Puisi dan Prosa Khai untuk Bintang

15 November 2018 03:43

Tok tok tok! ๐Ÿ‘ป

Selamat pagi, Bintang.
Ah, aku tahu seandainya kita bertatap muka seperti dulu, kamu akan menjawab "Sekarang belum pagi."

Baiklah, seperti biasa, selamat dini, Bintang. Hari ini aku tutup lebih awal. Curah hujan di sini hampir begitu tiap harinya, selalu hujan di malam hari.

Bintang, aku cuma mau bilang, aku rindu. Kau juga tentunya lebih rindu, bukan begitu? Kita sering saling membandingkan, rindu siapa yang paling besar, sayang siapa yang paling dalam. Seperti anak-anak.๐Ÿ˜ช

Tapi rinduku tetap yang paling. ๐Ÿ˜’

Itu saja untuk hari ini. Jangan lupa bernapas. Ini hari Kamis, hari yang cantik. Harusnya kau sudah terjaga jam segini. Semangat buat apa-apanya. Jaga hati untukku. ๐Ÿ˜Š
----ooo----

15 November 2018, 23:02
Bintang...
Malam ini tidak hujan, tidak seperti malam-malam sebelumnya. Akan tetapi cukup sunyi. Sekarang waktu luang banyak kuisi dengan tontonan yang menurutku menarik, biasanya saat-saat seperti ini aku menyempatkan diri berkunjung ke rumahmu. Kau sendiri tahu alasan kita tidak bisa seperti dahulu.

Kudengar kau sedang terposisikan pada pilihan sulit ditambah kabar yang cukup tidak menyenangkan membuatmu hilang tawa bahkan sekedar senyum. Maafkan aku yang tidak bisa menghiburmu.

Apapun itu, Bintang. Apapun keputusan terbaik dari istikharah dan iktikad baikmu, aku yakin kau sudah cukup dewasa untuk mengambil keputusan.

Bintang...
Meski aku belum bisa untuk selalu di sampingmu, meski kita tidak berbalas kabar, yakinlah, aku ada. Aku akan selalu ada. Aku sekarang lebih banyak ngobrol dengan-Nya. Tentang kita tentunya.

Bantu aku, Bintang. Doakan aku.

Tidurlah yang nyenyak, mimpi indah. Besok masih banyak waktu untuk tersenyum.


Love.
----ooo----
16 November 2018, 23:40

Selamat malam, Bintang.
Sepertinya aku mulai terbiasa dengan keadaan ini. Tanpa celotehan, aduan tentang hal-hal sepele menyangkut kecerobohan, manja, tanpamu.

Sebenarnya aku hampir kalah dalam ujian, sempat berpikir untuk mengakhiri kerinduan, ternyata pintu untukku benar-benar kau kunci rapat saat ini. Kau sungguh dengan keputusanmu. Aku akan bersiap.

Kuanggap ini sebagai perpisahan sementara untuk kita membekali diri sampai mantap dan pantas. Apakah Tuhan akan mempertemukan kita lagi setelah saling meninggalkan sebab takut akan murka-Nya? InsyaAllah.


Love and miss you ๐Ÿ’•
----ooo----

19 November 2018, 16:15

Selamat sore, Bintang.
Bagaimana kabarmu di sana? Benarkah kau merasa ada yang berubah dariku? Sejujurnya banyak.

Kau sendiri tahu, setelah kehilangan terbesar dalam hidup, seolah aku kehilangan separuh jiwa.

Apapun perihal perubahan yang kau rasakan, aku hanya butuh sedikit waktu untuk mengembalikan aku yang dahulu. Perihal hati tak perlu kau ragukan, tidak ada yang berubah. Tetap utuh untukmu.

Jarak memberi kita dua pilihan, dimana apa yang kita sebut cinta akan terkikis perlahan atau akan semakin dalam. Tentu saja aku berada di opsi kedua. Bagaimana denganmu?

Sedikit aneh memang, tidak seharusnya kita terjebak di situasi seperti ini, banyak hal yang ingin kuceritakan padamu, lebih tepatnya berkeluh-kesah yang tidak mungkin semua dapat kuceritakan kepada orang lain sementara seharusnya kau mengetahuinya.

Kau tentu juga punya banyak cerita yang kau ingin kudengarkan, meski tidak berharap aku menanggapinya.


Bintang, aku kesepian.
----ooo----

20 November 2018, 05:02
Pagi, Bintang.
Banyak yang bertanya, seperti apa sih Bintang sampai aku begitu dalam padamu.

Aku akan bercerita sedikit tentangmu ke mereka.

Bintang, dia perempuan sederhana, hatinya sederhana, cantiknya sederhana, perempuan biasa yang punya cinta luar biasa.

Pernahkah kalian mendengar cinta tanpa alasan? Tentu saja itu omong kosong, mustahil cinta tanpa sebab, mustahil cinta bisa tumbuh tanpa semai.

Dia, Bintang, mencintaiku dengan satu atau beberapa alasan yang aku tidak tau pasti itu apa. Satu hal terindah yang disuguhkannya padaku, cintanya tidak bersyarat, menerima penuh segala lebih dan kurang.

Sebagai lelaki biasa, tentu aku begitu beruntung dimilikinya, tapi sebagai lelaki sejati, sungguh zolim bila tanpa syarat yang disuguhkannya kutelan begitu saja. Bagaimanapun hati telah terpikat, tentu doa tinggal kata jika tak dibarengi usaha.

Aku telah jatuh padanya, dia telah dalam padaku, jalan masih begitu panjang untuk saling memiliki.

Jika kau tanyakan bagaimana aku padanya perihal rasa, cinta bahkan akan cemburu dan ingin menjadi kekasihku.
----ooo----
20 November 2018, 05:02, 16:36
Kalau aku benar-benar pergi, apa yang akan terjadi padamu?
Aku hanya bisa berpura bodoh seolah tak mengerti maksud ucapanmu.

Pergi ke mana? Tanyaku berperan bingung. Kau balas dengan senyum tipis seraya membuang pandanganmu dari mataku yang mulai sembab.

Untuk memikirkannya saja aku takut, apalagi jika kenyataan membawaku padanya, barangkali leburlah segala angan dan doa bersama langkahmu. Barangkali di situlah titik dimana aku akan berhenti merakit mimpi, berlayar tanpa awak mengikut pada arus dan gelombang takdir Tuhan.


Bintang, jika suatu hari nanti kau harus pergi, jangan pernah memberitahuku ke mana tujuanmu, jangan pernah memberiku alasan apapun, sebab 'ku tahu aku akan tetap kehilangan.
----ooo----

28 November 2018, 05:02, 00:16
Apa kabar, Bintang?
Lama tidak menyapamu. Pastinya rindumu berat bukan? Bukannya aku melupakanmu, apalagi menganggap kau tidak ada. Hanya saja, mendung tengah berjaya.

Inginnya, aku selalu menulis tentangmu, namun tiap aku akan memulai, saat itu juga segalanya hilang. Yang kuingat hanya rindu.

Seperti kata Dilan, rindu itu memang berat, Bintang. Aku tidak kuat. Bagaimana kalau kau saja yang merindu? Sebab aku tahu saat rindumu tidak terbendung, maka rinduku pun turut terobati.

Rindu lah aku setiap hari supaya tidak terlalu lebam di hati.

Sebelum kuakhiri, aku punya satu permintaan untukmu. Tetaplah tersenyum, senyummu mengubah dunia, duniaku lebih tepatnya. Jangan biarkan dunia yang mengubah senyummu.


Semangat, Bintang. Aku tahu persis kamu kuat. I love you.
----ooo----

11 Januari 2019, 21.08
Selamat malam, Bintang!
Lama sekali tidak menyapamu, aneh bukan? Kenapa malah sekarang aku ingin bercerita tentangmu. Tentang kamu yang memutar balikkan duniaku semudah membalikkan telapak tangan.

Kala itu, sebelum kehadiranmu, begitu suram pandanganku. Menutup dan membuka mata, bahkan menentang mentari tetap saja gulita yang tampak olehku. Lalu kau datang, ibarat sebatang lilin, satu cahaya penerang di tiap langkahku, hingga aku punya tujuan, lagi.

Aku terlena, terbuai sayang dan rindu, sedikitpun aku ‘tak takut akan kehilangan, sebab dekapmu kurasa amat erat dan tak mungkin lepas lagi. Apa lagi yang kurang? Rasanya kau telah melengkapi segala kekurangan yang kupunya, buatku begitu percaya diri untuk hadapi dunia.

Oh, Bintang!
Sayang itu, rindu itu, mimpi ini, semua begitu nyata. Tidak terkira setinggi apa rencana yang sudah kurancang, kita rancang. Bodohnya, aku lupa memikirkan kalau sebatang lilin akan habis jua, bisa didaur ulang namun lambat laun akan terus berkurang dari semula, hingga akhirnya benar-benar tidak bersisa.

Lalu semua kembali pada kegelapan, merana dan mati titik
----ooo----
Khairul Fikri

0 Response to "Puisi dan Prosa Khai untuk Bintang"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel