TANPA NADA

Mungkin apa yang kutulis tak akan kamu baca, 
terlebih berbalas senyum manis dengan tatap penuh cinta.

Namun, 
ketika mentari menyapa, 
kutemukan wajahmu di sana. 
Begitu pun saat senja, 
ada bayangmu dalam jingga.

Aku memendam, 
tapi pada Tuhan tak pernah diam.

Segala rasa yang kupunya, 
bermuara padamu saja dan segumpal daging yang berdetak di dada, 
menyimpan namamu sejak lama.

Apa aku sedang membual? 
Anggap saja seperti itu, 
agar ketika kamu tahu aku tak begitu malu.

Kita pernah saling bicara, 
bercerita dan menjelajah waktu bersama. 
Sebelum semuanya berakhir dengan luka.

Sedikitpun aku tak dendam, 
meski tangis di sini sulit diredam.

Boleh saja pelangi kehilangan warna, 
bintang tak lagi terang dan bunga-bunga layu seketika. 
Tapi doa tentang kita, 
akan selalu sama.

Tenang, 
aku ini seorang pejuang. 
Bukan pecundang yang akan memaksamu untuk membalas sayang.

Biar kenangan ini kusimpan sendirian, 
rindu berhamburan dan sedih datang bergantian.

Aku tak apa, 
cukup percaya Tuhan itu ada. 
Melihat, 
mendengar dan mengabulkan segala yang baik atas semua pinta.

Tak terkecuali lupa denganmu dan mulai mencintai sosok baru. 
Atau kembali bersama, 
tanpa ada pisah setelahnya.
_
***

0 Response to "TANPA NADA"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel