STUPID BOY


Lebih dari enam ratus hari aku menyukai Lee. Tapi tidak ada perubahan, dia masih sama. Bodoh dan menyebalkan.

Sore itu dia memintaku menemuinya di taman. Aku terkaget melihat wajahnya yang berantakan. Kupikir dia terlibat sebuah perkelahian, atau mungkin juga jatuh dari ketinggian.

"Berkelahi?" Tanyaku langsung ke inti

"Besok aku pindah, ikut ibu ke rumah nenek."

Aku diam, menatap matanya dalam.

"Lihat apa?" Ditoyornya kepalaku tanpa dosa

"Kenapa mendadak?" Entah kenapa dadaku terasa sesak

"Karena hidup tidak tertebak!" Dia menyunggingkan bibir, sok kuat di depanku yang siap mencibir.

"Berapa lama? Sekolahmu bagaimana? Jika libur akan ke sini atau tidak? Apa di sana kamu punya teman?"

Dia mendudukan diri di bangku, sementara aku masih berdiri, jawabannya kutunggu.

"Aku tahu kamu akan merindukanku."

"Bukan begitu, aku hanya-"

Diraihnya tanganku, lalu digenggam perlahan. Sebuh senyum membuatku tersipu, juga semakin pilu.

"Jangan nakal. Belajar yang benar dan jadilah lebih cantik, agar saat kita bertemu lagi aku akan tertarik."

"Tidak lucu!" Kutepis tangannya

Dia mendengus, lalu kembali berdiri. Mengacak rambutku sambil tertawa.

"Apa kamu merasa canggung?"

"T-tidak!" Bantahku mundur satu langkah

"Bodoh!" Dipukulkannya sebuah lollipop pada kepalaku

"Aku pintar. Kamu yang bodoh!" Ketusku mengelus kepala

untuk yang kesekian kali dia tertawa

"Titip Yhoona, ya."

Gadis itu. jadi benar dia menyukainya?

"Tidak mau."

"Kenapa?" Dia bersidakep dada, menatapku penuh tanya.

"Aku bukan temannya."

"Tapi kamu temanku dan aku menitipkannya padamu!"

"Jika khawatir, bawa pindah saja sekalian. Kenapa harus menitipkannya padaku? Aku ini orang sibuk, tugasku menumpuk."

Lagi-lagi dia tertawa. Dasar gila!

"Kamu cemburu?"

"Cemburu? Pantatmu?!"

Kali ini dia terbahak. Diraihnya tanganku, lalu digenggamkan setelah lollipop tadi berpindah tangan.

"Dengar..."

Kutatap mata coklat itu,

"Aku menganggap Yhoona sudah seperti adikku, jadi wajar jika aku mengkhawatirkannya."

"Lalu aku bagaimana? Apa kamu tidak mengkhawatirkanku? Bukankah kita adalah teman?"

"Ya, kita adalah teman. Selamanya akan menjadi teman."

Aku menunduk, ada kecewa yang berkecamuk. Kupikir aku tidak benar-benar jatuh cinta sendirian, tapi nyatanya memang demikian.

"Kenapa? Kamu kecewa?"

"Tidak!" Bantahku kembali menatapnya

"Aku gadis yang hebat dan kuat. Meski sering dihadapkan dengan lelaki yang pemikirannya lambat."

Dia tertawa. Tidak sadar apa? Jika yang kumaksud adalah dirinya. Bodoh!

"Aku tahu, sebab itulah aku mau kamu menunggu."

Kita sama-sama diam, mematung bersamaan. Saling menatap mencari kepastian.

"Aku menyukaimu."

Sempurna. Sore itu cintaku menemukan rumahnya dan sampai detik ini masih sama.
_
***


Baca juga puisi-puisi Kerlip Bivista di sini: Puisi-Prosa Bivisa


0 Response to "STUPID BOY"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel