsung saja baca karya-karya luar biasa di bawah ini: 


Kumpulan Puisi Sedih Tema Air Mata Beserta Penulisnya

Bahwasanya air mata tiadalah ia memilih tempat untuk jatuh, tidak pula memilih waktu untuk turun.
- Buya Hamka

Hari ini, malam ini, detik ini aku kembali mengingatmu.
Tangis tak lagi bisa kutahan sebab perih yang tak terbilang.
Rasanya benar-benar menyiksa seluruh tubuh.
Pikiranku kacau.
Kewarasan mulai tenggelam bersama darah yang terus menerus bercucuran.
Lantai yang semula bersih berkilau, kini telah ternodai oleh bercak darah.
Tetes demi tetes air mata mengalir membasahi pipi disertai isakan pilu kesakitan.

Aku lelah, inginku berteriak dihadapannya.
Inginku meraung meminta keadilan padanya.
Inginku mati saja hari ini.

Ini begitu menyiksa sayang!
Ini begitu menyakitkan.
Ini begitu memilukan.
Sesak yang kurasa tak bisa lagi kuredam.
Sakit yang kuterima tak lagi bisa kuabaikan.
Aku ingin mati saja.
Aku ingin kesakitan ini berakhir.

Lihat sayang lihat...
Aku mati rasa, tubuhku lemah tak berdaya.
Perih yang kurasa sungguh membunuh seluruh raga yang kupunya.

Wahai cinta, dimana bahagia yang kau janjikan?
Aku lelah bermandikan darah dan air mata.
Aku lelah tersiksa dan terluka.
Aku lelah sangat lelah.
Inginku berpulang saja padaNya.

Sumbawa, 23/12/19
- Shakylla
---
Kamu yang terluka

Tuhan, hari ini seorang hamba_Mu sedang terluka
Ia menangis, tak tahu lagi pada siapa bercerita
Mungkin hanya bibir saja yang terbata
Air mata, hanya penanda dalamnya luka

Tuhan, biarkan ia menangis semalaman ini
Dan biarkan ia tersenyum kembali esok hari

Tuhan, tolong ringankan beban lukanya
Sungguh, aku tak ingin ia kecewa dan terluka

Tuhan, disana ia hendak bercerita
Berkeluh kesah, atas cintanya yang diabaikan begitu saja

Tuhan, kirimkan kepadanya
Hamba_Mu yang mampu menghadirkan kembali tawanya
Menyalakan lagi cahayanya yang kini redup
Yang kini ia merasa tak hidup

Dan untukmu yang terluka,
Entah itu karena cinta
Atau beban hidup yang terlampau berat menyiksa
Kuatlah dan dewasalah
Ini hanya proses kehidupan yang sementara

Aji Pamoro
Tegal, 10 Juli 2020
---
CUMBU DALAM ILUSI

Ketika raga tak dapat bersua
Air mata menjadi pengurainya
Getar pita suara hantarkan nada
Gelagap lisan mengucap kata

Lara, atma mengerang
Harap kelak 'kan bersanding
Aksa jarak jadi penghalang
Rengek sendu kian melengking

Redup indurasmi hadirkan kelam
Bagai hati yang kini temaram
Pelupuk netra menghitam lebam
Akibat rintik sepanjang malam

Bercumbu dengan bayang
Genggam dan berlenggang
Semu terasa begitu nyata
Namun hanya fatamorgana

Bandung, 08 Agustus 2020
- ゼン アル ガッファー
---
Penghabisan saat ini

Malam ini bisakah aku sendiri
Menghabiskannya dengan sisa materi
Segala lelah sudah aku dapati
Cukup untuk menemani sepi

Kursi dan meja usang telah menanti
Diatasnya kertas dan pena siap menghabisi
Tabungan sajakku sudah hampir habis
Tidak ada lagi sisa yang bisa ku kais

Jangan menetes dulu air mata
Jangan lemah, jangan menyerah
Mungkin otak Ini akan rehat sedikit lama
Namun, biarlah malam ini pena bekerja

Tolong, jangan kembali rapuh
Suaramu harus tetap terdengar
Meski mental sudah terjatuh
Tolong, jangan berkaca nanar

Mungkin, aku terlalu memaksa
Tubuh, fikiran juga rasa untuk kuat bekerja
Menuliskan kata, merangkainya
Tapi ini belum waktunya berhenti
Jalan harus tetap dilewati
Jangan menepi...

Aku percaya aku mampu melaluinya
Meski tangis, amarah juga darah telah tercurah semua

Kepada aku dimasa kini...
Kuatlah,
Ini bukan waktunya pasrah

Tak apa jika kau ingin beristirahat
Itu sudah tepat
Karena, tubuhmu pun butuh terlelap

Selamat beristirahat untuk diriku...
Semoga esok, kau mampu kembali untukmu

Aji Pamoro
Tegal, 27 Juni 2020
---
Air mata buaya

Sebenarnya, buaya meneteskan air mata untuk mengeluarkan kelebihan garam dari tubuhnya. Khususnya setelah buaya memakan mangsanya, buaya akan meneteskan air mata. Tapi bukan karena penyesalan buaya tersebut, namun secara alami hal itu terjadi karena kelenjar air mata buaya akan mengeluarkan cairan untuk mengeluarkan kelebihan garam dari buaya.

Buaya akan menangis atau mengeluarkan air mata saat berhasil menyakiti dan memakan mangsanya. Karena hal ilmiah tersebut, istilah 'Air Mata Buaya' muncul. Ketika ada orang yang pura-pura menangis untuk mendapatkan simpati, maka tangisannya sering dikenal atau disebut dengan 'Air Mata Buaya'.

Lalu bagaimana cara membedakan air mata tulus dan air mata yang buaya?
Sedangkan kerap kali terlena dan mudah percaya

Dikutip dari berbagai sumber
Maaf bila ada kesalahan
Silahkan beri penjabaran

Lampura, 22 Juli 2020
- E Kha
---
Nama : Tri Handayani
Judul : Masih dengan Pilu

Tawa yang membingkai luka dengan rapih
Air mata yang luruh ketika malam melanda
Candu dalam angan yang selalu ingin
Rinai hujan mengalir dari wajah penuh dosa

Cinta, kasih sayang, harapan t'lah sirna
Dimakan usia yang semakin menua
Kisah lama nan usang kembali terulang
Terpatri dalam tubuh yang terbuang

Jiwa-jiwa yang masih utuh
Terasa seperti kehilangan ruh
Kemana kaki melangkah membawa tubuh
Akan kah masa menerima dengan keyakinan penuh

Perawang, 25 Juli 2020
---
Dini hari
Saat menghadapi dunia duka
Kesuraman lainnya, kesuraman yang tak berujung

Sadari anak anak
Apakah aman bagi mereka untuk bermain
Tak seperti yang didongengkan peri

Dan tidak ada sekolah yang mengajarkan aturan emas..
Senjata untuk buku, berdiri layaknya orang bodoh..

Jangan menyebutkan hari libur.
Apakah kamu tidak melihat itu?
Masalah yang mereka hadapi hari ini.

Masa kecil manis yang ternoda.
Tidak ada lagi air mata yang mengalir dari mata mereka.
Apakah anda pernah mendengar mereka menangis?
Terlalu sulit buat kita tersenyum.
- Lucille
---
- Potret Di Balik Sebuah Negeri Surga -
Oleh : Devan Rafandra

Masih dari mata seorang awam
Aku melihat senyum kecil mengapung di atas arus air mata
Aku melihat masih ada cinta di sebuah neraka
Aku melihat masih ada cahaya di tengah gulita

Apa yang kau maksud dari kata 'merdeka'?
Sementara di depan hidungmu, jelas tergambar sebuah opera yang kurasa cukup pedas untuk menampar hatimu
Apa yang terlintas di fikiranmu ketika kau mendengar kata 'merdeka'?
Jika saudaramu masih saja berperang dengan saudaranya sendiri
Siapa sebenarnya yang berhak berteriak 'merdeka' dengan suara paling lantang?
Bersuara paling tegas dengan semangat yang dipantik sehingga menyala-nyala bagai unggun yang membakar kayu

Ini adalah potret di balik sebuah negeri surga yang sedang terluka
Siapa pun penghuninya
Bagaimana pun keadaannya
Yang kutahu, kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa

Jakarta, 17 Agustus 2020
- Devan Rafandra Gibran
---
Air Mata Tak Lagi menetes
Hati sudah tak lagi berharap
Sedikit demi sedikit
Mulai bisa mengikhlaskan.

Bukankah rasa cinta yg besar itu adalah Mengikhlaskan bukan?

Dulu aku Ga Percaya hal itu
Tapi,Waktu membuat aku menjadi tokoh utama Dalam sebuah cerita Tersebut Yaitu Mengikhlaskan,Ikhlas dia bahagia sama yg lain,ikhlas dia tertawa walau bukan karna kita lagi,dan ikhlas menerima kenyataan bahwa dia sudah tak ada rasa buat kita.Sakut memang tapi seiring berjalannya waktu aku mulai bisa menerima kenyataan bahwa dia bosan ditambah soal fisik yang pas Pasan.

Tak apa aku tidak dendam apalagi membenci.
Aku Cuma menunggumu dipintu Penyesalan.

Nias.
- Vrisca Laoli
---
Air mata belum begitu kering...
Mencoba melarikan diri dari hening ketika symphoni hujan kembali berdenting melagukan Aku, kau, dan beberapa romantika kisah yang genting
Kita dipaksa saling berpaling meski hati masih sangat ingin (bersama) ingin selamanya...
Pada akhirnya hadiah untuk kita adalah kecewa dari harapan-harapan yang dibangun bersama. Dihadapan takdir aku memilih menyerah dan berakhir. Selamat tinggal kekasih... aku rela tersisih, katakan pada orang tuamu aku menuruti inginnya, aku melepaskanmu untuknya.

Yahiko, Bangka belitung, 13/08/20
- Yaksa Aksara
---
Kita tidak akan pernah tau apa itu luka, sebelum akhirnya kita dibuat tidak baik-baik saja.

Dan kita tidak akan pernah tau, bagaimana cara untuk membasuhnya, sebelum semua air mata itu turut ikut mengambil perannya untuk bercerita.

Pun tak selamanya yang sakit itu meninggalkan bekas sebab terkelupas. Karena yang tak nampak juga mampu membekas hingga sulit untuk lekas.

Juga, tak selamanya yang namanya luka itu menghasilkan darah. Karena terkadang, air mata dan luka itu sama adanya.

Mereka bercerita tentang rasa sakit yang sama. Namun menghasilkan dua cairan yang berbeda.

Darah hanya karena luka, tapi air mata, jauh lebih luas dari itu maknanya.

Kau hebat bukan karena kau tidak menangis. Namun kau hebat, saat kau mampu untuk ikhlas menerima semua tangis.

Tak perlu malu dengan air mata sendiri. Karena dengan membunuh semua air mata yang kau punya, hanya akan menunjukkan seberapa lemahnya kekuatan yang kau miliki dalam jiwa.

Orang-orang yang kuat, bukanlah mereka yang tidak pernah menangis.
Dan orang-orang yang lemah, bukanlah mereka yang selalu menangis.

Karena menangis, bukan berarti anda cengeng. Apa lagi lemah.

Sebab air mata, adalah nikmat Tuhan yang tidak kau sadari untuk menguatkanmu setelah redahnya.

Kita mungkin bisa menolak hadirnya air mata, namun semakin kau coba, semakin kau akan menangis tanpa suara.
- Cold
---
S U J U D
By: MH10

...
Bermukim separuh dahi di atas tanah
Bercerita banyak tersirat maksud
Pasrah mengaku sebagai yang terlemah
Diatas sajadah pada Allah sang maha Wujud

Telah kudaki ribuan depa dunia
Jejal bising carut-marut ke dalam tempurung kepala
Koyak raga koyak sukma
Mengembara nafsu angkara
O mayapada ...

Aku hilang arah remuk redam
Bentala membumi dalam darah yang lebam
Ikrar setan alas serupa kidung penghantar jelaga, suram!
Seluruh jasad, rodan menghitam

Dulu,
Agama seolah hanya kesantunan belaka
Ibadah se-umpama teatrikal puisi senja
Dunia kukekalkan
Malam kudewakan
Tempat memuja syahwat tanpa pikiran

Kau berzikir aku sibuk berdendang
Cungkup serupa ritual setelah begadang
Setelahnya kembali melenggang
Tak tentu kapan lagi hendak ku pulang

(Kini aku tak sanggup berdiri)
Air mata melarung bercampur darah
Laksana visualisasi sisi kelamku terpampang tumpah-ruah
Menangis sendiri, tak lebih berarti daripada seonggok sampah
Penyesalan yang mengejawantah!
Bermukim separuh dahi diatas tanah
Tobat pada hamparan sajadah

(Tak ada yang lebih indah daripada sujud)
- Om Pim Pak
---
Sebab Potretmu

Hal yang orang banyak lakukan untuk move-on yang tak pernah kulakukan. Hapus fotonya dari galeri, clear chat-nya dari tiap media sosial, biarkan kenangan bersamanya memudar seiring waktu. Tidak kulakukan. Kukira aku tak mudah kembali terjerumus ke masa lalu, apa lagi benci menyertai kepergiannya.

Sore ini, handphone terasa berat, aplikasi yang paling ringan sekalipun sulit kujalankan. Ternyata memory tinggal beberapa mega. Kupilih beberapa file kapasitas besar. Tak puas sampai di situ, kupilah-pilah album foto. 

Tersenyum, tertawa terbahak-bahak, terharu, kemudian tertegun, terbayang satu kisah indah oleh satu fotomu dengan sungging termanis. Untuk sejenak, aku lupa betapa kubenci kamu. Untuk sejenak, aku lupa betapa sakit perlakuanmu. Senyum itu ... senyum yang kutunggu-tunggu di antara banyak tawa menyertaimu.

Untuk sejenak, jantungku kembali berdegup tak beraturan. Terseok napas, terurai air mata. Dengan tangan yang bergetar ... kutekan tombol hapus pada keyboard.
- Khairul Fikri
---
"jangan salahkan aku"

Jika air mataku kau anggap sebagai lelucon,maka jangan salahkan aku.
Bila nanti kau menelan air mata penyesalanmu.
Kau boleh menertawakan saat aku mengemis hadirmu,kau bisa meludah saat aku bilang "HANYA DIRIMU YANG AKU MAU."
Kau bisa bersumpah tidak akan merindukanku.
Tapi jangan salahkan aku bila Tuhan memberi hadiah yang sama kepadamu.
Jangan salahkan aku bila hujan membawa namaku dalam sepimu.

Dunia tidak boleh tau jika aku sedang memar.
Semesta tidak boleh tau kalau aku sedang hancur.
Lalu sampai akan aku akan hancur, aku juga ragu.
Kau terlalu asyik berpesta dengan dunia,dunia selalu asyik melihatku tegak seolah aku tak menderita.

Waktu terlalu sibuk menghina tingkahku saat menyudut di kamar yang gelap ini.
Dan jika nanti ada yang perlahan bersabar akan sikapmu.

Jangan salahkan bila aku menolak hadir dan setangkai mawar yang kau lamar untuk hadirku kembali, tak akan pernah.
Tak akan ada doa yang kukabulkan untukmu,mintalah pada duniamu.

Bukankah selama ini kau percaya pada dunia ???Aku tak bisa membantu rampung badai darimu.
Bagiku....;
Kita hanya disimilasi yang fana di mata dunia. Jangan salahkan aku, bila kau rindu tak akan kuizinkan hujan dan....
Malam untuk datang kepadamu.

Pemalang 17 june 2020
- Raffa Zul
---
[Kembali Menjadi Asing]

Angan-angan terbawa angin
Air mata menjadi genangan
Kisah kasih menjelma kenangan
Hanyut terbawa bersama air hujan

Sunyi malam kini senyap
Tanpa se-untaian harap
Tangisan menderu kian meratap
Akan kesedihan yang meraup

Pelangi tak lagi menjadi aksara
Tulisan kian usang tak terbaca
Terbuang sudah indah jingganya senja
Lalu kenangan kian menyiksa

Luka-luka berjalan lika-liku
Hari-hari kini haru-biru
Meratap kesedihan yang pilu
Menjadi semu kala tiba rindu

Hamilham
Ende, 2020
"Kita asing bak sajak usang"
- Ilham Ham
---

Sekian kumpulan puisi yang bisa bikin nangis versi kami. Semua puisi di atas adalah karya terpilih dari anggota sajak senja. Ikuti terus kami untuk melihat karya lainnya.

0 Response to "Kumpulan Puisi Sedih Tema Air Mata Beserta Penulisnya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel