Full Album Iwan Fals (Virgiawan Listanto) + Lirik - Lengkap Sejak 1991
Oleh: Khairul Fikri @khairulfikri.co
Iwan Fals merupakan salah satu yang termasuk dalam jajaran musisi legendaris tanah air. Kebanyakan karyanya adalah sebuah bentuk kritik sosial yang mencerminkan kehidupan rakyat Indonesia. Di samping kariernya, kehidupan keluarganya pun cukup harmonis dan menarik untuk disimak.
Biodata Iwan Fals
Nama Lahir Virgiawan Listanto
Nama Panggung Iwan Fals
Tempat, Tanggal Lahir Jakarta, 3 September 1961
Warga Negara Indonesia
Profesi Penyanyi, Aktor
Pasangan Rosana (m. 1982)
Orangtua Harsoyo (Ayah), Lies Suudijah (Ibu)
Iwan Fals merupakan seorang penyanyi solo legendaris Indonesia. Ia dikenal akan karya karyanya yang kerap menggambarkan kritik terhadap potret sosial di negara ini. Debutnya dimulai dengan merilis sebuah album yang bertajuk Perjalanan pada tahun 1979.
Banyak yang menganggap profil Iwan Fals adalah seorang legenda musik tanah air. Lewat lagu-lagunya yang sebagian besar berupa kritik sosial mampu mewakili suara hati rakyat.
Ia tak pernah takut menyuarakan pendapat dan kritikannya lewat musik. Bahkan, ia kerap mendapat pencekalan atas lagu-lagunya tersebut.
Akibatnya, beberapa kali ia keluar masuk penjara. Saat hendak menggelar tur 100 kota untuk keperluan promosi pada 1989, aparat keamanan pun membatalkannya secara sepihak tanpa alasan jelas.
Ia pun pernah mengalami musibah berat yang menimpa keluarganya. Pada April 1997, putranya, Galang Rambu Anarki ditemukan meninggal pada usia 15 tahun di kamarnya.
Pihak keluarga memberi pernyataan, bahwa Galang meninggal karena serangan asma akut. Namun, ada rumor yang berhembus bahwa Galang meninggal karena overdosis.
Menangkal kabar tersebut, istri Iwan Fals pun mengatakan bahwa kondisi Galang saat itu memang sakit-sakitan. Iwan pun menambahkan kalau fisik dan pencernaan Galang memang agak lemah.
Sepeninggal Galang, musisi kelahiran 3 September 1961 ini sempat vakum dari dunia musik selama beberapa tahun. Kemudian, ia mulai kembali aktif di dunia musik pada tahun 2002.
Sebelum menjadi dikenal banyak orang seperti sekarang ini, tentu saja sudah banyak lika-liku yang ia hadapi. Dan itu menjadi salah satu alasan masih banyak orang yang mengidolakannya sampai sekarang.
Berikut kumpulan lirik lagu Iwan Fals yang berhasil kami rangkum, sejak 1991 setelah postingan sebelumnya yang merangkum album Iwan Fals sejak 1979 s/d 1990.
CIKAL (1991)
Sukses dengan Swami dan Kantata, Iwan lantas tidak menjadi malas. Dibawah bendera Indo Music Box Iwan meluncurkan album Cikal. Cikal adalah nama putri Iwan yang ke dua. Iwan merasa tidak adil kalau galang putra pertamanya dia buatkan lagu, lantas putri keduanya kenapa tidak. Meskipun terlambat (cikal lahir tahun 80-an), maka cikal dibuatkan album khusus untuknya. Namun jangan dikira album ini isinya puji-pujian kepada anak dengan bahasa yang sederhana, lirik dalam album ini begitu dalam dan berat, kental nuansa seni tingkat tinggi. Pendukung dalam album juga bukan musisi sembarangan, ada Gilang Ramadhan, Cok Rampal, Totok Tewel, Embong Raharjo, Mates dan Mahesa Ibrahim. Musik yang ditampilkan jauh berbeda dengan Kantata atau Swami, aroma flute dan perkusi terasa jelas di sini. (iwanfalsmania.wordpress.com)
Sayang album ini tidak begitu laku dipasaran, mungkin tidak semua orang bisa menerima gaya musik yang ada di album ini. Tetapi sekarang album ini malah menjadi salah satu album yang dicari penggemar Iwan Fals, karena sudah jarang ada di toko kaset.
Lagu-lagunya adalah ‘Intro’, ‘Untuk Yani’, ‘Cikal’, ‘Pulang Kerja’, ‘Alam Malam’, ‘Ada’, ‘Untuk Bram’, ‘Cendrawasih’, ‘Proyek 13’, ‘….’.
Lirik
Intro
Dalam gelap berjalan
Membelah belantara akal
Sendiri
Sendiri
Selalu sendiri
Pada terang kumerenung
Mencari kesejatian
Mencari
Mencari
Selalu mencari
Pada ruang
Pada waktu
Aku ingin datang
Pada ruang
Pada waktu
Aku ingin datang
Gitar kayu kumainkan
Suaranya lahirkan tanya
Bertanya
Bertanya
Selalu bertanya
Untuk Yani
Rembulan tenang dan bisu
Anak bangsa berjalan
Berdesakan bagai tikus di jalan yang licin
Berdesakan bertanya pada masa silam
Apa nasib buni pertiwi
Angin subuh memupuri
Tubuh tubuh hitam dengan kabut
Rembulan bisu napasnya mengalir tenang
Wahai kenyataan alam
Wahai kenyataan diri
Wahai kenyataan zaman
Apa nasib bumi pertiwi
Rembulan tenang dan bisu
Anak bangsa bergerak
Berdesakan didalam kereta malam
Berdesakan dari desa desa ke kota
Apa nasib bumi pertiwi
Wahai kenyataan alam
Wahai kenyataan diri
Wahai kenyataan zaman
Apa nasib bumi pertiwi
Wahai kenyataan alam
Wahai kenyataan diri
Wahai kenyataan zaman
Apa nasib bumi pertiwi
Rembulan tenang dan bisu
Anak bangsa berbaris
Berharapan didepan gerbang pendidikan
Berharapan bermimpi tentang masa depan
Apa nasib bumi pertiwi
Wahai kenyataan alam
Wahai kenyataan diri
Wahai kenyataan zaman
Apa nasib bumi pertiwi
Wahai kenyataan alam
Wahai kenyataan diri
Wahai kenyataan zaman
Apa nasib bumi pertiwi
Cikal
Kerbau dikepalaku ada yang suci
Kerbau dikepalamu senang bekerja
Kerbau disini teman petani
Ular dinegara maju menjadi sampah nuklir
Ular didalam buku menjadi hiasan tatto
Ular disini memakan tikus
Kerbauku kerbau petani
Ularku ular sanca
Kerbauku teman petani
Ularku memakan tikus
Kerbauku besar kerbauku seram
Tetapi ia bukan pemalas
Hidupnya sederhana
Sancaku besar sancaku seram
Mengganti kulit keluar sarang makan dan bertapa
Hidupnya sederhana
Ularku ular sanca
Kerbauku kerbau petani
Ularku memakan tikus
Kerbauku teman petani
Walau kerbauku bukan harimau
Tetapi ia bisa seperti harimau
Kerbauku tetap kerbau
Kerbau petani yang senang bekerja
Sancaku melilitnya
Kerbauku tidak terganggu
Karena sancaku dan kerbau
Temannya petani
Lalu dimana anak anak sang tikus
Bayi bayi bayi
Murni dan kosong
Bayi bayi bayi
Bayi ya bayi
Kalau kita sedang tidur dan tiba tiba saja kita terbangun
Karena lubang hidung kita terkena kumis harimau
Mungkin kita akan lari ya lari
Tetapi bayiku tidak
Bukan karena bayiku belum bisa berlari
Aku percaya
Aku percaya
Bayiku tidak akan pernah berfikir
Bahwa harimau itu jahat
Bayiku menarik narik kumis
Dan memukul mukul mulut harimau
Harimau malah memberikan bayiku mainan
Bayiku menjadi bayi harimau
Bayi harimau anak petani
Seperti sanca melilit kerbau
Ia ada di gorong gorong kota
Lantas apa agamanya
Kerbauku kerbau petani
Ularku ular sanca
Bayiku murni dan kosong
Ia ada di gorong gorong kota
Kerbauku kerbau petani
Ularku ular sanca
Bayiku bayi harimau
Ia ada di gorong gorong kota
Bayi bayi bayi
Murni dan kosong
Bayi bayi bayi
Bayi harimau
Bayi bayi bayi
Yang berkalung sanca
Bayi bayi bayi
Yang di susui kerbau
Pulang Kerja
Kucing hutan ibu dan anak berang berang
Tikus salju dan harimau kumbang berwarna coklat
Mereka berkelahi untuk kehidupan
Yang aku rasakan adalah keseimbangan
Kucing hutan lari karena kalah berkelahi
Ibu berang berang pulang kerumah
Kucing hutan bertemu tikus salju
Ibu berang berang bercanda dengan anak anaknya
Karena lapar kucing hutan menerkam tikus salju
Tikus salju malah mendapatkan teman
Kucing hutan yang gagal gagal lagi
Tikus salju biasa saja sudah nasibnya selamat
Dari balik bukit dikaki cemara
Aku melihat mulut harimau berlumuran darah
Kucing hutan yang gagal ia terkapar
Akhirnya mati
Sudah takdir harimau mendatangi berang berang
Tetapi berang berang sudah pulang
Sementara tikus salju entah pergi kemana
Harimau itu kesepian
Aku terkesima
Aku terkesima
Aku terkesima terkesima
Duhai langit
Duhai bumi
Duhai alam raya
Kuserahkan ragaku padamu
Duhai ada
Duhai tiada
Duhai cinta
Ku percaya
Alam Malam
Malam malam terjebak didalam keraguan
Mana utara mana selatan
Melihat ketegangan melihat kegelapan
Melihat banyak pertanyaan
Apa siapa mengapa orang orang bingung
Apa siapa mengapa jangan bingung bingung
Biar saja suka suka
Jangan hiraukan mereka biar saja
Biar saja suka suka
Jangan hiraukan mereka biar saja
Alam malam alam malam alam maya da da
Alam malam
Alam malam alam malam alam maya da da
Alam malam
Menjadi anak alam lahir diujung malam
Bumi bunda bapak angkasa
Merasakan udara membawa peristiwa
Merenungkan pengalaman
Apa siapa mengapa orang orang bingung
Apa siapa mengapa jangan bingung bingung
Biar saja suka suka
Jangan hiraukan mereka biar saja
Biar saja suka suka
Jangan hiraukan mereka biar saja
Biar saja suka suka
Jangan hiraukan mereka biar saja
Mendengar lagu baru nyanyikan lagu lama
Bermain bersama sama
Menemu kebebasan membebaskan temuan
Mengalami kekosongan
Apa siapa mengapa orang orang bingung
Apa siapa mengapa jangan bingung bingung
Biar saja suka suka
Jangan hiraukan mereka biar saja
Biar saja suka suka
Jangan hiraukan mereka biar saja
Alam malam alam malam alam maya da da
Alam malam
Alam malam alam malam alam maya da da
Alam malam
Hei apa yang dicari tak usah cari cari
Semuanya ada disini
Dimana kehidupan disitulah jawaban
Jawabannya nyanyikanlah
Nyanyi menyanyi nyanyikan
Indonesia raya
Bingung merenung merenung
Menjadi gunung
Bingung mengalir mengalir
Menjadi air
Bingung merenung merenung
Menjadi gunung
Bingung mengalir mengalir
Menjadi air
Biar saja suka suka
Jangan hiraukan mereka biar saja
Bingung merenung merenung
Menjadi gunung
Mengalir mengalir mengalir
Menjadi air
Mengalir mengalir merenung
Menjadi gunung
Alam malam alam malam alam maya da da
Alam malam
Alam malam alam malam alam maya da da
Alam malam
Alam malam alam malam alam maya da da
Alam malam
Alam malam alam malam alam maya da da
Alam malam
Ada
Ada yang ada
Ada yang tak ada
Nyatanya ada
Nyatanya tak ada
Antara ada
Antara tak ada
Ada antara
Diantara ada dan tak ada
Ada yang ada
Ada yang tak ada
Nyatanya ada
Nyatanya tak ada
Antara ada
Antara tak ada
Ada antara
Diantara ada dan tak ada
Hanya tak terasa ada disana
Hanya tak terasa ada disini
Hanya tak terasa apa yang dirasa
Ada dan tak ada mungkin tak berbeda
Ada yang ada
Ada yang tak ada
Nyatanya ada
Nyatanya tak ada
Antara ada
Antara tak ada
Ada antara
Diantara ada dan tak ada
Antara ada disini
Rasa disini
Ada antara disana
Dimana rasa?
Antara ada disini
Nalar disini
Ada antara disana
Dimana nalar?
Ada dan tak ada
Nyatanya ada
Menari dan bernyanyilah
Langit dan bumi nyatanya ada
Tapi tersimpan di cakrawala
Untuk Bram
Panji panji putih putih
Berkibar setengah tiang
Burung burung merpati
Menebarkan melati
Lampu suci dinyalakan
Dalang tua berdoa
Wayang kayon diletakkan
Lakon mulai dilakukan
Rahasia dibeberkan
Peristiwa dijelaskan
Bayangan dihidupi
Cermin hati dibagi
Alam semesta
Menerima perlakuan sia sia
Diracun jalan napasnya
Diperkosa kesuburannya
Rayat menilai
Menerima penderitaan curang
Digusur jalan hidupnya
Digoda kemakmurannya
Lakon selesai
Penonton pulang kerumahnya
Membawa hati yang bertanya tanya tanya
Siapa tadi yang menjadi korban
Dijawabnya tanya tanya
Pertanyaan abadi ditanyakan lagi
Tanyakan tanyakan tanyakan tanyakan
Pertanyaan abadi ditanyakan lagi
Ditanyakan ditanyakan ditanyakan
Cendrawasih
Sayap sayap cinta bagaikan cendrawasih
Kabarkan berita duka alam raya
Hati bumi luka anak durhaka
Terjungkal merintih menghiba
Rindu tergoda oleh tembok
Dendam menampakkan wajah gelap
Tetes air mata para malaikat
Berjatuhan kelahan berdebu
Tak hirau akan kesuburan
Kering menindas nurani
Ha ha
Ha ha
Ha ha
Ha ha
Sayap sayap cinta bagaikan cendrawasih
Kabarkan cerita menyayat
Bulan berdengung didalam bayangan
Menghadirkan rupa yang tajam
Di bibir tebing kelam tinggi
Lirih terdengar angin berdoa
Gairah harum lembut kebebasannya
Laksana aroma bunga hutan
Tercium dari puncak gunung
Gemetar sadar terancam
Sayap sayap cinta bagaikan cendrawasih
Diburu luka karena keindahannya
Kesadaran bersinar dengan merdeka
Nyanyi jiwa melebihi tanya
Ada apa gerangan wahai cendrawasih
Lingkar matamu hitam letih batinmu
Beratkah deritamu wahai cendrawasih
Murung paruhmu kicaukan keluh
Ada apa gerangan
Sayap sayap cinta membela bianglala
Sayap sayap cinta membela cakrawala
Sayap sayap cinta membela nuraninya
Proyek 13
Meskipun kurang paham tentang radiasi
Meskipun kurang paham tentang uranium
Meskipun kurang paham tentang plutonium
Ku tahu radioaktif panjang usia
Aku tak tahu sampahnya ada dimana
Aku tak tahu pula cara menyimpannya
Aku tak yakin tentang pengamanannya
Karena kebocoran pun ada disana
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Aku menolak akal yang tanpa hati
Aku menolak teknologi tanpa kendali
Aku tak mau mengijonkan masa depan
Demi listrik sedikit banyak keruwetan
Sama sekali ku tak anti teknologi
Tapi aku lebih percaya pada hati
Aku tahu listrik penting buat industri
Tapi industri jangan ancam masa depan
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Daripada susah payah beli reaktor
Daripada pusing karena sampah nuklir
Daripada malu kepada anak cucu
Aku bergerak menyanyikan kehidupan
Informasi tentang ini harus diberikan
Bahaya dunia maju harus disingkirkan
Rasa gengsi tak perlu diteruskan
Pembangunan PLTN harap hentikan
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Apa yang akan terjadi nanti
Untuk listrik banyak memerlukan sumber energi
Pilihan itu tentu jadi kucurigai
Sebab di negeri maju reaktor ditutupi
Bukan alasan agar republik ini beli
Aku lebih suka tenaga matahari
Aku lebih suka tenaga panas bumi
Aku lebih suka dengan tenaga angin
Aku lebih suka tenaga arus laut
….
----ooo----
SWAMI II (1991)
Setiawan Djodi kembali mengajak Iwan Fals membuat album Swami jilid II. Namun album ini tak seheboh album yang pertama. Penjualannya biasa-biasa saja. Hits nya juga kurang menarik dibawakan oleh Sawung Jabo. Iwan Fals sendiri malah tidak menjadi vokalis utama pada hits yang dipromokan. Ada satu lagu yang agak lumayan yang dinyanyikan Iwan yaitu lagu ‘Nyanyian Jiwa’ dan ‘Kebaya Merah’. Pada cover album, nama Iwan tidak ditampilkan tidak seperti album Swami yang perdana. (iwanfalsmania.wordpress.com)
Album ini berisi lagu-lagu ‘Hio’, ‘Kuda Lumping’, ‘Kebaya Merah’, ‘Robot Bernyawa’, ‘Na Na Na Na’, ‘Nyanyian Jiwa’, ‘Sangkala’, ‘Koran’, ‘Rog Rog Asem’.
Lirik
Hio
Aku tak mau terlibat segala macam tipu menipu
Aku tak mau terlibat segala macam omong kosong
Aku wajar wajar saja
Aku mau apa adanya
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Aku tak mau terlibat persekutuan manipulasi
Aku tak mau terlibat pengingkaran keadilan
Aku mau jujur jujur saja
Bicara apa adanya
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Hio hio hio hio hio
Hio hio hio hio hio
Hoo hoo hoo
Hoo hoo hoo
Hoo hoo hoo
Hoo hoo hoo
Mulane dulur ayo dijogo
Omongane lan kelakuane
Aku tak mau bicara yang tentang aku sendiri tidak tahu
Aku tak mau mengerti kenapa orang saling mencaci
Aku mau sederhana
Mau baik baik saja
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Aku tak mau kehilangan akal sehat dipikiranku
Aku tak mau menyaksikan ada orang yang dihinakan
Aku hanya tahu
Bahwa orang hidup
Agar jangan mengingkari hati nurani
Hio hio hio hio hio
Hio hio hio hio hio
Hoo hoo hoo
Hoo hoo hoo
Hoo hoo hoo
Hoo hoo hoo
Aku mau wajar wajar saja
Aku mau apa adanya
Aku mau jujur jujur saja
Bicara apa adanya
Aku mau sederhana
Mau baik baik saja
Aku hanya tahu
Bahwa orang hidup
Agar jangan mengingkari hati nurani
Hio hio hio hio hio
Hio hio hio hio hio
Hio hio hio hio hio
Hio hio hio hio hio
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Kuda Lumping
Kuda lumping nasibnya nungging
Mencari makan terpontang panting
Aku juga dianggap sinting
Sebenarnya siapa yang sinting
Berputar putar dalam lingkaran
Menari tak sadarkan diri
Mata terpejam mengunyah beling
Mempertahankan hidup yang sulit
Kuda lumping nasibnya nungging
Mencari makan terpontang panting
Aku juga dianggap sinting
Sebenarnya siapa yang sinting
Mulutnya berbusa
Nasibnya berbusa
Tradisi berbusa
Tradisi amblas
Nyanyi
Penari bernyanyi
Sebelum
Tergilas mati
Sunyi
Hati sang penari
Sebab
Hidup mereka telah tersisih
Berbaju sutra pandai menipu
Membabi buta cari mangsa
Mulut penipu berbau busuk
Mempertahankan hidup yang busuk
Para penipu berkeliaran
Makan tanah memperkosa fakta
Saling menipu sesama penipu
Tidak menipu jadinya tertipu
Mulutnya berbusa
Nasibnya berbusa
Tradisi berbusa
Tradisi amblas
Nyanyi
Penipu menyanyi
Sebelum
Mereka mati
Sunyi
Hati sang penipu
Sebab
Tak bisa menipu diri sendiri
Kuda lumping megap megap
Pelan pelan ditelan jaman
Para penipu tunggu saatmu
Kuda lumping menginjak mulutmu
Kuda lumping nasibnya nungging
Mencari makan terpontang panting
Aku juga dianggap sinting
Sebenarnya siapa yang sinting?
Para penipu berkeliaran
Makan tanah memperkosa fakta
Saling menipu sesama penipu
Tidak menipu jadinya tertipu
Kuda lumping megap megap
Pelan pelan ditelan jaman
Para penipu tunggu saatmu
Kuda lumping menginjak mulutmu
Amblas
Kebaya Merah
Kebaya merah kau kenakan
Anggun walau nampak kusam
Kerudung putih terurai
Ujung yang koyak tak kurangi cintaku
Wajahmu seperti menyimpan duka
Padahal kursimu dilapisi beludru
Ada apakah?
Ibu
Ceritalah seperti dulu
Duka suka yang terasa
Percaya pada anakmu
Tak terfikir tuk tinggalkan dirimu
Ibuku, darahku, tanah airku
Tak rela kulihat kau seperti itu
Ada apakah?
Ibu
Robot Bernyawa
Lihatlah itu ya disana
Orang berkumpul bising suaranya
Wajahnya merah dibakar marah
Sang dewa nasib sedang berduka
Didepan pabrik minta keadilan
Hanyalah janji membumbung tinggi
Tuntutan mereka membentur baja
Terus bekerja atau di PHK
Inilah lagu orang tak berdaya
Mencoba mempertanyakan haknya
Dituduh pengacau kerja
Dianggap pahlawan kesiangan
Bisa berbahaya
Jangan bertanya jangan bertingkah
Robot bernyawa teruslah bekerja
Sapi perahan dijaman moderen
Mulut dikunci tak boleh bicara
Didepan pabrik minta keadilan
Hanyalah janji membumbung tinggi
Tuntutan mereka membentur baja
Terus bekerja atau di PHK
Inilah lagu orang tak berdaya
Mencoba mempertanyakan haknya
Dituduh pengacau kerja
Dianggap pahlawan kesiangan
Bisa berbahaya
Inilah nasib orang orang bawah
Tidur berjajar menciptakan mimpi indah
Bekerja terus bekerja
Mencoba membalik nasib
Ternyata susah
Na Na Na Na
Desaku
Kampungku
Telah lama menghilang
Tenggelam dalam air
Telah lama terkubur
Tergusur kemajuan
Dengarlah
Belalang nyanyi bersahutan
Menari dibalik alang alang
Terdengar sangat menyedihkan
Rumah merekapun terancam
Nyanyian
Harapan
Anak anak didesa
Bermain dengan alam
Bermain bayang bayang
Dibawah sinar bulan
Lihatlah
Dilorong perkampungan kota
Anak anak kecil bermain
Imajinasi dikebiri
Surga mereka telah pergi
Saat senja perlahan mendekati
Mereka duduk didalam ruangan
Televisi gantikan dongengan
Tidak pernah tahu masa lalu
Oh ya oh ya
Nyanyian desa
Oh ya oh ya
Nyanyian kota
Oh ya oh ya
Jauh berbeda
Oh ya oh ya
Memang berbeda
Na na na na
Na na na
Na na na na
Na na na na
Na na na
Na na na na
Nyanyian Jiwa
Nyanyian jiwa
Bersayap menembus awan jingga
Mega mega
Terburai diterjang halilintar
Mata hati
Bagai pisau merobek sangsi
Hari ini
Kutelan semua masa lalu
Biru biru biru biruku
Hitam hitam hitam hitamku
Aku sering ditikam cinta
Pernah dilemparkan badai
Tapi aku tetap berdiri oh
Nyanyian jiwa haruslah dijaga
Mata hari haruslah diasah
Nyanyian jiwa haruslah dijaga
Mata hari haruslah diasah
Menjeritlah
Menjeritlah selagi bisa
Menangislah
Jika itu dianggap penyelesaian
Biru biru biru biruku
Hitam hitam hitam hitamku
Aku sering ditikam cinta
Pernah dilemparkan badai
Tapi aku tetap berdiri ohoh
Nyanyian jiwa haruslah dijaga
Mata hari haruslah diasah
Nyanyian jiwa haruslah dijaga
Mata hari haruslah diasah
Sangkala
Apa yang kan terjadi?
Ketika sosok sangkala
Diberi ruang tuk berkuasa
Kebanggaan nan semu
Kemegahan dalam penantian
Rusaknya tata kehidupan bumi
Bayi bayi menjerit
Menerawang maki kerakusan
Akal tanpa nurani
Apa yang kan terjadi?
Apa yang terjadi nanti?
Waktu kian meranggas
Arus berbalik menghantam
Awan hitam kematian
Mata saling memandang
Semua bertanya tanya
Berkata kata tanpa suara
Apa yang kan terjadi?
Apa yang terjadi kini?
Sangkala menyeringai
Menelan bumi ini
Koran
Aku baca koran ada dalang mainkan wayang
Didalam koran banyak wayang ingin jadi bintang
Ku baca koran belum juga selesai persoalan
Didalam koran semakin jernih kaca kehidupan
Engkau koranku
Sementara kehidupan masih harus berputar
Sementara masih banyak orang terpaksa bertahan
Menunggu mendengar melihat apa yang kan terjadi
Koran koran berikanlah kami jawaban yang pasti
Engkau koranku
Seharusnya kau buka pintu pintu dunia
Menceritakan apa saja yang sebenarnya
Jadilah engkau api penyadaran
Kehidupan
Jadilah engkau api penyadaran
Sang kebenaran haruslah dijaga dan dikabarkan
Jangan putar balikkan cerita
Jangan jungkir balikkan berita
Jangan putar balikkan cerita
Jangan jungkir balikkan berita
Jangan putar balikkan cerita
Jangan jungkir balikkan berita
Jangan putar balikkan cerita
Jangan jungkir balikkan berita
Bohong
Rog Rog Asem
Malam kusam tanpa rembulan
Hanya janji pupus harapan
Gerombolan burung terbang rendah
Tinggalkan tanah yang hitam
Serang
Terkam
Maut turun tanpa darah
Sumpah
Serapah
Ini semua salah siapa
Hari hari semakin letih
Nilai moral entah dimana
Geram
Seram
Tangan tangan melempar kembang
Sunyi
Bisu
Raut wajah berbaris keluh
Siapa menang semua kalah
Semua benar siapa yang salah
----ooo----
BELUM ADA JUDUL (1992)
Album ini menjadi salah satu masterpiece dari Iwan Fals, karena proses rekamannya secara live tanpa di edit. Dan Iwan hanya bernyanyi pakai gitar dan Harmonika yang dimainkan sendiri, tanpa musik pengiring tanpa backing vokal. Hits dalam album ini adalah ‘Belum Ada Judul’, lagu yang sederhana namun dalam maknanya. Kesederhanaan Iwan disini tetap menjadi jaminan nilai jual. Dibawah bendera Harpa records, album Iwan tampil dengan polos yang menunjukkan inilah sesungguhnya seorang Iwan Fals.
Lagu-lagunya ‘Belum Ada Judul’, ‘Besar Dan Kecil’, ‘Iya Atau Tidak’, ‘Mereka Ada Dijalan’, ‘Potret’, ‘Di Mata Air Tidak Ada Air Mata’, ‘Ikrar’, ‘Aku Disini’, ‘Mencetak Sawah’, ‘Panggilan Dari Gunung’, ‘Coretan Dinding’.
Belum Ada Judul
Pernah kita sama sama susah
Terperangkap didingin malam
Terjerumus dalam lubang jalanan
Digilas kaki sang waktu yang sombong
Terjerat mimpi yang indah lelap
Pernah kita sama-sama rasakan
Panasnya mentari hanguskan hati
Sampai saat kita nyaris tak percaya
Bahwa roda nasib memang berputar
Sahabat masing ingatkah kau
Reff:
Sementara hari terus berganti
Engkau pergi dengan dendam membara di hati
Cukup lama aku jalan sendiri
Tanpa teman yang sanggup mengerti
Hingga saat kita jumpa hari ini
Tajamnya matamu tikam jiwaku
Kau tampar bangkitkan aku sobat
Besar Dan Kecil
Kau seperti bus kota atau truk gandengan
Mentang-mentang paling besar klakson sembarangan
Aku seperti bemo atau sandal japit
Tubuhku kecil mungil biasa terjepit
Pada siapa ku mengadu
Pada siapa ku bertanya
Kau seperti buaya atau dinosaurus
Mentang-mentang menakutkan makan sembarangan
Aku seperti cicak atau kadal buntung
Tubuhku kecil mrengil sulit dapat untung
Pada siapa ku mengadu
Pada siapa ku bertanya
Mengapa besar selalu menang
Bebas berbuat sewenang-wenang
Mengapa kecil selalu tersingkir
Harus mengalah dan menyingkir
Apa bedanya besar dan kecil
Semua itu hanya sebutan
Ya.. walau di dalam kehidupan
Kenyataannya harus ada besar dan kecil
Iya Atau Tidak
Bicaralah nona, jangan membisu
Walau s'patah kata tentu kudengar
Tambah senyum sedikit apa sih susahnya
Malah semakin manis semanis tebu
Engkau tau isi hatiku
Semuanya sudah aku katakan
Ganti kamu jawab tanyaku
Ya atau tidak itu saja
Bila hanya diam aku tak tahu
Batu juga diam, kamu kan bukan batu
Aku tak cinta pada batu
Yang aku cinta hanya kamu
Jawab nona dengan bibirmu
Ya atau tidak itu saja
Tak aku pungkiri aku suka wanita
Sebab aku laki-laki masa suka pria
Kau kuraslah isi dadaku
Aku yakin ada kamu di situ
Jangan diam bicaralah
Ya atau tidak itu saja
Mereka Ada Dijalan
Pukul 3 sore hari
Di jalan yang belum jadi
Aku melihat anak-anak kecil
Telanjang dada telanjang kaki
Asik mengejar bola
Kuhampiri kudekati
Lalu duduk di tanah yang lebih tinggi
Agar lebih jelas lihat dan rasakan
Semangat mereka keringat mereka
Dalam memenangkan pernainan
Ramang kecil, Kadir kecil menggiring bola di jalanan
Ruli kecil, Ricky lika-liku jebolkan gawang
Tiang gawang puing-puing
Sisa bangunan yang tergusur
Tanah lapang hanya tinggal cerita
Yang nampak mata hanya para pembual saja
Anak kota tak mampu beli sepatu
Anak kota tak punya tanah lapang
Sepak bola menjadi barang yang mahal
Milik mereka yang punya uang saja
Dan sementara kita di sini
Di jalan ini
Bola kaki dari plastik
Ditendang mampir ke langit
Pecahlah sudah kaca jendela hati
Sebab terkena bola tentu bukan salah mereka
Roni kecil, Heri kecil, gaya samba sodorkan bola
Nobon kecil, Juki kecil, jegal lawan amankan gawang
Cipto kecil, Suwadi kecil, tak tik tuk tak terinjak paku
Yudo kecil, Paslah kecil, terkam bola jatuh menangis
Potret
Melihat anak-anak kecil berlari-larian
Di perempatan jalan kota-kota besar
Mengejar hari yang belum dimengerti
Sambil bernyanyi riang menyambut resiko
Melihat anak-anak sekolah berkelahi
Di pusat keramaian kota-kota besar
Karena apa tak ada yang mengetahui
Sementara darah yang keluar bertambah banyak
Melihat anak-anak muda di ujung gang
Berkelompok tak ada yang dikerjakan
Selain mengeluh dan memanjakan diri
Hari esok bagaimana besok
Mendengar orang-orang pandai berdiskusi
Tentang kesempatan yang semakin sempit
Tentang kemunafikkan yang kian membelit
Tetapi tetap saja tinggal omongan
Merasa birokrat bersilat lidah
S'perti tukang obat di jalanan
Mencoba meyakinkan rakyat
Bahwa di sini seperti di surga
Tak adakah jalan keluar?
Di Mata Air Tidak Ada Air Mata
Memetik gitar dan bernyanyi
Pada waktu tak bertepi
Di atas langit di bawah tanah
Di hembus angin terseret arus
Untuk saudara tercinta
Untuk Jiwa yang terluka
Tengah lagu suaraku hilang
Sebab hari semakin bising
Hanya bunyi peluru di udara
Gantikan denting gitarku
Mengoyak paksa nurani
Jauhkan jarak pandangku
Bibirku bergerak tetap nyanyikan cinta
Walau aku tahu tak terdengar
Jariku menari tetap takkan berhenti
Sampai wajah tak murung lagi
Amarah sempat dalam dada
Namun akalku menerkam
Kubernyanyi di matahari
Kupetik gitar di rembulan
Di balik bening mata air
Tak pernah ada air mata
Ikrar
Meniti hari meniti waktu
Membelah langit belah samudera
Ikhlaslah sayang ku kirim kembang
Tunggu aku tunggu aku
Rinduku dalam semakin dalam
Perjalanan pasti kan sampai
Penantianmu smangat hidupku
Kau cintaku kau bintangku
Doakanlah sayang
Harapkanlah manis
Suamimu segera kembali
Doakanlah sayang
Harapkanlah manis
Suamimu suami yang baik
Kutitipkan semua yang ku tinggalkan
Kau jagalah semua yang mesti kau jaga
Permataku aku percaya padamu
Permataku aku percaya padamu
Aku Disini
Mengantuk perempuan setengah baya
Di bak terbuka mobil sayuran
Jam tiga pagi itu tangannya terangkat
Saat sorot lampu mobilku menyilaukan matanya
Aku ingat ibuku, aku ingat istri dan anak perempuanku
Separo jalan menuju rumah saat lampu menyala merah
Di depan terminal bis kota yang masih sepi
Aku melihat seorang pelacur tertidur mungkin letih atau mabuk
Aku ingat ibuku, aku ingat istri dan anak perempuanku
Di bawah temaram sinar merkuri
Bocah telanjang dada bermail bola
Oh pagi yang gelap kau sudutkan aku
Suara kaset dalam mobil aku matikan
Jendela kubuka angin pagi dan nyanyian sekelompok anak muda mengusik ingatanku
Aku ingat mimpiku, aku ingat harapan yang semakin hari semakin panjang tak berujung
Perempuan setengah baya pelacur yang tertidur
Bocah-bocah bermain bola anak muda yang bernyanyi
Sebentar lagi ayam jantan kabarkan pagi
Hari-harimu menagih janji
Aku di sini ya.. aku di sini
Ingat ibuku, istri dan anak-anakku
Mencetak Sawah
Kubaca koran pagi sambil ngopi
Ada kabar menarik hati
Konglomerat akan mencetak sawah
Di atas tanah milik siapa
Aku jadi berfikir
Untuk apa berupaya membuat sawah
Sebab tanah ini tak lagi berkah
Tak lagi ... ramah
Semua kan sia-sia
Karena kami tak lagi makan nasi
Dari bumi pertiwi ini
Dari keringat pak tani
Tanah-tanah suburmu sudah menjadi ranjang industri
Menjadi ayunan ambisi-ambisi
Demi gengsi demi aksi
Untuk apa sawah-sawah
Pak taniku sudah pergi
Menjadi pejalan kaki
Yang ... sepi
Panggilan Dari Gunung
Panggilan dari gunung
Turun ke lembah-lembah
Kenapa nadamu murung
Langkah kaki gelisah
Matamu separuh katup
Lihat kolam seperti danau
Kau bawa persoalan
Cerita duka melulu
Disini menunggu
Cerita yang lain
Berapa lama diam
Cermin katakan bangkit
Pohon-pohon terkurung
Kura-kura terbius
Coretan Dinding
Coretan dinding membuat resah
Resah hati pencoret
Mungkin ingin tampil
Tapi lebih resah pembaca coretannya
Sebab coretan dinding
Adalah pemberontakan kucing hitam
Yang terpojok ditiap tempat sampah, ditiap kota
Cakarnya siap dengan kuku kuku tajam
Matanya menyala mengawasi gerak musuhnya
Musuhnya adalah penindas
Yang menganggap remeh coretan dinding kota
Coretan dinding terpojok di tempat sampah
Kucing hitam dan penindas sama sama resah
----ooo----
Dalam gelap berjalan
Membelah belantara akal
Sendiri
Sendiri
Selalu sendiri
Pada terang kumerenung
Mencari kesejatian
Mencari
Mencari
Selalu mencari
Pada ruang
Pada waktu
Aku ingin datang
Pada ruang
Pada waktu
Aku ingin datang
Gitar kayu kumainkan
Suaranya lahirkan tanya
Bertanya
Bertanya
Selalu bertanya
Rembulan tenang dan bisu
Anak bangsa berjalan
Berdesakan bagai tikus di jalan yang licin
Berdesakan bertanya pada masa silam
Apa nasib buni pertiwi
Angin subuh memupuri
Tubuh tubuh hitam dengan kabut
Rembulan bisu napasnya mengalir tenang
Wahai kenyataan alam
Wahai kenyataan diri
Wahai kenyataan zaman
Apa nasib bumi pertiwi
Rembulan tenang dan bisu
Anak bangsa bergerak
Berdesakan didalam kereta malam
Berdesakan dari desa desa ke kota
Apa nasib bumi pertiwi
Wahai kenyataan alam
Wahai kenyataan diri
Wahai kenyataan zaman
Apa nasib bumi pertiwi
Wahai kenyataan alam
Wahai kenyataan diri
Wahai kenyataan zaman
Apa nasib bumi pertiwi
Rembulan tenang dan bisu
Anak bangsa berbaris
Berharapan didepan gerbang pendidikan
Berharapan bermimpi tentang masa depan
Apa nasib bumi pertiwi
Wahai kenyataan alam
Wahai kenyataan diri
Wahai kenyataan zaman
Apa nasib bumi pertiwi
Wahai kenyataan alam
Wahai kenyataan diri
Wahai kenyataan zaman
Apa nasib bumi pertiwi
Cikal
Kerbau dikepalaku ada yang suci
Kerbau dikepalamu senang bekerja
Kerbau disini teman petani
Ular dinegara maju menjadi sampah nuklir
Ular didalam buku menjadi hiasan tatto
Ular disini memakan tikus
Kerbauku kerbau petani
Ularku ular sanca
Kerbauku teman petani
Ularku memakan tikus
Kerbauku besar kerbauku seram
Tetapi ia bukan pemalas
Hidupnya sederhana
Sancaku besar sancaku seram
Mengganti kulit keluar sarang makan dan bertapa
Hidupnya sederhana
Ularku ular sanca
Kerbauku kerbau petani
Ularku memakan tikus
Kerbauku teman petani
Walau kerbauku bukan harimau
Tetapi ia bisa seperti harimau
Kerbauku tetap kerbau
Kerbau petani yang senang bekerja
Sancaku melilitnya
Kerbauku tidak terganggu
Karena sancaku dan kerbau
Temannya petani
Lalu dimana anak anak sang tikus
Bayi bayi bayi
Murni dan kosong
Bayi bayi bayi
Bayi ya bayi
Kalau kita sedang tidur dan tiba tiba saja kita terbangun
Karena lubang hidung kita terkena kumis harimau
Mungkin kita akan lari ya lari
Tetapi bayiku tidak
Bukan karena bayiku belum bisa berlari
Aku percaya
Aku percaya
Bayiku tidak akan pernah berfikir
Bahwa harimau itu jahat
Bayiku menarik narik kumis
Dan memukul mukul mulut harimau
Harimau malah memberikan bayiku mainan
Bayiku menjadi bayi harimau
Bayi harimau anak petani
Seperti sanca melilit kerbau
Ia ada di gorong gorong kota
Lantas apa agamanya
Kerbauku kerbau petani
Ularku ular sanca
Bayiku murni dan kosong
Ia ada di gorong gorong kota
Kerbauku kerbau petani
Ularku ular sanca
Bayiku bayi harimau
Ia ada di gorong gorong kota
Bayi bayi bayi
Murni dan kosong
Bayi bayi bayi
Bayi harimau
Bayi bayi bayi
Yang berkalung sanca
Bayi bayi bayi
Yang di susui kerbau
Pulang Kerja
Kucing hutan ibu dan anak berang berang
Tikus salju dan harimau kumbang berwarna coklat
Mereka berkelahi untuk kehidupan
Yang aku rasakan adalah keseimbangan
Kucing hutan lari karena kalah berkelahi
Ibu berang berang pulang kerumah
Kucing hutan bertemu tikus salju
Ibu berang berang bercanda dengan anak anaknya
Karena lapar kucing hutan menerkam tikus salju
Tikus salju malah mendapatkan teman
Kucing hutan yang gagal gagal lagi
Tikus salju biasa saja sudah nasibnya selamat
Dari balik bukit dikaki cemara
Aku melihat mulut harimau berlumuran darah
Kucing hutan yang gagal ia terkapar
Akhirnya mati
Sudah takdir harimau mendatangi berang berang
Tetapi berang berang sudah pulang
Sementara tikus salju entah pergi kemana
Harimau itu kesepian
Aku terkesima
Aku terkesima
Aku terkesima terkesima
Duhai langit
Duhai bumi
Duhai alam raya
Kuserahkan ragaku padamu
Duhai ada
Duhai tiada
Duhai cinta
Ku percaya
Alam Malam
Malam malam terjebak didalam keraguan
Mana utara mana selatan
Melihat ketegangan melihat kegelapan
Melihat banyak pertanyaan
Apa siapa mengapa orang orang bingung
Apa siapa mengapa jangan bingung bingung
Biar saja suka suka
Jangan hiraukan mereka biar saja
Biar saja suka suka
Jangan hiraukan mereka biar saja
Alam malam alam malam alam maya da da
Alam malam
Alam malam alam malam alam maya da da
Alam malam
Menjadi anak alam lahir diujung malam
Bumi bunda bapak angkasa
Merasakan udara membawa peristiwa
Merenungkan pengalaman
Apa siapa mengapa orang orang bingung
Apa siapa mengapa jangan bingung bingung
Biar saja suka suka
Jangan hiraukan mereka biar saja
Biar saja suka suka
Jangan hiraukan mereka biar saja
Biar saja suka suka
Jangan hiraukan mereka biar saja
Mendengar lagu baru nyanyikan lagu lama
Bermain bersama sama
Menemu kebebasan membebaskan temuan
Mengalami kekosongan
Apa siapa mengapa orang orang bingung
Apa siapa mengapa jangan bingung bingung
Biar saja suka suka
Jangan hiraukan mereka biar saja
Biar saja suka suka
Jangan hiraukan mereka biar saja
Alam malam alam malam alam maya da da
Alam malam
Alam malam alam malam alam maya da da
Alam malam
Hei apa yang dicari tak usah cari cari
Semuanya ada disini
Dimana kehidupan disitulah jawaban
Jawabannya nyanyikanlah
Nyanyi menyanyi nyanyikan
Indonesia raya
Bingung merenung merenung
Menjadi gunung
Bingung mengalir mengalir
Menjadi air
Bingung merenung merenung
Menjadi gunung
Bingung mengalir mengalir
Menjadi air
Biar saja suka suka
Jangan hiraukan mereka biar saja
Bingung merenung merenung
Menjadi gunung
Mengalir mengalir mengalir
Menjadi air
Mengalir mengalir merenung
Menjadi gunung
Alam malam alam malam alam maya da da
Alam malam
Alam malam alam malam alam maya da da
Alam malam
Alam malam alam malam alam maya da da
Alam malam
Alam malam alam malam alam maya da da
Alam malam
Ada
Ada yang ada
Ada yang tak ada
Nyatanya ada
Nyatanya tak ada
Antara ada
Antara tak ada
Ada antara
Diantara ada dan tak ada
Ada yang ada
Ada yang tak ada
Nyatanya ada
Nyatanya tak ada
Antara ada
Antara tak ada
Ada antara
Diantara ada dan tak ada
Hanya tak terasa ada disana
Hanya tak terasa ada disini
Hanya tak terasa apa yang dirasa
Ada dan tak ada mungkin tak berbeda
Ada yang ada
Ada yang tak ada
Nyatanya ada
Nyatanya tak ada
Antara ada
Antara tak ada
Ada antara
Diantara ada dan tak ada
Antara ada disini
Rasa disini
Ada antara disana
Dimana rasa?
Antara ada disini
Nalar disini
Ada antara disana
Dimana nalar?
Ada dan tak ada
Nyatanya ada
Menari dan bernyanyilah
Langit dan bumi nyatanya ada
Tapi tersimpan di cakrawala
Untuk Bram
Panji panji putih putih
Berkibar setengah tiang
Burung burung merpati
Menebarkan melati
Lampu suci dinyalakan
Dalang tua berdoa
Wayang kayon diletakkan
Lakon mulai dilakukan
Rahasia dibeberkan
Peristiwa dijelaskan
Bayangan dihidupi
Cermin hati dibagi
Alam semesta
Menerima perlakuan sia sia
Diracun jalan napasnya
Diperkosa kesuburannya
Rayat menilai
Menerima penderitaan curang
Digusur jalan hidupnya
Digoda kemakmurannya
Lakon selesai
Penonton pulang kerumahnya
Membawa hati yang bertanya tanya tanya
Siapa tadi yang menjadi korban
Dijawabnya tanya tanya
Pertanyaan abadi ditanyakan lagi
Tanyakan tanyakan tanyakan tanyakan
Pertanyaan abadi ditanyakan lagi
Ditanyakan ditanyakan ditanyakan
Sayap sayap cinta bagaikan cendrawasih
Kabarkan berita duka alam raya
Hati bumi luka anak durhaka
Terjungkal merintih menghiba
Rindu tergoda oleh tembok
Dendam menampakkan wajah gelap
Tetes air mata para malaikat
Berjatuhan kelahan berdebu
Tak hirau akan kesuburan
Kering menindas nurani
Ha ha
Ha ha
Ha ha
Ha ha
Sayap sayap cinta bagaikan cendrawasih
Kabarkan cerita menyayat
Bulan berdengung didalam bayangan
Menghadirkan rupa yang tajam
Di bibir tebing kelam tinggi
Lirih terdengar angin berdoa
Gairah harum lembut kebebasannya
Laksana aroma bunga hutan
Tercium dari puncak gunung
Gemetar sadar terancam
Sayap sayap cinta bagaikan cendrawasih
Diburu luka karena keindahannya
Kesadaran bersinar dengan merdeka
Nyanyi jiwa melebihi tanya
Ada apa gerangan wahai cendrawasih
Lingkar matamu hitam letih batinmu
Beratkah deritamu wahai cendrawasih
Murung paruhmu kicaukan keluh
Ada apa gerangan
Sayap sayap cinta membela bianglala
Sayap sayap cinta membela cakrawala
Sayap sayap cinta membela nuraninya
Proyek 13
Meskipun kurang paham tentang radiasi
Meskipun kurang paham tentang uranium
Meskipun kurang paham tentang plutonium
Ku tahu radioaktif panjang usia
Aku tak tahu sampahnya ada dimana
Aku tak tahu pula cara menyimpannya
Aku tak yakin tentang pengamanannya
Karena kebocoran pun ada disana
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Aku menolak akal yang tanpa hati
Aku menolak teknologi tanpa kendali
Aku tak mau mengijonkan masa depan
Demi listrik sedikit banyak keruwetan
Sama sekali ku tak anti teknologi
Tapi aku lebih percaya pada hati
Aku tahu listrik penting buat industri
Tapi industri jangan ancam masa depan
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Daripada susah payah beli reaktor
Daripada pusing karena sampah nuklir
Daripada malu kepada anak cucu
Aku bergerak menyanyikan kehidupan
Informasi tentang ini harus diberikan
Bahaya dunia maju harus disingkirkan
Rasa gengsi tak perlu diteruskan
Pembangunan PLTN harap hentikan
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Apa yang akan terjadi nanti
Untuk listrik banyak memerlukan sumber energi
Pilihan itu tentu jadi kucurigai
Sebab di negeri maju reaktor ditutupi
Bukan alasan agar republik ini beli
Aku lebih suka tenaga matahari
Aku lebih suka tenaga panas bumi
Aku lebih suka dengan tenaga angin
Aku lebih suka tenaga arus laut
….
----ooo----
SWAMI II (1991)
Setiawan Djodi kembali mengajak Iwan Fals membuat album Swami jilid II. Namun album ini tak seheboh album yang pertama. Penjualannya biasa-biasa saja. Hits nya juga kurang menarik dibawakan oleh Sawung Jabo. Iwan Fals sendiri malah tidak menjadi vokalis utama pada hits yang dipromokan. Ada satu lagu yang agak lumayan yang dinyanyikan Iwan yaitu lagu ‘Nyanyian Jiwa’ dan ‘Kebaya Merah’. Pada cover album, nama Iwan tidak ditampilkan tidak seperti album Swami yang perdana. (iwanfalsmania.wordpress.com)
Album ini berisi lagu-lagu ‘Hio’, ‘Kuda Lumping’, ‘Kebaya Merah’, ‘Robot Bernyawa’, ‘Na Na Na Na’, ‘Nyanyian Jiwa’, ‘Sangkala’, ‘Koran’, ‘Rog Rog Asem’.
Lirik
Hio
Aku tak mau terlibat segala macam tipu menipu
Aku tak mau terlibat segala macam omong kosong
Aku wajar wajar saja
Aku mau apa adanya
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Aku tak mau terlibat persekutuan manipulasi
Aku tak mau terlibat pengingkaran keadilan
Aku mau jujur jujur saja
Bicara apa adanya
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Hio hio hio hio hio
Hio hio hio hio hio
Hoo hoo hoo
Hoo hoo hoo
Hoo hoo hoo
Hoo hoo hoo
Mulane dulur ayo dijogo
Omongane lan kelakuane
Aku tak mau bicara yang tentang aku sendiri tidak tahu
Aku tak mau mengerti kenapa orang saling mencaci
Aku mau sederhana
Mau baik baik saja
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Aku tak mau kehilangan akal sehat dipikiranku
Aku tak mau menyaksikan ada orang yang dihinakan
Aku hanya tahu
Bahwa orang hidup
Agar jangan mengingkari hati nurani
Hio hio hio hio hio
Hio hio hio hio hio
Hoo hoo hoo
Hoo hoo hoo
Hoo hoo hoo
Hoo hoo hoo
Aku mau wajar wajar saja
Aku mau apa adanya
Aku mau jujur jujur saja
Bicara apa adanya
Aku mau sederhana
Mau baik baik saja
Aku hanya tahu
Bahwa orang hidup
Agar jangan mengingkari hati nurani
Hio hio hio hio hio
Hio hio hio hio hio
Hio hio hio hio hio
Hio hio hio hio hio
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Kuda lumping nasibnya nungging
Mencari makan terpontang panting
Aku juga dianggap sinting
Sebenarnya siapa yang sinting
Berputar putar dalam lingkaran
Menari tak sadarkan diri
Mata terpejam mengunyah beling
Mempertahankan hidup yang sulit
Kuda lumping nasibnya nungging
Mencari makan terpontang panting
Aku juga dianggap sinting
Sebenarnya siapa yang sinting
Mulutnya berbusa
Nasibnya berbusa
Tradisi berbusa
Tradisi amblas
Nyanyi
Penari bernyanyi
Sebelum
Tergilas mati
Sunyi
Hati sang penari
Sebab
Hidup mereka telah tersisih
Berbaju sutra pandai menipu
Membabi buta cari mangsa
Mulut penipu berbau busuk
Mempertahankan hidup yang busuk
Para penipu berkeliaran
Makan tanah memperkosa fakta
Saling menipu sesama penipu
Tidak menipu jadinya tertipu
Mulutnya berbusa
Nasibnya berbusa
Tradisi berbusa
Tradisi amblas
Nyanyi
Penipu menyanyi
Sebelum
Mereka mati
Sunyi
Hati sang penipu
Sebab
Tak bisa menipu diri sendiri
Kuda lumping megap megap
Pelan pelan ditelan jaman
Para penipu tunggu saatmu
Kuda lumping menginjak mulutmu
Kuda lumping nasibnya nungging
Mencari makan terpontang panting
Aku juga dianggap sinting
Sebenarnya siapa yang sinting?
Para penipu berkeliaran
Makan tanah memperkosa fakta
Saling menipu sesama penipu
Tidak menipu jadinya tertipu
Kuda lumping megap megap
Pelan pelan ditelan jaman
Para penipu tunggu saatmu
Kuda lumping menginjak mulutmu
Amblas
Kebaya Merah
Kebaya merah kau kenakan
Anggun walau nampak kusam
Kerudung putih terurai
Ujung yang koyak tak kurangi cintaku
Wajahmu seperti menyimpan duka
Padahal kursimu dilapisi beludru
Ada apakah?
Ibu
Ceritalah seperti dulu
Duka suka yang terasa
Percaya pada anakmu
Tak terfikir tuk tinggalkan dirimu
Ibuku, darahku, tanah airku
Tak rela kulihat kau seperti itu
Ada apakah?
Ibu
Lihatlah itu ya disana
Orang berkumpul bising suaranya
Wajahnya merah dibakar marah
Sang dewa nasib sedang berduka
Didepan pabrik minta keadilan
Hanyalah janji membumbung tinggi
Tuntutan mereka membentur baja
Terus bekerja atau di PHK
Inilah lagu orang tak berdaya
Mencoba mempertanyakan haknya
Dituduh pengacau kerja
Dianggap pahlawan kesiangan
Bisa berbahaya
Jangan bertanya jangan bertingkah
Robot bernyawa teruslah bekerja
Sapi perahan dijaman moderen
Mulut dikunci tak boleh bicara
Didepan pabrik minta keadilan
Hanyalah janji membumbung tinggi
Tuntutan mereka membentur baja
Terus bekerja atau di PHK
Inilah lagu orang tak berdaya
Mencoba mempertanyakan haknya
Dituduh pengacau kerja
Dianggap pahlawan kesiangan
Bisa berbahaya
Inilah nasib orang orang bawah
Tidur berjajar menciptakan mimpi indah
Bekerja terus bekerja
Mencoba membalik nasib
Ternyata susah
Na Na Na Na
Desaku
Kampungku
Telah lama menghilang
Tenggelam dalam air
Telah lama terkubur
Tergusur kemajuan
Dengarlah
Belalang nyanyi bersahutan
Menari dibalik alang alang
Terdengar sangat menyedihkan
Rumah merekapun terancam
Nyanyian
Harapan
Anak anak didesa
Bermain dengan alam
Bermain bayang bayang
Dibawah sinar bulan
Lihatlah
Dilorong perkampungan kota
Anak anak kecil bermain
Imajinasi dikebiri
Surga mereka telah pergi
Saat senja perlahan mendekati
Mereka duduk didalam ruangan
Televisi gantikan dongengan
Tidak pernah tahu masa lalu
Oh ya oh ya
Nyanyian desa
Oh ya oh ya
Nyanyian kota
Oh ya oh ya
Jauh berbeda
Oh ya oh ya
Memang berbeda
Na na na na
Na na na
Na na na na
Na na na na
Na na na
Na na na na
Nyanyian Jiwa
Nyanyian jiwa
Bersayap menembus awan jingga
Mega mega
Terburai diterjang halilintar
Mata hati
Bagai pisau merobek sangsi
Hari ini
Kutelan semua masa lalu
Biru biru biru biruku
Hitam hitam hitam hitamku
Aku sering ditikam cinta
Pernah dilemparkan badai
Tapi aku tetap berdiri oh
Nyanyian jiwa haruslah dijaga
Mata hari haruslah diasah
Nyanyian jiwa haruslah dijaga
Mata hari haruslah diasah
Menjeritlah
Menjeritlah selagi bisa
Menangislah
Jika itu dianggap penyelesaian
Biru biru biru biruku
Hitam hitam hitam hitamku
Aku sering ditikam cinta
Pernah dilemparkan badai
Tapi aku tetap berdiri ohoh
Nyanyian jiwa haruslah dijaga
Mata hari haruslah diasah
Nyanyian jiwa haruslah dijaga
Mata hari haruslah diasah
Apa yang kan terjadi?
Ketika sosok sangkala
Diberi ruang tuk berkuasa
Kebanggaan nan semu
Kemegahan dalam penantian
Rusaknya tata kehidupan bumi
Bayi bayi menjerit
Menerawang maki kerakusan
Akal tanpa nurani
Apa yang kan terjadi?
Apa yang terjadi nanti?
Waktu kian meranggas
Arus berbalik menghantam
Awan hitam kematian
Mata saling memandang
Semua bertanya tanya
Berkata kata tanpa suara
Apa yang kan terjadi?
Apa yang terjadi kini?
Sangkala menyeringai
Menelan bumi ini
Aku baca koran ada dalang mainkan wayang
Didalam koran banyak wayang ingin jadi bintang
Ku baca koran belum juga selesai persoalan
Didalam koran semakin jernih kaca kehidupan
Engkau koranku
Sementara kehidupan masih harus berputar
Sementara masih banyak orang terpaksa bertahan
Menunggu mendengar melihat apa yang kan terjadi
Koran koran berikanlah kami jawaban yang pasti
Engkau koranku
Seharusnya kau buka pintu pintu dunia
Menceritakan apa saja yang sebenarnya
Jadilah engkau api penyadaran
Kehidupan
Jadilah engkau api penyadaran
Sang kebenaran haruslah dijaga dan dikabarkan
Jangan putar balikkan cerita
Jangan jungkir balikkan berita
Jangan putar balikkan cerita
Jangan jungkir balikkan berita
Jangan putar balikkan cerita
Jangan jungkir balikkan berita
Jangan putar balikkan cerita
Jangan jungkir balikkan berita
Bohong
Rog Rog Asem
Malam kusam tanpa rembulan
Hanya janji pupus harapan
Gerombolan burung terbang rendah
Tinggalkan tanah yang hitam
Serang
Terkam
Maut turun tanpa darah
Sumpah
Serapah
Ini semua salah siapa
Hari hari semakin letih
Nilai moral entah dimana
Geram
Seram
Tangan tangan melempar kembang
Sunyi
Bisu
Raut wajah berbaris keluh
Siapa menang semua kalah
Semua benar siapa yang salah
----ooo----
BELUM ADA JUDUL (1992)
Album ini menjadi salah satu masterpiece dari Iwan Fals, karena proses rekamannya secara live tanpa di edit. Dan Iwan hanya bernyanyi pakai gitar dan Harmonika yang dimainkan sendiri, tanpa musik pengiring tanpa backing vokal. Hits dalam album ini adalah ‘Belum Ada Judul’, lagu yang sederhana namun dalam maknanya. Kesederhanaan Iwan disini tetap menjadi jaminan nilai jual. Dibawah bendera Harpa records, album Iwan tampil dengan polos yang menunjukkan inilah sesungguhnya seorang Iwan Fals.
Lagu-lagunya ‘Belum Ada Judul’, ‘Besar Dan Kecil’, ‘Iya Atau Tidak’, ‘Mereka Ada Dijalan’, ‘Potret’, ‘Di Mata Air Tidak Ada Air Mata’, ‘Ikrar’, ‘Aku Disini’, ‘Mencetak Sawah’, ‘Panggilan Dari Gunung’, ‘Coretan Dinding’.
Belum Ada Judul
Pernah kita sama sama susah
Terperangkap didingin malam
Terjerumus dalam lubang jalanan
Digilas kaki sang waktu yang sombong
Terjerat mimpi yang indah lelap
Pernah kita sama-sama rasakan
Panasnya mentari hanguskan hati
Sampai saat kita nyaris tak percaya
Bahwa roda nasib memang berputar
Sahabat masing ingatkah kau
Reff:
Sementara hari terus berganti
Engkau pergi dengan dendam membara di hati
Cukup lama aku jalan sendiri
Tanpa teman yang sanggup mengerti
Hingga saat kita jumpa hari ini
Tajamnya matamu tikam jiwaku
Kau tampar bangkitkan aku sobat
Kau seperti bus kota atau truk gandengan
Mentang-mentang paling besar klakson sembarangan
Aku seperti bemo atau sandal japit
Tubuhku kecil mungil biasa terjepit
Pada siapa ku mengadu
Pada siapa ku bertanya
Kau seperti buaya atau dinosaurus
Mentang-mentang menakutkan makan sembarangan
Aku seperti cicak atau kadal buntung
Tubuhku kecil mrengil sulit dapat untung
Pada siapa ku mengadu
Pada siapa ku bertanya
Mengapa besar selalu menang
Bebas berbuat sewenang-wenang
Mengapa kecil selalu tersingkir
Harus mengalah dan menyingkir
Apa bedanya besar dan kecil
Semua itu hanya sebutan
Ya.. walau di dalam kehidupan
Kenyataannya harus ada besar dan kecil
Iya Atau Tidak
Bicaralah nona, jangan membisu
Walau s'patah kata tentu kudengar
Tambah senyum sedikit apa sih susahnya
Malah semakin manis semanis tebu
Engkau tau isi hatiku
Semuanya sudah aku katakan
Ganti kamu jawab tanyaku
Ya atau tidak itu saja
Bila hanya diam aku tak tahu
Batu juga diam, kamu kan bukan batu
Aku tak cinta pada batu
Yang aku cinta hanya kamu
Jawab nona dengan bibirmu
Ya atau tidak itu saja
Tak aku pungkiri aku suka wanita
Sebab aku laki-laki masa suka pria
Kau kuraslah isi dadaku
Aku yakin ada kamu di situ
Jangan diam bicaralah
Ya atau tidak itu saja
Pukul 3 sore hari
Di jalan yang belum jadi
Aku melihat anak-anak kecil
Telanjang dada telanjang kaki
Asik mengejar bola
Kuhampiri kudekati
Lalu duduk di tanah yang lebih tinggi
Agar lebih jelas lihat dan rasakan
Semangat mereka keringat mereka
Dalam memenangkan pernainan
Ramang kecil, Kadir kecil menggiring bola di jalanan
Ruli kecil, Ricky lika-liku jebolkan gawang
Tiang gawang puing-puing
Sisa bangunan yang tergusur
Tanah lapang hanya tinggal cerita
Yang nampak mata hanya para pembual saja
Anak kota tak mampu beli sepatu
Anak kota tak punya tanah lapang
Sepak bola menjadi barang yang mahal
Milik mereka yang punya uang saja
Dan sementara kita di sini
Di jalan ini
Bola kaki dari plastik
Ditendang mampir ke langit
Pecahlah sudah kaca jendela hati
Sebab terkena bola tentu bukan salah mereka
Roni kecil, Heri kecil, gaya samba sodorkan bola
Nobon kecil, Juki kecil, jegal lawan amankan gawang
Cipto kecil, Suwadi kecil, tak tik tuk tak terinjak paku
Yudo kecil, Paslah kecil, terkam bola jatuh menangis
Melihat anak-anak kecil berlari-larian
Di perempatan jalan kota-kota besar
Mengejar hari yang belum dimengerti
Sambil bernyanyi riang menyambut resiko
Melihat anak-anak sekolah berkelahi
Di pusat keramaian kota-kota besar
Karena apa tak ada yang mengetahui
Sementara darah yang keluar bertambah banyak
Melihat anak-anak muda di ujung gang
Berkelompok tak ada yang dikerjakan
Selain mengeluh dan memanjakan diri
Hari esok bagaimana besok
Mendengar orang-orang pandai berdiskusi
Tentang kesempatan yang semakin sempit
Tentang kemunafikkan yang kian membelit
Tetapi tetap saja tinggal omongan
Merasa birokrat bersilat lidah
S'perti tukang obat di jalanan
Mencoba meyakinkan rakyat
Bahwa di sini seperti di surga
Tak adakah jalan keluar?
Di Mata Air Tidak Ada Air Mata
Memetik gitar dan bernyanyi
Pada waktu tak bertepi
Di atas langit di bawah tanah
Di hembus angin terseret arus
Untuk saudara tercinta
Untuk Jiwa yang terluka
Tengah lagu suaraku hilang
Sebab hari semakin bising
Hanya bunyi peluru di udara
Gantikan denting gitarku
Mengoyak paksa nurani
Jauhkan jarak pandangku
Bibirku bergerak tetap nyanyikan cinta
Walau aku tahu tak terdengar
Jariku menari tetap takkan berhenti
Sampai wajah tak murung lagi
Amarah sempat dalam dada
Namun akalku menerkam
Kubernyanyi di matahari
Kupetik gitar di rembulan
Di balik bening mata air
Tak pernah ada air mata
Meniti hari meniti waktu
Membelah langit belah samudera
Ikhlaslah sayang ku kirim kembang
Tunggu aku tunggu aku
Rinduku dalam semakin dalam
Perjalanan pasti kan sampai
Penantianmu smangat hidupku
Kau cintaku kau bintangku
Doakanlah sayang
Harapkanlah manis
Suamimu segera kembali
Doakanlah sayang
Harapkanlah manis
Suamimu suami yang baik
Kutitipkan semua yang ku tinggalkan
Kau jagalah semua yang mesti kau jaga
Permataku aku percaya padamu
Permataku aku percaya padamu
Mengantuk perempuan setengah baya
Di bak terbuka mobil sayuran
Jam tiga pagi itu tangannya terangkat
Saat sorot lampu mobilku menyilaukan matanya
Aku ingat ibuku, aku ingat istri dan anak perempuanku
Separo jalan menuju rumah saat lampu menyala merah
Di depan terminal bis kota yang masih sepi
Aku melihat seorang pelacur tertidur mungkin letih atau mabuk
Aku ingat ibuku, aku ingat istri dan anak perempuanku
Di bawah temaram sinar merkuri
Bocah telanjang dada bermail bola
Oh pagi yang gelap kau sudutkan aku
Suara kaset dalam mobil aku matikan
Jendela kubuka angin pagi dan nyanyian sekelompok anak muda mengusik ingatanku
Aku ingat mimpiku, aku ingat harapan yang semakin hari semakin panjang tak berujung
Perempuan setengah baya pelacur yang tertidur
Bocah-bocah bermain bola anak muda yang bernyanyi
Sebentar lagi ayam jantan kabarkan pagi
Hari-harimu menagih janji
Aku di sini ya.. aku di sini
Ingat ibuku, istri dan anak-anakku
Kubaca koran pagi sambil ngopi
Ada kabar menarik hati
Konglomerat akan mencetak sawah
Di atas tanah milik siapa
Aku jadi berfikir
Untuk apa berupaya membuat sawah
Sebab tanah ini tak lagi berkah
Tak lagi ... ramah
Semua kan sia-sia
Karena kami tak lagi makan nasi
Dari bumi pertiwi ini
Dari keringat pak tani
Tanah-tanah suburmu sudah menjadi ranjang industri
Menjadi ayunan ambisi-ambisi
Demi gengsi demi aksi
Untuk apa sawah-sawah
Pak taniku sudah pergi
Menjadi pejalan kaki
Yang ... sepi
Panggilan dari gunung
Turun ke lembah-lembah
Kenapa nadamu murung
Langkah kaki gelisah
Matamu separuh katup
Lihat kolam seperti danau
Kau bawa persoalan
Cerita duka melulu
Disini menunggu
Cerita yang lain
Berapa lama diam
Cermin katakan bangkit
Pohon-pohon terkurung
Kura-kura terbius
Coretan Dinding
Coretan dinding membuat resah
Resah hati pencoret
Mungkin ingin tampil
Tapi lebih resah pembaca coretannya
Sebab coretan dinding
Adalah pemberontakan kucing hitam
Yang terpojok ditiap tempat sampah, ditiap kota
Cakarnya siap dengan kuku kuku tajam
Matanya menyala mengawasi gerak musuhnya
Musuhnya adalah penindas
Yang menganggap remeh coretan dinding kota
Coretan dinding terpojok di tempat sampah
Kucing hitam dan penindas sama sama resah
----ooo----
HIJAU (1992)
Disini Iwan dan beberapa musisi seperti Heirrie Buchaery, Jerry Soedianto, Cok Rampal, Bagoes AA, Iwang Noorsaid, Arie Ayunir dan Jalu mencoba membuat konsep musik yang sangat alam dipayungi bendera Pro Sound. Bagi sebagian orang yang mendengar musik ini mungkin mengatakan aneh, tapi inilah seni yang tidak bisa diukur dari sudut pandang manapun. Album ini sekarang menjadi buruan para fans Iwan Fals juga kolektor musik, karena mulai jarang ada di pasaran.
Lagu-lagunya adalah ‘Lagu Satu’, ‘Lagu Dua’, ‘Lagu Tiga’, ‘Lagu Empat’, ‘Lagu Lima’, ‘Lagu Enam’, ‘Hijau’.
Lagu Satu
Jalani hidup
Tenang tenang tenanglah seperti karang
Sebab persoalan bagai gelombang
Tenanglang tenang tenanglah sayang
Tek pernah malas
Persoalan yang datang hantam kita
Dan kita tak mungkin untuk menghindar
Semuanya sudah suratan
Oh matahari
Masih setia
Menyinari rumah kita
Tak kan berhenti
Tak kan berhenti
Menghangati hati kita
Sampai tanah ini inginkan kita kembali
Sampai kejenuhan mampu merobek robek hati ini
Sebentar saja
Aku pergi meninggalkan
Membelah langit punguti bintang
Untuk kita jadikan hiasan
Tenang tenang tenanglah sayang
Semuanya sudah suratan
Tenang tenang seperti karang
Bintang bintang jadikan hiasan
Berlomba kita dengan sang waktu
Jenuhkah kita jawab sang waktu
Bangkitlah kita tunggu sang waktu
Tenanglah kita menjawab waktu
Seperti karang
Tenanglah
Seperti karang
Tenanglah
Lagu Dua
Jakarta sudah habis
Musim kemarau api
Musim penghujan banjir
Jakarta tidak bersahabat
Api dan airnya bencana
Entah karena kebodohan kecerobohan
Atau keserakahan
Jakarta sudah habis
Diatasnya berdiri bangunan bangunan industri
Disekitar bangunan bangunan itu
Bangunin bangunin memproduksi belatung
Jakarta sudah habis
Warna tanahnya merah kecoklat coklatan
Mirip dengan darah
Mirip dengan api
Mirip dengan air mata
Tanah Jakarta sedang gelisah
Jangan lagi dibuat marah
Tanah Jakarta sedang gelisah
Jangan lagi dibuat marah
Jakarta sudah habis
Dijalan jalan marah ( Dijalan )
Dijalan marah marah
Dirumah rumah marah ( Dirumah )
Dirumah marah marah
Apa enaknya ?
Jakarta sudah habis
Empat puluh persen rakyatnya
Beli air dari PAM
Sisanya gali sendiri
Persoalannya gali pakai apa ?
Tentu saja gali pakai duit
Duitnya terbuat dari air mata asli
Jakarta sudah habis
Sebentar lagi kita akan menjual
Air mata kita sendiri
Karena air mata kita
Adalah air kehidupan
Jakarta sudah habis
Tetapi Indonesia bukan hanya Jakarta
Jakarta
Jakarta
Cuma enak buat cari duit
Nah kalau duit sudah punya
Hijrah saja
Hijrah saja
Hijrah saja
Hijrah saja
Tanah Jakarta sedang gelisah
Jangan lagi dibuat marah
Tanah Jakarta sedang gelisah
Jangan lagi dibuat marah
Jakarta
Jakarta
Jakarta
Hijrah saja
Jakarta sudah habis
Musim kemarau api
Musim penghujan banjir
Jakarta tidak bersahabat
Api dan airnya bencana
Entah karena kebodohan kecerobohan
Atau keserakahan
Jakarta sudah habis
Jakarta sudah habis
Lagu Tiga
Aku tunggu kamu di tempat ini
Di puncak bukit yang sepi dan dingin
Aku percaya kamu pasti sampai
Rasa dan akal sehatku mengatakan itu
Saudaraku
Singkatnya hari yang kita punya
Begitu banyak memberi makna
Sudah saatnya aku kembali
Sudah waktunya kamu mulai
Saudaraku
Disini
Aku sendiri
Datanglah
Bukit yang sepi
Bukit yang dingin
Tak kan membuatmu tersiksa
Saudaraku
Aku percaya
Kita harus mulai bekerja
Persoalan begitu menantang
Satu niat satulah darah kita
Kamu adalah kamu
Aku adalah aku
Kita harus mulai bekerja
Persoalan begitu menantang
Satu niat satulah darah kita
Kamu adalah kamu
Aku adalah aku
Lagu Empat
Kenapa banyak orang ingin menang ?
Apakah itu hasil akhir kehidupan ?
Kenapa kekalahan menjadi aib ?
Apakah itu kesalahan manusia ?
Demi kemenangan rela membunuh
Demi kemenangan rela memperkosa
Apa saja akan kamu tempuh
Agar kemenangan dapat diraihnya
Kenapa kebenaran tak lagi dicari ?
Sudah tak pentingkah bagi manusia ?
Apakah kebenaran tinggal kata kata ?
Dari bibir pemenang pemenang semu
Aku menjadi lelah dan sangsi
Terhadap kemenangan kemenangan itu
Biarlah aku kalah asal tak memperkosa
Biar saja aku tak menang
Asalkan tak menginjak nuraninya
Aku tidak ingin menang
Aku hanya ingin benar
Walau harus menggali sukma bumi
Merenangi gelombang samudera
Aku tidak ingin menang
Aku hanya ingin benar
Walau harus menggali sukma bumi
Merenangi gelombang samudera
Lagu Lima
Anjing hitam kepala dan kakinya kuning
Sendiri tertidur
Luka luka di punggungnya
Melebam menunggu lalat
Anjing hitam kepala dan kakinya kuning
Kawini ibunya dan beranak lagi
Seperti sebagian manusia
Seperti sebagian manusia
Anjing hitam anaknya hitam
Menunggu seperti kita
Lukanya yang melebam
Memberi kesaksian bagi kehidupan
Kaki depan kanannya pincang
Ditabrak tank ketika latihan didepan
Kaki depan kanannya pincang
Ditabrak tank ketika latihan didepan
Kaki depan kanannya pincang
Ditabrak tank ketika latihan didepan
Kaki depan kanannya pincang
Ditabrak tank ketika latihan didepan
Anjingku menggonggong
Protes pada situasi
Hatiku melolong
Protes pada kamu
Anjingku menggonggong
Protes pada situasi
Hatiku melolong
Protes pada kamu
Anjingku menggonggong
Hatiku melolong
Anjingku menggonggong
Anjingku menggonggong
Anjingku menggonggong
Anjingku menggonggong
Anjingku menggonggong
Anjingku menggonggong
Lagu Enam
Kemana perginya mainanku ?
Mobil mobilan dari kulit jeruk
Kuda kudaan dari pelepah pisang
Entah kemana perginya
Sekarang sulit membedakan
Mana mainan mana sungguhan
Semua mahal
Semua harus dibeli di toko toko penggoda hati
Minta ampun harga mainan kini
Ada yang seharga gaji menteri
Terbuat dari plastik maupun besi
Hanya untuk gengsi anak bayi
Tak ada lagi bocah berkreasi
Semua sudah tersedia
Mereka menjadi cengeng dan manja
Kejernihan otaknya pun sirna
Mana mainanku yang dulu ?
Aku ingin melihat bentuknya
Aku ingin mengingat nama namanya
Yang pernah akrab dengan kehidupan ini
Hijau
Hutanku,
Rusak !
Langitku,
Bocor !
Udara yang aku hisap,
Tercemar !
Makanan yang aku makan,
Racun !
Hijau Hijauku Hijau
Hijau Hijau Dunia
Hijau Hijauku Hijau
Hijau Dunia
Hijau Hijauku Hijau
Hijau Dunia
Hijau Hijauku Hijau
Hijau Dunia
Hijau
----ooo----
Akan Diupdate Setiap Hari ... !!! Silakan Bookmarks Halaman ini agar tidak ketinggalan
DALBO (1993)
Iwan dan musisi pendukung dalam grup Swami membentuk grup band Dalbo, musiknya sederhana namun berbobot. Sayang penjualan album ini tidak terlalu laku. Untuk sekila kalinya album ini tidak menyertakan nama Iwan Fals di cover depannya. Jadi para penggermarnya yang kurang teliti acuh aja. Liat aja album yang sama sebelumnya. Memang hanya gara gara nama seorang Iwan Fals bisa menggenjot pasaran para penggemarnya.
Lagu-lagunya adalah ‘Hura Hura Huru Hara’, ‘Kwek Kwek Kwek’, ‘Ini Si Trendy’, ‘Sudrun’, ‘Dunia Binatang’, ‘Hua Ha Ha’, ‘Karena Kau Bunda Kami’, ‘Aku Bosan’, ‘Bidadari Senjakala’, ‘Dalbo’.
Hura Hura Huru Hara
Apa jadinya jika mulut dilarang bicara
Apa jadinya jika mata dilarang melihat
Apa jadinya jika telinga dilarang mendengar
Jadilah robot tanpa nyawa
Yang hanya mengabdi pada perintah
Apa jadinya jika saran berubah menjadi ancaman
Apa jadinya jika lintah darat makin menghisap rakyat
Apa jadinya jika keserakahan makin semena-mena
Jadilah kepincangan keadilan
Yang hanya melahirkan dendam
Hura-hura huru-hara
Lingakaran setan semakin seram bentuknya
Hura-hura huru-hara
Gelombang mara bahaya makin terasa
Apa jadinya jika petani tak lagi punya sawah
Apa jadinya jika cukong-cukong menguasai tanah
Apa jadinya jika hukum sekedar bendera-bendera pajangan
Jadilah penghisapan sesama manusia
Yang hanya melahirkan drakula-darkula
Hura-hura huru-hara
Lingakaran setan semakin seram bentuknya
Hura-hura huru-hara
Gelombang mara bahaya makin terasa
Kwek Kwek Kwek
Kawan apa kabar mu, kawan kemana kamu
Kawan apa kabar mu, kawan dimana kamu
Bingung-bingung dia bingung, kawan ku bingung
Pusing-pusing dia pusing, kawan ku pusing
Minggat-minggat dia minggat, kawan ku minggat
Ya..ya..ya..ya.......ya..ya..ya.......ya...ya..ya...
Pacar apa kabar mu, pacar kenapa kamu
Pacar apa kabar mu, pacar apa mau mu
Senyum-senyum tersenyum, pacar ku tersenyum
Manja-manja sangat manja, pacar ku manja
Kwek-kwek...kwek-kwek cerewet, pacar ku cerewet
Ya..ya..ya..ya.......ya..ya..ya.......ya...ya..ya...
Tuan apa kabar mu, tuan siapa kamu
Tuan apa kabar mu, tuan mana janji mu
Ta - ta - ta - ta perintah, senang merintah
Cat - cat - cat - cat memecat, senang memecat
Si - si - si - si korupsi, senang korupsi
Ya..ya..ya..ya.......ya..ya..ya.......ya...ya..ya...
Ini Si Trendy
Ini si Trendy menari memuja diri
Ini si Trendy bergaya pasang aksi
Hidupnya penuh basa-basi
Ingin dianggap paling sexy
Tiap hari maunya di puji
Hidup diperbudak gengsi
Ini si Trendy bergaya babi ngepet
Ini si Trendy menyanyi karaoke
Suaranya mirip bebek
Matanya merem melek
Yang penting bisa dipotret
Ngetrend......trendy......trendy.....
Enggak ikut, ikut gengsi......kuno, kuno, kuno, kuno
Enggak ikut, ikut gengsi......kuno, kuno, kuno, kuno
Ini si Trendy masih nari dan menyanyi
Ini si Trendy genitnya semakin jadi
Orang-orang dianggap tuli
Moderenisasi salah kaprah
Lantas menjadi latah
Ngetrend......trendy......trendy.....
Sudrun
Angin panas otak panas
Orang waras jadi ganas
Hawa gerah hidup susah
Ngomongnya ngaco dianggap gila
Rumah kontrakan belum terbayar
Uang habis hutang numpuk
Pemasukan belum jelas
Pengeluaran sudah jelas
Oooh
Apakah ini ?
Siapa yang tahu ?
Tak ada yang tahu
Sering kali kita terpaksa berfikir
Melihat orang yang menjadi gila
Sebab tak sanggup lagi menanggung
Beban hidup yang semakin berat
Nasib baik belum datang
Angin surga sering datang
Kepala pusing kepanasan
Mau menangis tidak bisa
Dunia Binatang
Ya..ya..ya..ya..jawablah, jangan diam saja
Kenapa orang susah, makin susah saja
Ya..ya..ya..ya..mau makan, tak punya uang
Ya..ya..ya..ya..mau tidur, tak punya kasur
Ya..ya..ya..ya..diamlah, jangan ngoceh saja
Mereka sudah bosan, tutup mulut saja
Ada macan mencakar macan, ular menggigit ular
Ada gajah membunuh gajah, kita yang terinjak.....ya..ha..ha..!
Mata liar dimana-mana, mencari mangsa yang lemah
Tangan-tangan yang penuh darah, menindas sambil tertawa
Ada maling teriak maling, ada musang berbulu domba
Monopoli menjadi-jadi, tangan besi merajalela
Ya..ya..ya..ya..jawablah, jangan diam saja
Mengapa orang susah, makin susah saja
Ya..ya..ya..ya..diamlah, jangan ngoceh saja
Mereka sudah bosan, tutup mulut saja
Hua Ha Ha
Hua..ha..ha..ha......... Hua..ha..ha..ha.....
Hua..ha..ha..ha..ha..ha....... Hua..ha..ha......
Hua..ha..ha..ha......... Hua..ha..ha..ha.....
Hua..ha..ha..ha..ha..ha.......
Bukalah mulut kamu, lantangkan saja suara mu
Bebaskan jiwa kamu, tidak apa-apa dianggap gila
Daripada tak bisa tertawa itu sehat, menipu itu jahat
Hua..ha..ha..ha......... Hua..ha..ha..ha.....
Hua..ha..ha..ha..ha..ha....... Hua..ha..ha......
Karena Kau Bunda Kami
Kami berdiri disini mencoba menjaga hidup mu
Bukan hanya sekedar mencintai
Bukan sekedar melindungi, karena kau bunda kami
Kami minum air susu mu, dihidupi tanah mu
Dimandikan oleh air mu
Kami berdoa, karena kau bunda kami
Lihatlah fajar pagi telah menyingsing
Dengarkan doa kami, karena kau bunda kami
Biar keadilan sulit terpenuhi, biar kedamaian sulit terpenuhi (2x)
Kami berdiri menjaga diri mu, karena kau bunda kami
Aku Bosan
Papi ku belum pulang, mami ku belum pulang
Kakak ku belum pulang, katanya cari uang
Hanya ada pembantu, mengurusi hidup ku
Hanya ada televisi, menemani hari ku
Aku bosan, aku bosan, aku bosan
Bosan...bosan...bosan...bosan...
Aku bosan, aku bosan, aku bosan
Bosan...bosan...bosan...bosan...
Ketika papi pulang, mukanya sangat tegang
Ketika mami pulang, menyapa hallo sayang
Ketika kakak pulang, jalannya sudah goyang
Katanya cari uang, katanya cari uang
Aku bosan, aku bosan, aku bosan
Bosan...bosan...bosan...bosan...
Bidadari Senjakala
Tatap mata mu membara, membakar hidup ku
Suara mu bergairah, menenangkan ku
Wajah itu datang lagi, medatangi ku.....memanggil ku
Wajah yang berduka, aku memeluk mu...mencium kening mu
Wajah langit senja hari, ada kelelawar melayang
Laut yang bergolak di depan ku, yaa....haaa !
Membara, membara...pandangan mu membara
Tubuh mu yang hangat menghangatkan tubuh ku
Lagu ini untuk mu, mimpi ini untuk mu
Duka datang dan pergi, datangnya silih berganti
Sering aku tak mampu bicara
Terdiam seperti patung bernyawa
Sering aku tak mampu menjawab
Aku tak tahu harus bagaimana
Bidadari senjakala, menari untuk ku......untuk ku
Masih ada cahaya, diwajah mu.....diwajah mu
Nyanyian di senja hari membuat ku rindu
Jangan berhenti memandang ku, jangan berpaling
Jangan berhenti mencintai ku, jangan berhenti
Aku tahu apa artinya senyum dibibir mu
Dalbo
Sejak dilahirkan aku tak tahu siapa orang tua ku
Aku berpindah dari satu kasih sayang
Ke satu kasih sayang yang lain
Aku hisap air susu dari tete' banyak ibu
Merpati terbang melintasi,
Membawa ku pergi ke masa lalu
Ohhooooo.........ohhooooo.........ohhoooooo.........
Aku tak pernah bertanya siapa orang tua ku
Walau memang merasakan ada sesuatu yang hilang,
Sesuatu yang hilang
Merpati terbang melintasi,
Membawa ku pergi ke masa lalu
Aku bukan anak haram, aku Dalbo anak alam !
0 Response to "Full Album Iwan Fals (Virgiawan Listanto) + Lirik - Lengkap Sejak 1991"
Post a Comment