MATA DEWA (1989) Full Album
MATA DEWA (1989)
Album ini adalah gebrakan terbesar sepanjang sejarah musik Iwan Fals. Setiawan Djodi selaku pemilik Airo Records tertarik dengan kolaborasi Iwan dan Ian Antono pada album 1910. Dia mengajak Iwan dan Ian bergabung dibawah bendera perusahaan rekamannya untuk membuat album Mata Dewa. Kebetulan kontrak Iwan dengan Musica sudah berahir.
Album ini dikerjakan dengan sangat profesional didukung teknologi yang canggih. Hasilnya, luar biasa, meledak dipasaran. Vokal Iwan menjadi lebih nge-rock, musiknya kental dengan nuansa rock – ballads.
Sebenarnya pada album ini sebagian adalah lagu lama yang di aransmen ulang dengan gaya vokal Iwan yang berbeda. Lagu ‘Mata Dewa’ menjadi hits, pada lagu ini Setiawan Djodi ikut menjadi backing vokal, lagu ‘Nona’, ‘Air Mata Api’, hebat. Lagu lama yang di aransmen ulang adalah ‘Puing’, ‘Berkacalah Jakarta’, ‘PHK’, ‘Bakar (atau Timur Tengah II)’, dikerjakan dengan serius dan bermutu. Lagu lama yang menjadi super hits di album ini adalah lagu ‘Yang Terlupakan’.
Setiawan Djodi menghabiskan banyak dana untuk album ini karena ternyata dia memang salah satu fans berat Iwan Fals. Dan hasilnya tidak sia-sia.
Yang mengecewakan adalah, agenda promosi album dengan melakukan tur 100 kota di Indonesia tiba-tiba dibatalkan oleh kepolisian dengan alasan keamanan, karena konser tunggal Iwan sebelumnya selalu berbuntut kerusuhan. Padahal izin sudah dipegang dan alat-alat sudah dikirim ke lokasi konser, persiapan sudah matang tinggal show saja.
Lobi-lobi dilakukan oleh Setiawan Djodi yang dikenal dekat dengan penguasa tetap mental. Kabarnya penguasa saat itu tidak mau nama besar Iwan Fals semakin berkibar dengan dukungan finansial yang luar biasa dari Djodi. Ahirnya konser tetap batal dan semua menerima dengan berat hati. Iwan sendiri setelah kejadian ini menjadi ngambek dan hampir putus asa tidak mau bernyanyi lagi. (iwanfalsmania.wordpress.com)
Lagu dalam album ini adalah ‘Mata Dewa’, ‘PHK’, ‘Nona’, ‘Air Mata Api’, ‘Bakar’, ‘Puing’, ‘Berkacalah Jakarta’, ‘Yang Terlupakan’, ‘Perempuan Malam’, ‘Pinggiran Kota Besar’.
Lirik:
Mata Dewa
Di atas pasir senja pantai kuta
Saat kau rebah di bahu kiriku
Helai rambutmu halangi khusukku
Nikmati ramah mentari yang pulang
Seperti mata dewa 3x
Aku berdiri tinggalkan dirimu
Waktu sinarnya jatuh di jiwaku
Gemuruh ombak sadarkan sombongku
Ajaklah aku wahai sang perkasa
Seperti mata dewa 4x
Yang menangis tinggalkan diriku }
Yang menangis lupakanlah aku } 2x
Senja di hati
Lidah gelombang jilati batinku
Belaian karang sampai ke jantungku
Hingga matahari ajak aku pergi
Kasihku tulus setulus indahmu
Seperti mata dewa 4x
Yang menangis tinggalkan diriku }
Yang menangis lupakanlah aku } 2x
Senja di hati
PHK
Lelaki renta setengah baya
Geram di trotoar jalan
Saat panas tikam kepala
Seorang buruh disingkirkan
Bising mesin menyulut resah
Masih bisa engkau pendam
Canda anak istri di rumah
Bangkitkan kau untuk bertahan
Oh ya ya... Oh ya ya... Oh ya.......
Oh ya ya... Oh ya ya... Oh ya.......
Pesangon yang engkau kantongi
Tak cukup redakan gundah
Tajam pisau kepalan tangan
Antarkan kau ke pintu penjara
Oh ya ya... Oh ya ya... Oh ya.......
Oh ya ya... Oh ya ya... Oh ya.......
Sedaunau nanah dari matamu
Tak mampu jatuhkan hati mereka
Serimba luka di dalam jiwa
Juga tak berarti
Hitam benak
Kini mulai akrab
Hitam benak
Isi hari-harimu
Kau tafakur di jeruji pengap
Kau menjerit coba melawan
Nona
Sudah cukup jauh perjalanan ini
Lewati duka lewati tawa
Lewati s'gala persoalan
Kucoba berkaca pada jejak yang ada
Ternyata aku sudah tertinggal
Bahkan jauh tertinggal
Bodohnya diriku tak percaya padamu
Lalu sempat aku berpikir
Untuk tinggalkan kamu
Reff.
Nona, maafkan aku
Oh nona peluklah aku
nona begitu perkasanya dirimu
Yakiniku
Nona marahlah padaku
Nona nonaku
Aku tak peduli apa kata mereka
Hari ini engkau di sini
Esok tetap di sini
Air Mata Api
Aku adalah lelaki tengah malam
Ayahku harimau, ibuku ular
Aku dijuluki orang sisa-sisa
Sebab kerap merintih, kerap menjerit
Temanku hitam, temanku lagu
Nyanyikan tangis, marah, dan cinta
Temanku niat, temanku semangat
Yang kian hari kian berkarat, semakin berkarat
Aku berjalan orang cibirkan mulut
Aku bicara mereka tutup hidung
Aku tersinggung peduli nilai-nilai
Aku datangi dengan segunung api
Mereka lari ke ketiak ibunya
Ku tak peduli marahku menjadi
Mereka lari ke meja ayahnya
Aku tak mampu tenagaku terkuras
Lelaki tengah malam terkulai di tepi malam
Lelaki tengah malam terkulai di tepi malam
Lelaki tengah malam terkulai di tepi malam
Lelaki tengah malam terkulai di tepi malam
Orang sisa-sisa menangis, orang sisa-sisa menangis
Air matanya, air matanya, air matanya api
Mereka lari ke ketiak ibunya
Ku tak peduli marahku menjadi
Mereka lari ke meja ayahnya
Aku tak mampu tenagaku habis terkuras
Air matanya, air matanya, air matanya api
Bakar
Tuhan tolong dengarkan
Nyanyian pinggir jalan
Malam dibawah bulan
Dalam waktu yang rawan
Marah dibawah tanah
Dilangit ada merah
Menuju satu arah
Bakar bakar
Disana ada bohong
Disana ada mayat
Disana ada suara
Bom bom
Raut muka resah
Orang orang susah
Ada banyak mata
Buta
Resah luka kaki
Semakin menjadi
Ada banyak kuping (telinga)
Tuli
Malam hampir pagi
Debu jalan datang lagi
Malam hampir pagi
Bising mesin bunyi lagi
Malam hampir pagi
Kelicikan mulai lagi
Malam hampir pagi
Teriakku hilang lagi
Puing
Puing berserakan di segenap penjuru
Bekas pertempuran
Bau amis darah sisa asap mesiu
Sesak nafasku
Mayat-mayat bergeletakan
Tak terkubur dengan layak
Dan burung-burung bangkai menatap liar
Dan burung-burung bangkai berdansa senang
Di ujung sana banyak orang kelaparan
Ujung lainnya, wabah busung menyerang
Di sudut sana banyak orang kehilangan
Sudut lainnya bayi bertanya bimbang:
"mama kapan ayah pulang?"
"mama sebab apa perang?"
Mayat-mayat bergeletakan
Tak terkubur dengan layak
Dan burung-burung bangkai menatap liar
Dan burung-burung bangkai berdansa senang
Banyak jatuh korban
Dari mereka yang tak mengerti apa-apa
Suara tangis terdengar dari bekas reruntuhan
Seorang ibu muda yang baru melahirkan
Lama meratapi sesosok tubuh mayat suaminya
Dan burung burung bangkai menatap liar
Dan burung-burung bangkai berdansa senang
Tinggi peradaban teknologi berkembang
Senjata hebat terciptakan
Sarana pembantaian semakin bisa diwujudkan
Oh, mengerikan..........
Berhentilah...
Jangan salah gunakan
Kehebatan ilmu pengetahuan untuk menghancurkan.....
Dan burung burung bangkai menatap liar
Dan burung-burung bangkai berdansa senang
Berkacalah Jakarta
Langkahmu cepat seperti terburu
Berlomba dengan waktu
Apa yang kau cari belumkah kau dapati
Diangkuh gedung gedung tinggi
Riuh pesta pora sahabat sejati
Yang hampir selalu saja ada
Isyaratkan enyahlah pribadi
Lari kota Jakarta lupa kaki yang luka
Mengejek langkah kura kura
Ingin sesuatu tak ingat bebanmu
Atau itu ulahmu kota
Ramaikan mimpi indah penghuni
Jangan kau paksakan untuk berlari
Angkuhmu tak peduli
Luka di kaki
Jangan kau paksakan untuk tetap terus berlari
Bila luka di kaki belum terobati
Berkacalah Jakarta
Lari kota Jakarta lupa kaki yang luka
Mengejek langkah kura kura
Ingin sesuatu tak ingat bebanmu
Atau itu ulahmu kota
Ramaikan mimpi indah penghuni
Jangan kau paksakan untuk berlari
Angkuhmu tak peduli
Luka di kaki
Jangan kau paksakan untuk tetap terus berlari
Bila luka di kaki belum terobati
Berkacalah Jakarta
Yang Terlupakan
denting piano
kala -jemari menari
nada merambat pelan
di kesunyian malam
saat datang rintik hujan
bersama setiap bayang
yang pernah terlupakan
hati kecil berbisik
untuk kembali padanya
s'ribu kata menggoda
s'ribu sesal di depan mata
seperti menjelma
saat aku tertawa
kala memberimu dosa
ooo...maafkanlah
ooo...maafkanlah
reff: rasa sesal di dasar hati
diam tak mau pergi
haruskah aku lari dari
kenyataan ini
pernah kumencoba tuk sembunyi
namun senyummu
tetap mengikuti
Perempuan Malam
Perempuan malam mandi di kali
Buih-buih busa shampo ketengan
Di atas kepala lewat kereta
Yang berjalan lamban nakal menggoda
Disambut tawa renyah memecah langit
Dengus kereta semakin genit
Semua noda coba dibersihkan
Namun masih saja terlihat kotor
Karena kereta kirimkan debu
Yang datang tak mampu ia tepiskan
Perempuan malam kenakan handuknya
Setelah usap seluruh tubuhnya
Reff:
Hangatkan tubuh di cerah pagi pada matahari
Keringkan hati yang penuh tangis walau hanya sesaat
Segelas kopi sebatang rokok segurat catatan yang tersimpan
Perempuan malam menunggu malam untuk panjangnya malam
Oo... Oo.. Oo... Oo..
Oo... Oo.. Oo... Oo..
Perempuan malam di ikat tali
Di hidup di mimpi di hatinya
Aku hanya lihat dari jembatan
Tanpa mampi untuk melepaskan
Perempuan malam di pinggir jerami
Nyanyikan do'a nyalakan api
Perempuan malam di pinggir jerami
Nyanyikan do'a nyalakan api
Kembali ke: Reff (fade out)
Pinggiran Kota Besar
Pinggiran kota besar Nafasmu makin bingar
Kudengar dari sini Bagai nyanyiannya oh
Cerobong asap pabrik Berlomba ludahi langit
Barisan mobil besar
Gelisah angkut barang
Ada kabar engkau tuli
Pinggiran kota besar
Kulihat tidur mendengkur
Diranjang banyak orang
Peduli kau bermimpi
Selagi cukup nyenyak
Asiknya buang kotoran
Lukai hari kami
Cemari hati ini
Ada kabar engkau buta
Sungai kotor bau dan beracun
Penuh limbah kimia
Kita mandi mencuci disana
Lihatlah lihatlah
Ikan ikan pergi atau mati
Tak kulihat yang pasti
Kau yang tidur bangunlah segera
Lihatlah lihatlah
Telanjang anak kecil
Berenang disungai kotor
Tertawa riang bercanda
Sambil menggaruk koreng
Pinggiran kota besar
Merasa tidur terganggu
Beranjak dari ranjang
Tutup pintu jendela
Nutup pintu jendela
Sungai kotor bau dan beracun
Penuh limbah kimia
Kita mandi mencuci disana
Lihatlah lihatlah
Ikan ikan pergi atau mati
Tak kulihat yang pasti
Kau yang tidur bangunlah segera
Lihatlah lihatlah
Hitam kaliku
Hitam legam hatiku
Legam hariku
Legam hitam kaliku
----ooo----
0 Response to "MATA DEWA (1989) Full Album"
Post a Comment