Kumpulan Puisi tentang Embun

Seperti embun dan lembah, seperti air hujan dan langit, seperti atmosfir dan bumi, seperti gelap malam seusai senja.
Tetap datang walau tidak di harapkan, tetap bertahan untuk hancur.
Sadar? Iya, saya sangat sadar, tapi nyatanya tidak bisa memudar apalagi menghindar.
- Zef
---o0o---
Sajak Senja adalah suatu komunitas literasi yang didirikan oleh Khairul Fikri. Seiring waktu, Sajak Senja mulai besar. Hingga saat ini membernya telah mencapai lebih dari 300.000 orang. Berikut beberapa media sosial Sajak Senja: Klik tautan di bawah ini!
Silakan klik dan ikuti media sosial di atas, jangan lupa subscribe channelnya.
Selanjutnya, kami suguhkan beberapa karya dari member Sajak Senja tentang EMBUN:
---
Pagiku Tetap Sama

Pagiku tetap sama;
bercumbu dengan dinginnya embun
meresapi sunyi di kala fajar merekah dengan merahnya
tak ada yang berubah

Pagi tetap sama;
mencari rindu di setiap tetes embun pagi
menunggu temu yang tak kunjung bertamu
tak ada yang berubah

Pagiku tetap sama;
menanti kicauan burung datang membawa kabar
dari gadis manis di ujung sana
Hmm ... tak ada yang berubah.
- Hanan Mayesa

---o0o---

Embun pagi menyapaku hari ini
Menyiratkan isyarat bahwa ia sedang menanti
Meski yang ia nantikan akan menghapusnya
Tapi, ia tetap lakukan dengan tetap menebar sejuknya.

Perlahan kumelangkah mendekatinya
Ia begitu tertatih dalam penantiannya
Sungguh ibaku tergugah untuk mendekapnya
Namun apalah daya sebab hanya jadi angan belaka.

Kian dekat kurasa dengannya
Namun jemariku enggan untuk menyentuhnya
Begitu menyedihkan bila hanya menatapnya
Kala ia sedang dirundung derita

Suara yang tak sampai
Membuat jemari perlahan melambai
Rasa yang sempat membuai
Kini mulai lenyap dan tak lagi menjuntai

#Hampa
09 Mei 2020
- Husain Nur M T

---o0o---

Semangkuk bubur menemani pagi
Dengan embun jadi penyejuk hati
Suasana tambah hangat dengan secangkir kopi
Warnai hadirnya mentari dalam menyongsong hari

Dalam gubuk sederhana
Penaku menari tuliskan sebuah cerita
Tentang sebuah riwayat suka
Dengan nuansa bahagia nan ceria

Selamat pagi dunia

HsNMT
Mamuju, 22 Juli 2020
- Husain Nur M T

---o0o---

Seperti embun dan lembah, seperti air hujan dan langit, seperti atmosfir dan bumi, seperti gelap malam seusai senja.
Tetap datang walau tidak di harapkan, tetap bertahan untuk hancur.
Sadar? Iya, saya sangat sadar, tapi nyatanya tidak bisa memudar apalagi menghindar.
- Zef

---o0o---

Embun pagi...

Setetes embun pagi
Kembali membasahi jendela kamarku
Kumenerawang pada beningnya sang embun
Begitu suci dan begitu bening tuk kunodai
Menyihir setiap mata yang memandang

Tatkala kunikmati keindahannya
Namun sosok itu mulai memudar
Memudar lalu menghilang
Dan tak akan pernah mengusik kembali

Mengapa
Setelah kumulai tersenyum sumringah
Setelah gemercik air mulai menari
Setelah angin mulai menyibak kelabu
Engkau nodai beningnya sang embun

Kutengadah pada secercah cahaya
Mengharapkan secercah harapan jua
Yang tak mungkin hadir kembali
- Milka Adriani Sakkirang

---o0o---

BERSAMA WAKTU

Pagi ini kulihat embun masih tegar menempel di jendela kamarku. Semalam hujan meninggalkan dia sendirian. Berjanji akan kembali, namun hingga siang hujan tak kunjung datang sehingga embun pun beranjak.

Berbeda denganku, saban hari aku masih saja berdiri di depan pintu kenangan. Harap pintu akan terbuka kembali dan bisa mengulang kenangan bersama. Namun pintu ini enggan terbuka.

Terkadang aku malu pada embun yang menertawakan ku, seakan ia berkata "Mengapa kau masih menyembunyikan rindumu dibawah selimut? Bangunlah manis, kau bisa menitipkan rindu pada angin." Ku titipkan ia pada angin, berharap angin menyampaikannya kepada nama yang kutuju.

Namun sepertinya angin membawa kabar luka. Dia yang kutuju tidak menginginkan rinduku. Dia telah membuang rindu dari hidupnya serta membuang kunci dari pintu kenangan yang ku tunggu selama ini.

Harusnya aku banyak belajar pada embun yang tak lagi menantikan hujan. Embun yang enggan berlama-lama menunggu hujan yang tak pasti. Dan kini kubiarkan rindu menetap dalam jiwaku, hingga rindu melebur dan hilang bersama waktu.

Muratara, 06 Juli 2020
- Nana

---o0o---

Fajar cantik bersama embun dan mentari. Senja pula indah beserta lembayung dan surya hendak pergi. Dan kamu cantik nan indah seandainya ku miliki.

Bandung, 17 Juli 2020
- Bara Tariksa

---o0o---

EMBUN SUBUH

Pagi ini🌱
Aku akan bercerita
Pada waktu embun tiba
Embun subuh beri aku seutas ketenangan
Embun subuh beri aku kelapangan tuk mengingat kebesaran tuhan
Embun subuh ciptakan suasana yang indah, yang tak mungkin bisa ku raih sendirian

Meski ku tau, embun subuh berikan itu hanya sementara seperti senja.
waktu seindah sekarang akan ku abadikan dan tak mungkin lagi aku sia siakan..
Aku mulai memahami, bahwa setetes embun pagi ini adalah rasa yang indah, yang tak kutemukan saat kegelapan berlalu seperti senja pergi tanpa keterangan..

Mift R
- Miftahur Roziqin

---o0o---

Kisah Singkat Sebuah Embun
Oleh : Dhany.Tabais

Ketika sang mentari mulai menampakan wujud
Halus butirannya masih setia dalam sujud
Sejuknya menyelinap kedalam daun
Dan mulai menghilang lambat laun

Tak ada yang dapat membuatnya tetap tinggal disana
Walau kadang harus jatuh ke tanah meski ia tak rela
Bahkan ia juga tahu perihal setelah kehadirannya
Bahwa besok akan ada embun yang lebih sejuk darinya

Jika saatnya telah tiba
Ia sadar akan hadirnya yang hanya sesaat saja
Tetapi ia ikhlas, menerima hal tak adil namun nyata
Meninggalkan kenangan sejuk dengan lembab terasa

Jangan salah, ia bukan tidak setia
Ia bahkan seperti mentari senja
Menghilang namun selalu kembali dan ada
Walau terkadang tak dihiraukan kehadirannya

Note ; fotonya pagi, sebelum mentari terbit.
Kak Veradina Rahmawati, kali ini aku pindah ke yang alami.

Kupang, Nusa Tenggara Timur
Selasa, 19 Mei 2020
- Dhany Tabais

---o0o---

- Bening Embun
- Nyanyian Jiwa

Bening embun di pagi hari perlahan merayap jatuh ke bumi, hening kurasa bersama nyanyian rindu

Masih adakah semu?
setelah aku lewati ribuan nyeri, lalu tetap kah, waktu yang berjalan membawaku pada palung sepi

Tidak bisa aku ingkari kisahmu sesuatu yang indah, meski aku kerap salah kaprah memaknai cinta yang kau beri

Pantaskah aku berharap kau untuk kembali. hanya sekedar membawa kata maaf, setalah dulu kau pernah aku sakiti berulang kali

Hingga aku mulai menyadari, bahwa kehilangan begitu pandai mengajarkan bahwa kebersamaan adalah, arti dari cinta yang paling sempurna.

---o0o---

(sedikit cerita)

Pagi ini,,
Embun tak lekas pergi
Mentari tak kunjung berdiri
Bumi masih mengantuk
Langit pun enggan diketuk

Awan mendung bertahta
Di atap langit sebagai singgasana
Menyelimuti biru tak tergapai
Jatuhmu bumi bercerai

Kudengar lagu pagi ini
"Ilusi tak Bertepi"
Liriknya yang selalu kuingat
Tentang perihal apa yang kita buat
Memilih cinta atau sahabat
Memilih disakiti atau menyakiti

Sumatera Selatan, 6 April 2020
- Salma An Najwa

---o0o---

Ketika Kau Menjadi Embun

Embun-embun manja memeluk bunga-bunga begitu sejuk lembutnya menyapa semesta
Kaukah jawab langit saat doaku melangit semalam..
Tuan

Semestapun bertasbih mengaamiinkan dengan riang
Diwakili burung-burung begitu riang
Riuh menyanyikan kidung kehidupan

Cinta mendekap hatimu dengan indahkan
Tuan
Andai embun adalah kamu
Mungkin kau ada di hadapan netraku
Melihat senyumanku
untukmu

Seruni Jingga

---o0o---

Embun pagi menyapa sebelum mentari bersiap menyemburkan sinarnya ...
Malam memeluk alam dengan hitam bertabur bintang setelah senja lebih dulu menyuguhkan jingga sebagai awal meredupnya sinar mentari pada belahan bumi bagian tertentu. Dan aku belum sempat menikmati putaran waktu yang begitu lamban karena kedustaan dia yang telah pergi tanpa mau mengeja kata kembali

Dunia seakan berputar tentangnya saja. Rindu semakin tak tertahankan dan aku tak mengerti harus bagaimana hidup tanpanya

Cinta, peluk hatiku, aku telah terluka
- Faidah

---o0o---

Takjub

Mentari fajar menyingsing di ufuk timur
Embun pagi pun mengenyahkan kaki dari dedaunan
Betapa indahnya kejadian itu
Hingga membuatku takjub kepada Sang Pencipta
Oh Tuhan, aku berharap semua tak cepat berlalu
Aku ingin menikmati semua anugerah-Mu
Termasuk dia..
Seorang gadis yang masih di pelukan mantan

Medan, 2020
- Imam Prayogi

---o0o---

KALA DIA SENYUM
Lain Dilan

sesejuk embun
jatuh di bibir manis
meresapi jendela hati

memasuki ruang
perasaan yang baik
berdiam dengan lembut

begitu nyaman
sesuatu yang baru
memenuhi hari bahagia

kala dia senyum
ingin kulukis pelangi
di atas cinta nan indah

---o0o---

Seperti halnya embun yang tersapu terik, pun rindu harus segera berkemas menjemput realita sebuah perpisahan tanpa air mata.

Cinta hanyalah tentang siapa yang datang dan bertahan
Atau siapa yang yang harus pergi dengan keprihatinan.

180620
- Emha Sepu Luh

---o0o---

[Siapa?]

Mentari mulai menyinari pagi
Menghilangkan embun di ujung daun
Rindu ini semakin tak terkendali
Merangsek keluar dari ubun-ubun

Angin menyapa
Tatkala mentari semakin tinggi
Membawa sebuah tanya
Siapakah yang dirindui?

Ya, tentulah Nona
Yang selalu ada dalam kepala
Menari-nari dengan memori
Membuatku senyum sendiri

Mengingat kalau bertemu
Hanya berbalas senyum malu
Menyapa rasanya ragu
Mulut ini terasa membisu

Begitulah realita yang ada
Ketika diri sudah dikuasai rasa
Pikiran menjadi kemana-mana
Membuat hati bahagia

Ngabuburit, 24 April 2020
Aldhy Mubarok

---o0o---

Pagi ku menyapa
Setetes embun jatuh dibawah pelupuk mata
Mengingat ombak yang pernah menerjang waktu itu.

Kala itu belum bersiap menerimanya
Ia datang dengan angin sepoi yang membuat nyaman
Lalu dengan cepatnya menghancurkan.

Ada harapan yang indah
Namun rancangan dihancurkan begitu saja.

Oke,aku paham
Hal seperti itu seharusnya aku tidak mudah menerimanya.

Aku terlalu lemah
Untuk menerima hal yang terlalu berat.

Aksara senja,26 April 2020

---o0o---

Penyair itu kadang berteriak dalam hening malam tentang exotical embun yang hendak dipuisikan.
Tapi ketika pagi menghampiri, didekapnya pena dalam dengkur sepi. Tertidur ia dikebiri insomnia yang menyiksa.
Ketika siang terbangun, ia pun memanipulasi embun pada secangkir kopi hitam. Bercerita tentang matahari terbit yang ia temui dalam mimpi.

Sungguh, kehidupan tak lebih dari permainan kata-kata pujangga. Kalau bukan sebagai pelaku maka kita adalah penikmatnya.
Begitu seterusnya, hingga sinarnya meredup lalu mati di kebisuan hening.
- Emha Sepu Luh

---o0o---

Terlalu pagi bahkan untuk embun pergi. Terlalu indah arunika itu menggantung di ufuk timur. Jadikan aku milikmu selamanya. Biarkan awan melindungi kita dari teriknya mentari. Kita yang terlena dan menyusuri ladang jagung yang menguning, jangan pernah hentikan langkah. Disana, diujung bukit, tempat bernaung pelangi. Kita kan menitinya menuju nirwana, agar kita bersama selamanya.

Masih setia di kamar, 14 Maret 2020
- Semesta Berpuisi

---o0o---

Perempuan Embun

Sesosok lembut dalam hening
Ia memeluk tiap kehangatan yang ditawarkan semesta
saat alam mengajarinya mengeja tiap bait harapan

Ratapan pada Tuhan semalam tersisa bening pada titik-titik tirta kesejukkan kebahagiaan pada daun yang menari dengan riang

Keikhlasan hatinya begitu jernih
walaupun harus lenyap melesap tetap auranya terasakan mendamaikan

Melarutkan diri dalam hening semesta
dan esok hari muncul lagi dengan ceria
Walau hati entah berasa apa, ia selalu ingin memberikan nuansa sejuk untuk semua insan di bumiNya

Sekar
Nganjuk, 27 12 2019
- Pelangi Di Batas Senja

---o0o---

Pagi ini ku tuangkan secercah rindu yang tak tersampaikan yang terhalang oleh tebalnya embun pagi, yang perlahan lenyap oleh hangatnya sang mentari. Pagi ini ku mulai sapa namanya dalam hati yang tibaluti rasa menanti, yang kian hari kian menepi yang semakin hari semakin menjadi dan akhirnya rasa itu kian mendalam dilubuk hati yang paling mendasar...
Gengsi rasanya jika hadirku yang mengejar sedangkan dia yang ku kejar, perih rasanya peranku dalam skenario cerita ini aku saja yang merindu sedangkan dia tak merindukanku.. kita lihat akhir dari penantian ini apakah akan berakhir manis ? Apakah akan berujung tragis?
Pagi Gerimis Menemani Isak Tangis💦
penghujung march

- sukabumi / 08:30
- Dita Nurul Sagita



Tentang seseorang..

Embun pagi mata teresapi
akan bayangnya yang terpatri
tiap kedipnya selalu membayangi,
tentang seseorang yang selalu dihati..

antara rinai dan angin sepoi sepoi,
berpadu menjadi satu melodi
selalunya mengalunkan nada,
akan indahnya dirimu..

rasaku terbang bersemayam diangan,
hasratku ingin menggapaimu.
antara sajadah dan sujud merendah,
ya allah, hadirkanlah dia hanya
untukku...
- Azhalie

---o0o---

Hai Embun.
Apa kabar?
Baik baik saja kah?
Aku harap baik selalu.

Maaf jika lancang,
Aku disini merindu.
Merindu tentangmu.
Dulu kau ada sebagai penyejuk hati.
Tapi kini menghilang, mungkin aku terganti.

Fajar kini kunikmati dengan kopi sendiri.
Senja ku antarkan pulang sendiri.
Dulu dua waktu itu kita nikmati bersama.
Meskipun hanya sekedar lewat pesan semata.

Aku paham, kita hanya sebatas teman.
Tapi salahkah sekarang aku merasa kehilangan?
Aku tahu, aku bukan sebuah arti untukmu.
Tapi salahkah sekarang aku rindu?
Tentangmu.

Belum sempat kita berjumpa.
Keadaan sudah tak setuju.
Aku kira semua ini akan bertahan lama.
Apa mungkin sesingkat ini?
Hanya semesta yang tahu.

Sskarang.
Biarkan sang waktu berlalu.
Menghilang diderasnya hujan.
Mentari baru nanti hadir.
Menjadikan pelangi indah untukmu.

Huh, kacau sekali sekarang.
Kesekian kalinya kehilangan.
Ini keadaan yang baru.
Rinduku tak tepat sasaran.
Sebab dia hanya sebatas teman.

Pangandaran,B.18april2020
- Ery Maulana Rochman

---o0o---

5 Responses to "Kumpulan Puisi tentang Embun"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel