BARANG ANTIK (1984)
BARANG ANTIK (1984)
Bersama music
director Willy Soemantri, Iwan membuka diri menerima karya orang lain untuk
dinyanyikan. Hanya lagu ‘Jangan Bicara’ yang diciptakan oleh Iwan Fals.
Selebihnya diciptakan oleh Diat, Yoesyono, Chilung Ramali, Jaya Susanto, Dama,
Richard Kyoto, Tommy dan Marie, Willy dan Tommy. Lagu ‘Barang Antik’ bercerita
tentang angkutan tua (oplet) yang tergusur dengan angkutan lain seperti bis,
mikrolet dan bajaj namun tetap beroperasi dipinggiran kota. Lagu ‘Jangan
Bicara’ menjadi kontroversi karena liriknya yang terlalu pedas bagi sebagian
orang. Tetapi masalah itu lagi-lagi tidak terekspos, inilah pandainya
pemerintahan saat itu yang rapi menutupi kesalahan agar tidak banyak orang
memahami. Dan hasilnya konon Iwan mendapat teguran keras dari pemerintah agar
tidak menerbitkan karya yang menyinggung politik.
barokfals.wordpress.com |
Lagu-lagu pada
album ini ‘Barang Antik’, ‘Kumenanti Seorang Kekasih’, ‘Sunatan Masal’, ‘Jangan
Bicara’, ‘Asmara Dan Pancaroba’, ‘Tante Lisa’, ‘Salah Siapa’, ‘Nyanyianmu’,
‘Jalan Yang Panjang Berliku’, ‘Neraka Yang Asyik’.
Lirik
Barang Antik
Berjalan
tersendat
Diantara sedan sedan
licin mengkilat
Dengan warna
pucat
Dan badan penuh
cacat sedikit berkarat
Hei oplet tua
dengan bapak sopir tua
Cari penumpang
dipinggiran ibukota
Sainganmu
mikrolet, bajai dan bis kota
Kini kau
tersingkirkan oleh mereka
Bagai kutu
jalanan
Di tengah tengah
kota metropolitan
Cari muatan
Untuk nguber
setoran sisanya buat makan
Hei oplet tua
dengan bapak sopir tua
Cari penumpang
dipinggiran ibukota
Sainganmu
mikrolet, bajai dan bis kota
Kini kau
tersingkirkan oleh mereka
Berjalan zig zag
ngebut
Nggak peduli
walau mobil sudah butut
Suara bising
ribut
Yang keluar dari
knalpotmu bagai kentut
Hei oplet tua
dengan bapak sopir tua
Cari penumpang
dipinggiran ibukota
Sainganmu
mikrolet, bajai dan bis kota
Kini kau
tersingkirkan oleh mereka
Oh bapak tua
Pemilik oplet
tua
Tunggu nanti di
tahun dua ribu satu
Mungkin mobilmu
Jadi barang
antik
Yang harganya
selangit
Oh bapak tua
Pemilik oplet
tua
Tunggu nanti di
tahun dua ribu satu
Mungkin opletmu
Jadi barang
nyentrik
Yang harganya
selangit
Kumenanti Seorang Kekasih
Bila mentari
bersinar lagi
Hatiku pun ceria
kembali (asyik)
Kutatap mega
tiada yang hitam
Betapa indah
hari ini
Kumenanti
seorang kekasih
Yang tercantik
yang datang dihari ini
Adakah dia akan
selalu setia
Bersanding hidup
penuh pesona harapanku
Jangan kau tak
menepati janji
Datanglah dengan
kasihmu
Andai kau tak
datang kali ini
Punah harapanku
Sunatan Masal
Bukan lantaran
kerjaan brutal
Ujungnya daging
harus dipenggal
Di bumi insan
makin berjejal
Hingga terjadi
sunatan massal
Tersenyum ramah
si bapak mantri
Kerja borongan
dapat rejeki
Berbondong
bondong bocah sekompi
Mesti dipotong
ya disunatin
Si bapak mantri
bukannya bengis
Meskipun tampak
sedikit sadis
Kerinyut hidung
bocah meringis
Sedikit tangis
anunya diiris
Buyung menginjak
masa remaja
Seiring doa ayah
dan bunda
Sebagai bekal masa
depannya
Agar menjadi
anak yang berguna
Hei sunatan
massal
Aha aha
Sunatan massal
Aha aha
Ditonton orang
berjubal jubal
Banyak tercecer
sepatu dan sandal
Hei hari bahagia
Aha aha
Bersuka ria
Aha aha
Ada yang
berjoget tari India
Stambul cha-cha
dan tari rabana
Hei sunatan
massal
Aha aha
Ditonton orang
Sunatan massal
berjubal jubal
Banyak tercecer
sepatu dan sandal
Jangan Bicara
Jangan bicara
soal idealisme
Mari bicara
berapa banyak uang di kantong kita
Atau berapa
dahsyatnya
Ancaman yang
membuat kita terpaksa onani
Jangan bicara
soal nasionalisme
Mari bicara
tentang kita yang lupa warna bendera sendiri
Atau tentang
kita yang buat
Bisul tumbuh
subur
Di ujung hidung
yang memang tak mancung
Jangan
perdebatkan soal keadilan
Sebab keadilan
bukan untuk diperdebatkan
Jangan cerita
soal kemakmuran
Sebab kemakmuran
hanya untuk anjing si tuan polan
Lihat di sana...
Di urip meratap
Di teras marmer
direktur mutat
Lihat di sana...
Si icih sedih
Di ranjang empuk
waktu majikannya menindih
Lihat di
sana.... Parade penganggur
Yang tampak
murung di tepi kubur
Lihat di
sana....... Antrian pencuri
Yang timbul
sebab nasinya dicuri
Jangan bicara
soal runtuhnya moral
Mari bicara
tentang harga diri yang tak ada arti
Atau tentang
tanggung jawab
Yang kini
dianggap sepi
Asmara Dan Pancaroba
Awan hitam
semakin legam
Hujan panas
silih berganti
Gelombang panas
menyengat bumi
Insan merintih
tak berhenti
Rintih tangis di
malam hari
Jerit pilu
menyayat kalbu
Wajah sendu
menanti pagi
Hujan badai
berhenti
Kicau burung
ramai bernyanyi
Tanda musim
berganti
Kasihku kan
datang berlari
Menjemput hatiku
yang sepi
Kini ku bersama
kembali
Seperti dahulu
berseri
Asmaraku yang
telah pergi
Kini bersemi
lagi
Tante Lisa
Dirumah megah
ada seorang nyonya
Ramping bodinya
Lagaknya centil
dan tak mau kalah
Dengan gadis
remaja
Melirik matanya
Bila melihat
pemuda
Yang gagak
perkasa
Apalagi dia
orang kaya
Hei tante Lisa
Wajahmu kini
semakin mempesona
Hei tante Lisa
Setahun sudah
kau jadi janda
Perceraian
terjadi
Gara gara sang
suami
Tak tahan
melihat
Tante Lisa
bercumbu dengan tetangga
Hei tante Lisa
Wajahmu kini
semakin mempesona
Hei tante Lisa
Setahun sudah
kau jadi janda
Hei tante Lisa
Banyak tuan tuan
berkencan bersamamu
Hei tante Lisa
Lihat usiamu
yang semakin tua
Salah Siapa
Kala surya kan
tiba
Tuk menyinari
semua
Isi alam semesta
Embun pagi
gelisah
Enggan untuk
berpisah
Ingin lenyapkan
hati yang resah
Jauh jauh kau
datang
Hanya untuk
memandang
Betapa indah
alam
Sekejap kau
terdiam
Saat senja kan
jelang
Tangis
perpisahan tak tertahan
Oh
Adakah semua ini
Engkau ciptakan
Berapa dosa yang
telah ia lakukan
Tiada damai di
hati ia rasakan
Siapa kan
menjawabnya?
Jika ia ingin
bertanya
Salahku dimana?
Tunjukkan
dimana?
Yang ini salah
siapa?
Nyanyianmu
Kau petik gitar
Nyanyikan lagu
Perlahan
Usap hatiku...
Terucap janjiku
Untukmu
Tenggelamku di
Tembangmu
Tulikanlah kedua
Telingaku
Butakanlah kedua
bola
Mataku
Agar tak kulihat
dan
Kudengar
Kedengkian yang
Mungkin benam
Memang aku jatuh
Dalam
cengkeramanmu
Sungguh aku
minta
Teruskanlah kau
Bernyanyi
Kau kudengar itu
pasti
Teruskanlah kau
Bernyanyi
Dan jangan
lagumu
Terhenti
Jalan Yang Panjang Berliku
Jalan panjang
yang berliku
Jalan lusuh dan
berbatu
Namun kuharus
mampu menempuh
Bersama beban di
batinku
Kudatang
berlumur debu
Kupergi bersama
bayu
Diantara gelisah
Kucoba untuk
tetap kukuh
Tiadakan tempat
kuberteduh
Dikala luka
membiru
Uh .. Uh .. Uh
..
Segenggam
harapan dalam jiwa
Hilang punah
tiada kesan ..
Dikegelapan ..
Neraka Yang Asyik
Oh oh oh
kenikmatanmu
Oh oh oh
memanggil hasratku
Bangkitkan khayal
biru
Memacu rindu dan
nafsu
Oh oh oh kau
wanita cantik
Oh oh oh neraka
yang asyik
Diantara gerakmu
Janjikan surga
dan madu
Setiap jengkal
tubuhnya
Adalah kemesraan
Namun mampu
runtuhkan dunia
Hanya dengan
senyumnya
Oh oh oh setan
yang menarik
Oh oh oh rumit
juga unik
Semua punya
cerita
Yang sama tapi
berbeda
Oh oh oh
keindahannya
Oh oh oh
kelembutannya
Hadirkan cinta
dendam
Damai dan
sengketa
Setiap jengkal
tubuhnya
Adalah kemesraan
Namun mampu
runtuhkan dunia
Hanya dengan
senyumnya
----ooo----
0 Response to "BARANG ANTIK (1984)"
Post a Comment