KPJ (KELOMPOK PENYANYI JALANAN) (1985)
Album ini dapat
dibilang bagi-bagi rezeki antara Iwan Fals dengan kawan-kawannya sesama
pengamen yang tergabung dalam Kelompok Pengamen Jalanan (KPJ). Dengan
menggunakan nama Iwan Fals yang sudah terkenal, KPJ membuat album ini didukung
oleh Herry Lintauw, Anto Baret, Swartato, Eko Partiteur. Iwan sendiri hanya
bernyanyi penuh pada lagu ‘Kembang Pete’, ‘Kupaksa Untuk Melangkah’, dan ‘Dua
Menit Sepuluh Detik’. Sawung Jabo turut berpartisipasi dalam lagu ‘Penari
Jalanan’.
Lagu yang ada
pada album ini adalah ‘Kembang Pete’, ‘Kupaksa Untuk Melangkah’, ‘Senandung
Istri Bromocorah’, ‘Kaum Urbanis’, ‘Krisis Pemuda’, ‘Serenade’, ‘Sumbang’,
‘Warijem Dan Tukiman’, ‘Penari Jalanan’, ‘Dua Menit Sepuluh Detik’.
Lirik
Kembang Pete
Ku berikan
padamu
Setangkai
kembang pete
Tanda cinta
abadi namun kere
Buang jauh-jauh
impian mulukmu
Sebab kita tak
boleh bikin uang palsu
Kalau diantara
kita jatuh sakit
Lebih baik tak
usah ke dokter
Sebab ongkos
dokter disini
Terkait di awan
tinggi
Cinta kita cinta
jalanan
Yang tegak mabuk
dipersimpangan
Cinta kita
jalanan
Yang sombong
menghadap keadaan
Semoga hidup
kita bahagia
Semoga hidup
kita sejahtera
Semoga hidup
kita bahagia
Semoga hidup
kita sejahtera
Kuberikan padamu
sebuah batu akik
Tanda sayang
bathin yang tercekik
Rawat baik-baik
walau kita terjepit
Dari kesempatan
yang semakin sempit
Kupaksa Untuk Melangkah
Kulangkahkan
kakiku yang rapuh
Tinggalkan sepi
kota asalku
Saat pagi buta
Sandang gitar
usang
Ku coba
menantang
Keras kehidupan
Datangi rumah
rumah tak jemu
Petik tali tali
senar gitarku
Dari tenda ke
tenda
Warung yang
terbuka
Lantang
nyanyikan lagu
Oh memang
kerjaku
Tak pasti jalur
jalan hidup
Ku tunggu
putaran roda nasib
Ku coba paksakan
untuk melangkah
Sementara
Kerikil kerikil
tajam menghadang
Langkahku
Senandung Istri Bromocorah
Nak berhentilah
Jangan sekolah
bapakmu sudah tak kerja
Nak jangan
menangis
Memang begini
keadaannya
Pangkalan jatah
ditoko toko dan diparkiran
Sudah bukan
milik bapak lagi
Nak mari berdoa
Agar bapak
selamat dari penembakan
Berita gencar
Disetiap
lembaran koran
Tentang
dibunuhnya para bromocorah
Maafkan bapakmu
anakku
Yang tak bisa
membesarkanmu
Jangan kau benci
bapakmu
Entah bagaimana
masa depanmu
Entah bagaimana
hari depanmu
Oh anakku
Jangan kau ikuti
jejak bapakmu
Nak mari berdoa
Agar bapak
selamat dari penembakan
Berita gencar
Disetiap
lembaran koran
Tentang
dibunuhnya para bromocorah
Maafkan bapakmu
anakku
Yang tak bisa
membesarkanmu
Jangan kau benci
bapakmu
Entah bagaimana
masa depanmu
Entah bagaimana
hari depanmu
Oh anakku
Jangan kau ikuti
jejak bapakmu
Kaum Urbanis
Bersama mereka
ku datang
Perempuan
penjual kembang
Anak ganas dan
pasanda
Menuju negeri
yang penuh dengan peraturan
Sedang keadaan
tak pernah menjadi mapan
Bukalah pintu
dan jendela
Dengarkanlah
nyanyian kami
Krisis Pemuda
Bermacam macam
tuduhan
Yang menimpa
pemuda
Bermacam macam
sindiran
Menyelimuti
hidup pemuda
Tak ada yang mau
mengerti
Akan segala
kemampuannya
Dan tak ada yang
mau peduli
Mengapa sampai
jadi korban
Kelinci kelinci
percobaan
Semua sibuk
dengan kekayaan
Semua sibuk
dengan alasan
Seakan melepas
kasih sayangnya
Dimana
kusumbangkan tenaga
Demi laju bangun
negara
Tapi tak sempat
ku berbicara
Lowongan kerja
tak kudapatkan
Sistim koneksi
Sistim famili
Merajalela di
setiap instansi
Sistim koneksi
Sistim famili
Merajalela di
setiap instansi
Oh oh oh oh
Krisis pemuda
Melanda negeri
tercinta (Indonesia)
Oh oh oh oh
Krisis pemuda
Melanda negeri
tercinta (Indonesia)
Serenade
Aku ingin
nyanyikan lagu
Buat orang orang
yang tertindas
Hidup di alam
bebas
Dengan jiwa yang
terpapas
Dengan jiwa yang
terpapas
Kenapa harus
takut pada matahari ?
Kepalkan tangan
dan halau setiap panasnya
Kenapa harus
takut pada malam hari ?
Nyalakan api
dalam hati usir segala kelamnya
Aku ingin
nyanyikan lagu
Bagi kaum kaum
yang terbuang
Kehilangan
semangat juang
Terlena dalam
mimpi panjang
Ditengah hidup
yang bimbang
Kenapa harus
takut pada matahari ?
Kepalkan tangan
dan halau setiap panasnya
Kenapa harus
takut pada malam hari ?
Nyalakan api
dalam hati usir segala kelamnya
Di lorong lorong
lorong jalan
Di kolong kolong
kolong jembatan
Di kaki kaki
kaki lima
Di bawah menara
Kau masih
mendekap derita
Kau masih
mendekap derita
Kenapa harus
takut pada matahari ?
Kepalkan tangan
dan halau setiap panasnya
Kenapa harus
takut pada malam hari ?
Nyalakan api
dalam hati usir segala kelamnya
Aku ingin
nyanyikan lagu
Tanpa kemiskinan
dan kemunafikan
Tanpa air mata
dan kesengsaraan
Agar dapat
melihat surga
Agar dapat
melihat surga
Kenapa harus
takut pada matahari ?
Kepalkan tangan
dan halau setiap panasnya
Kenapa harus
takut pada malam hari ?
Nyalakan api
dalam hati usir segala kelamnya
Sumbang
Kuatnya belenggu
besi
Mengikat kedua
kaki
Tajamnya ujung
belati
Menujam di ulu
hati
Sanggupkah tak
akan lari walau akhirnya
Pasti mati
Di kepala tanpa
baja di
Tangan tanpa
senjata
Akh itu soal
biasa yang
Singgah di depan
mata kita
Lusuhnya kain
bendera di
Halaman rumah
kita
Bukan satu
alasan untuk kita tinggalkan
Banyaknya
persoalan yang datang tak
Kenal kasian
menyerang dalam gelap
Memburu kala
haru dengan
Cara main kayu
Tinggalkan bekas
biru lalu
Pergi tanpa ragu
Setan-setan
politik kan datang mencekik
Walau dimasa
pacekik tetap mencekik
Apakah slamanya
politik itu kejam?
Apakah selamanya
dia datang
'Tuk menghantam?
Ataukah memang
itu yang sudah
Digariskan?
Menjilat,
menghasut, menindas
Memperkosa
hak-hak sewajarnya
Maling teriak
maling sembunyi balik
Dinding pengecut
lari terkencing-kencing
Tikam dari
belakang lawan lengah
Diterjang lalu
sibuk mencari kambing
Hitam
Selusin kepala
tak berdosa
Berteriak hingga
serak didalam ngeri
Yang congkak
lalu senang dalang
Tertawa...he...he...he...he...
Warijem Dan Tukiman
Ini kisah
percintaan asli
Antara Tukiman
dan Warijem
Status Warijem
perawan sexy yang merangsang
Status Tukiman
duda bulukan yang serampangan
Cinta mereka
bersemi
Di bawah
jembatan Semanggi
Disaksikan
dengus mesin
Yang melintas di
atas kepala
Senyum Warijem
tak pernah hilang tebuang
Senyum Tukiman
di balik kumis melintang
Cinta mereka
bersemi
Di dinding
nurani Semanggi
Bulan bintang
Dingin malam
Desir angin
Lampu taman
Saksikan Warijem
Saksikan Tukiman
Warijem Tukiman
Disaksikan malam
Saksikan Warijem
Saksikan Tukiman
Warijem Tukiman
Disaksikan malam
Sayang cinta
kasih mereka
Tak dapat
dilanjutkan
Sebab sepasukan
hansip keburu turun tangan
Tukiman Warijem
diseret kemanan
Karena ketahuan
main gelut-gelutan
Di rerumputan
Penari Jalanan
Berbedak dan
bergincu
Menutupi mukanya
yang berkerut
Selendang biru
dipundaknya
Melengkapi
dandanannya
Seorang penari
jalanan
Menawarkan
senyumnya
Pada orang yang
melingkarinya
Menari dan
menyanyi
Diiringi gamelan
tua
Sementara
anaknya tertidur dibuai lagu ibunya
Penari jalanan
yang terbuang dijalanan
Menari dan
menyanyi setiap malam
Keringat
menghapus bedakmu
Tinggallah wajah
yang tua
Diremangnya
sinar lampu
Ketika anaknya
terbangun
Dilihat ibunya
masih menari
Lalu dia
tertidur kembali
Berjanji pada
diri sendiri
Kelak untuk menggantikan
ibunya
Penari jalanan
yang terbuang dijalanan
Menari dan
menyanyi setiap malam
Keringat
menghapus bedakmu
Tinggallah wajah
yang tua
Diremangnya
sinar lampu
Dua Menit Sepuluh Detik
Yang menangis di
ketiakku
Engkaukah itu
perempuanku?
Diamlah diamlah
Berhentilah
berhentilah
Sebentar
Yang tertawa di
nganga luka
Engkaukah itu
betinaku?
Puaskah hatimu?
Teruslah tertawa
Hingar
----ooo----
satukara.blogspot.com
0 Response to "KPJ (KELOMPOK PENYANYI JALANAN) (1985)"
Post a Comment