Bukan Dilan dan Milea

Oleh Putri Kelana

Sukabumi, 01 Juni 2018. Suasana pasar Kota Sukabumi yang riuh dengan banyaknya orang dan pedagang saling berdesakan menjelang lebaran, telah mempertemukan lagi kedua mahluk yang bernama mantan.

"Mil."

"Kamu lagi, Dul?"

"Mil. Aku mohon, menikahlah denganku, Mil"

Duloh, mantan kekasih Milenah. Gadis yang pernah mencintainya namun ditinggalkan ketika Milenah sedang cinta-cintanya pada Duloh. Dan kali ini, Duloh datang lagi di kehidupan Milenah ketika Milenah tengah berhasil dengan susah payahnya melupakannya.

"Kenapa kamu diam, Milenah? ayolah menikahlah denganku, Milenah."

Ini adalah kali ke tiga nya mereka bertemu secara berturut-turut di tempat yang berbeda dan ke tiga kalinya pula Duloh meminta pada Milenah untuk kembali padanya.

"Tidak, Dul. Maafkan aku. Jawabanku masih sama dengan yang kemarin. Bahwa aku tidak bisa kembali padamu, Dul. Kau tau aku memang mencintaimu. Tapi maaf, kau datang terlambat, Dul. Kau tau aku akan menikah dengan Bang Rojak. Dan aku, tidak akan meninggalkan Bang Rojak. Karna kutau, bagaimana sakitnya ditinggalkan orang yang dicinta. Meski bisa moveon, tapi itu membutuhkan waktu yang gak sebentar, Dul. Kecuali dia yang mengkhianati aku. Tapi kalau harus aku yang mengkhianatinya. Maaf, Dul. Aku gak bisa. Itu bukan aku. Jangan paksa aku, Dul."

"Tidak, Milenah. Ku tahu kau hanya mencintaiku, Milenah."

Dengan pede-nya Duloh menepis jawaban panjang kali lebarnya Milenah.

"Siapa bilang, Duloh? Tidak. Aku bukan mencintaimu, tapi mencintai penciptamu. Dan aku juga hanya merindukan sosok imam dalam hidupku, yang mencintaiku apa adanya, karna Allah ta'ala. Dan Bang Rojak, telah membuktikannya dengan berani meminangku, bukannya meninggalkanku"

Kali ini Milenah cukup tegas memberikan jawabannya pada Duloh yang tengah memaksanya.

"Kamu akan menyesal, Milenah."

Duloh menegaskan.

"Ya, tentu. Aku akan sangat menyesal, Dul. Sangat sangat menyesal."

Duloh tersenyum penuh kemenangan.

"Jika aku meninggalkan Bang Rojak demi kamu."

Milenah melanjutkan.

"Tapi, Mil?"

Duloh kembali syok mendengar lanjutan ucapannya Milenah.

"Kau tau sifatku, Dul. Aku dari dulu masih tetap sama. Aku masih Milenah yang dulu, yang mencoba untuk istiqomah pada satu hati. Sama seperti padamu dulu. Aku tetap setia untukmu, aku tutup mata dan hatiku untuk hati yang lain. Aku mencoba belajar istiqomah untuk satu hati. Hingga kau khianati lalu pergi."

Duloh terdiam lalu meminta maaf untuk segala kesalahannya.

"Aku minta maaf untuk itu, Mil."

"Dan aku telah memaafkanmu sejak lama, Dul."

Duloh kembali tersenyum penuh harap.

"Tapi bukan berarti aku masih berharap."

Milenah melanjutkan lagi.

"Tapi Mil. Aku masih sangat mencintaimu, Mil."

Duloh memohon dengan sangat kepada Milenah.

"Makasih, Dul. Sekali lagi maaf Dul, aku mohon maaf. Gini aja, kalo memang kita jodoh, juga gak akan kemana. Tapi, jika kita bukan jodoh, maka ikhlaslah. Mungkin kau akan mendapatkan wanita yang jauh lebih baik lagi dariku."

Milenah menenangkan Dul yang tengah gundah gulana.

"Jangan begitu, Mil. Jujur saja, aku tuh selalu merindukanmu Mil. Dan kau tau, rindu itu berat Mil. Berat..."

Duloh bersikap seperti layaknya Dilan dalam cerita novel tahun 90an itu.

"Hahaa itu bohong, Dul. Rindu berat itu bohong. Itu hanya cerita fiksi novel, dan gak nyata. Karna yang benarnya adalah yang berat itu dosa Dul, gak ada lagi hal terberat selain Dosa dan maut. Dah gitu aja."

Tawa Milenah pecah mlihat tingkah Dul yang sok-sok-an menjadi Dilan. 

"Ayolah Mil."

Melihat Milenah tertawa, membuat hati Duloh semakin takut untuk kehilangan Milenah. Dia kembali memohon lagi.

"Maaf, Dul. Aku gak bisa. Tolong, beri aku jalan, Dul.  Biarkan aku pergi. Aku buru-buru. Aku harus pulang. Atau gak, nanti orang-orang rumah pada khawatir mencariku."

"Tidak, Mil. Kau harus terima dulu tawaranku Milenah, Mil, Mil... Aaaarrgggghhhh...  Shit."

Milenah nyelonong pergi tanpa menghiraukan lagi Duloh yang sedang gundah gulana dan marah-marah.

End.

NB : Cintai dan jagalah pasanganmu selagi dia masih kau milikki. Jangan sia-siakan ia. Karna kalau sudah tiada, baru terasa.. Bahwa kehadirannya sungguh berharga.. Sungguh berat kamu rasa, kehilangan dia.. Sungguh berat kamu rasa, hidup tanpa dia...

NOTE
Terimakasih kepada teman-taman yang telah mengirimkan naskahnya. Bagi teman lain yang berkenan mengirimkan naskah demi melengkapi blog kita ini dapat dikirimkan melalui:
email satukara.com@gmail.com
FB @khairulfikri.co,
WA. 085762407942

0 Response to "Bukan Dilan dan Milea"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel