Album Iwan Fals - 1910 (1988)
1910 (1988)
Kedekatan Iwan Fals dengan Ian Antono semakin akrab pada album ini. Iwan mempercayakan Ian menjadi music director, seketika warna musik Iwan berubah menjadi lebih nge-rock dan garang. Lagu ‘1910’ yang menceritakan tentang kecelakaan kereta api di Bintaro pada tanggal 19 Oktober dibawakan Iwan dengan gaya bernyanyi yang tidak seperti biasanya. Iwan seperti mendapat atmosfir baru pada lagu-lagunya yang lebih terkesan dewasa. Album ini mendapat sambutan positif. Beberapa lagunya meledak dan album ini mencatat penjualan yang besar. Lagu ‘Buku Ini Aku Pinjam’ yang ternyata ‘titipan’ produser kepada Iwan agar dibuatkan lagu untuk remaja, dan kabarnya Iwan sebenarnya enggan dan terpaksa menulis lagu ini hanya untuk menyenangkan produser ternyata meledak luar biasa. Posisi teratas tangga lagu tidak tergeser selama beberapa bulan di radio-radio, membuktikan bahwa Iwan memiliki nilai jual yang tinggi. Lagu lainnya seperti ‘Ibu’ dan ‘Pesawat Tempurku’ juga sempat menduduki top 10 tangga lagu Indonesia. (iwanfalsmania.wordpress.com)
Album ini berisi lagu-lagu ‘Buku Ini Aku Pinjam’, ‘Ada Lagi Yang Mati’, ‘Ibu’, ‘Mimpi Yang Terbeli’, ‘Balada Orang-Orang Pedalaman’, ‘Nak’, ‘Semoga Saja Kau Benar’, ‘Engkau Tetap Sahabatku’, ‘Pesawat Tempurku’, ‘1910’.
Lirik:
Buku Ini Aku Pinjam
(biar tau, biar rasa)
cinta ini milik kita
Dikantin depan kelasku,
disana kenal dirimu
Yang kini tersimpan dihati,
Jalani kisah sembunyi
Dihalte itu ku tunggu,
senyum manismu kekasih
Usai dentang bel sekolah,
Kita nikmati yang ada
Seperti hari yang lain,
Kau senyum tersipu malu
Ketika ku sapa engkau..
Genggamlah jari,
Genggamlah hati ini
Memang usia kita muda,
Namun cinta soal hati
Biar mereka bicara,
Telinga kita terkunci
(Biar tau, biar rasa)
Maka tersenyumlah kasih
(Tetap langkah, jangan hentikan)
Cinta ini milik kita
Buku ini aku pinjam,
‘kan ku tulis sajak indah
Hanya untukmu seorang,
Tentang mimpi-mimpi malam
Ada Lagi Yang Mati
Aku lihat orang yang mati
Diantara tumpukan sampah
Lehernya berdarah membeku
Bekas pisau lawannya tadi malam
Belakang pasar dekat terminal
Pagi itu orang berkerumun
Melihat mayat yang membusuk
Tutup hidung sesekali meludah
Aku lihat orang menangis
Disela gaduhnya suasana
Segera aku menghampiri
Dengan bimbang
Kubertanya padanya
Rupanya yang mati sang teman
Teman hidam hidup sepaham
Hanya kisah yang dilewati
Ia berdua ikat tali saudara
Sementara surya mulai tinggi
Panas terasa bakar kepala
Sisa darah orang yang mati
Disimpannya di dalam hati
Lalu dia seperti batu
Sampai malam
Sampai semuanya pergi
Belakang pasar dekat terminal
Adalagi orang yang mati
Lehernya berdarah membeku
Bekas pisau lawannya tadi malam
Sementara surya mulai tinggi
Panas terasa bakar kepala
Dendam ada dimana-mana
Dijantungku di jantungmu
Dijantung hari-hari
Dendam ada dimana-mana
Ibu
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah
Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas...ibu...ibu....
Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu
Mimpi Yang Terbeli
Berjalan di situ di pusat pertokoan
Melihat-lihat barang-barang yang jenisnya beraneka ragam
Cari apa di sana pasti tersedia
Asal uang di kantong cukup
Itu tak ada soal
Aku ingin membeli kamu ingin membeli
Kita ingin membeli semua orang ingin membeli
Apa yang dibeli mimpi yang terbeli
Sebab harga barang tinggi
Tiada pilihan selain mencuri
Sampai kapan mimpi-mimpi itu kita beli
Sampai nanti sampai habis terjual harga diri
Sampai kapan harga-harga itu melambung tinggi
Sampai nanti sampai kita tak bisa bermimpi
Segala produksi ada disini
Menggoda kita tuk memiliki
Hari-hari kita berisi hasutan
Hingga kita tak tau diri sendiri
Melihat anak kecil mencuri mainan
Yang bergaya tak terjangkau oleh bapaknya
Yang maling
Balada Orang-Orang Pedalaman
He.....ya ya ya he ya ho...)
He.....ya ya ya he ya he...)3x
Balada orang-orang pedalaman
He.....ya ya ya he ya ho...
He.....ya ya ya he ya he...
Di hutan di gunung dan di pesisir
He....ya...ya...ya...he...ya....ho
Manusia yang datang dari kota
Tega bodohi mereka
Lihatlah tatapannya yang kosong
Tak mengerti apa yang terjadi
He ya ya ya he ya ho
Tak tajam lagi tombak, panah dan parang
He ya ya ya he ya ho
He ya ya ya ho ya he
Takampuh lagi mata dari sang pawang
Dimana lagi cari hewan buruan
Yang pergi karena senapan
Dimana mencari ranting pohon
Kalau sang pohon tak ada lagi..
Pada siapa mereka tanyakan hewannya
Ya...pada siapa tanyakan pohonnya
Saudaraku di pedalaman menanti
Sebuah jawaban yang tersimpan di hati
Lewatmu...pembeli
Pada orang-orang pedalaman
Yang menari dan menyanyi
Dihalau bising ribuan deru gergaji
Nak
Verse 1
Jauh jalan yang harus kau tempuh
Mungkin samar bahkan mungkin gelap
Tajam kerikil setiap saat menunggu
Engkau lewat dengan kaki yang tak bersepatu
Duduk sini Nak dekat pada bapak
Jangan kau ganggu ibumu
Turunlah lekas dari pangkuannya
Engkau lelaki kelak sendiri
Verse 2
Nak dengarlah bicara bapakmu
Yang kenyang akan hidup terang dan redup
Letakkan dahulu mainan itu
Duduk dekat bapak sabar mendengar
Kau anak harapanku yang lahir di jaman gersang
Segala sesuatu hanya ada karena uang
Ya … ya … ya … ya …
Kau anak dambaanku yang besar di kancah perang
Kau harus kuat yakin pasti menang
Sekolah biasa saja jangan pintar-pintar percuma
Latihlah bibirmu agar pandai berkicau
Sebab mereka sangat perlu kicau yang merdu
Sekolah buatmu hanya perlu untuk titel
Pedulu titel didapat atau titel mu’jizat
Ya … ya … ya … ya …
Sekolah buatmu hanya perlu untuk gengsi
Agar mudah bergaul tentu banyak relasi
Jadi penjilat yang paling tepat
Karirmu cepat uang tentu dapat
Jadilah Dorna jangan jadi Bima
Sebab seorang Dorna punya lidah sejuta
O . . . . o . . . . o . . . . . o . . . .
Hidup sudah susah jangan dibikin susah
Cari saja senang walau banyak hutang
Munafik sedikit jangan terlalu jujur
Sebab orang jujur hanya ada di komik
Pilihlah jalan yang mulus tak banyak batu
Sebab batu-batu bikin jalanmu terhambat
Ya … ya … ya … ya …
Pilihlah jalan yang bagus tak ada paku
Sebab paku itu sakit apalagi yang berkarat
Jadilah kancil jangan buaya
Sebab seekor kancil sadar akan bahaya
Jadilah bandit berkedok jagoan
Agar semua sangka engkau seorang pahlawan
Jadilah bunglon jangan sapi
Sebab seekor bunglon pandai baca situasi
Jadilah karet jangan besi
Sebab yang namanya karet tahan kondisi
Anakku aku nyanyikan lagu
Waktu ayah tak tahan lagi menahan murka
Semoga Saja Kau Benar
Berbondong-bondong orang cumbui angan
dibibir pelabuhan....
Tinggalkan tanah lahirdesa tercinta
Menuju pulau sura...
Selamat tinggal semua bukan aku tak cinta
Tiada lagi tersisa...bahkan mimpi kubawa
(Isak tangisan bayi dalam gendongan
Tak goyahkan lamunan)
(Kaum suri) kapal jangkar diangkat
Segeralah berlayar....
Selamat tinggal semua bukan aku tak cinta
Tiada lagi tersisa...bahkan mimpi kubawa
Perlahan-lahan kapal jauhi tepi
Malas mengangkut mimpi
Mercusuar dermaga dan burung camar
Selamat jalan kawan....bukan aku tak cinta
Mungkin saja kau benar.....s'moga saja kau benar
Engkau Tetap Sahabatku
Dia adalah sahabatku bahkan lebih
Dia adalah yang diburu...datang padaku
Sekedar lepas lelah dan sembunyi
Untuk berlari lagi
Dia adalah yang terbuang...mengetuk pintuku
Penuh luka dipunggungnya...merah hitam
Dia menjadi terbuang....setelah harapannya....
dibuang.....
Bapaknya pegawai kecil.... kelas sandal jepit
yang kini di dalam penjara...sedang bela anaknya
Untuk darah daging yang tercinta
Selesaikan sekolah
Sahabatku...gantikan bapaknya...
coba mencari kerja
Namun yang didapat cemooh
Harga dirinya berontak
Lalu dia tetapkan hati
Hancurkan sang pembuang
Air putih aku hidangkan...aku dipersimpangan
aku hitung semua lukanya...
Seribu bahkan lebih..sejuta lebih
Pagi buta dia berangkat...diam-diam
Masih sempat selimuti aku....yang tertidur
Aku terharu...doaku untukmu
Sebutir peluru yang tertinggal dibawah bantalnya
Bertali jadikan kalung lalu kukenakan
segera mengingatmu kawan
yang terus berlalu
Selamat jalan kawan...
Selamat menari air mata
Hei...sahabat yang terbuang
Engkau sahabatku....tetap sahabatku
Pesawat Tempurku
Waktu kau lewat aku sedang mainkan gitar
Sebuah lagu yang kunyanyikan tentang dirimu
Seperti kemarin kamu hanya lemparkan senyum
Lalu pergi begitu saja bagai pesawat tempur
Hei... kau yang manis singgahlah dan ikut bernyanyi
Sebentar saja nona, sebentar saja hanya sebentar
Rayuan mautku tak membuat kau jadi galak
Bagai seorang diplomat ulung engkau mengelak
Kalau saja aku bukanlah penganggur sudah kupacari kau
Jangan bilang tidak, bilang saja iya...
Iya lebih baik daripada kau menangis
Penguasa...penguasa...
berilah hambamu uang
Beri hamba uang 2x
Oh.. ya andaikata dunia tak punya tentara
Tentu tak ada perang yang makan banyak biaya
Oh...ya andaikata tak punya tentara
Tentu tak ada perang yang makan banyak biaya
Oh... ya andaikata dana perang buat diriku
Tentu kau mau singgah bukan cuma tersenyum
Kalau hanya senyum yang engkau berikan
Westerling pun tersenyum
Oh... singgahlah sayang ...pesawat tempurku
Mendarat mulus didalam sanubariku
1910
Apa kabar kereta yang terkapar di senin pagi
Di gerbongmu ratusan orang yang mati
Hancurkan mimpi bawa kisah
Air mata… air mata…
Belum usai peluit belum habis putaran roda
Aku dengar jerit dari Bintaro
Satu lagi catatan sejarah
Air mata… air mata…
Berdarahkan tuan yang duduk di belakang meja
Atau cukup hanya ucapkan belasungkawa aku bosan
Lalu terangkat semua beban dipundak
Semudah itukah luka-luka terobati
Nusantara, tangismu terdengar lagi
Nusantara, derita bila terhenti
Bilakah… bilakah…
Sembilan belas oktober tanah Jakarta berwarna merah
Meninggalkan tanya yang tak terjawab
Bangkai kereta lemparkan amarah
Air mata… air mata…
----ooo----
0 Response to "Album Iwan Fals - 1910 (1988)"
Post a Comment