Tak ada yang sederhana ketika dua degup bertemu
BAHAGIA
Serupa embun yang tak akan pernah habis, meski selalu dipertemukan mati dengan tragis. Menguap perlahan, lalu hilang tertelan.
Sekiranya, begitulah rasa yang Tuhan titipkan.
Dipertemukan denganmu mungkin ketidaksengajaan, namun memantapkan hati untuk saling mengisi tentu itu sebuah ketetapan.
Lalu, perihal hujan dan kemarau yang bergulir tanpa pikir, menjelma payung yang di bawahnya kita berlindung. Kadang sambil menikmati secangkir kopi, atau merapatkan jemari.
Ah benar, semua tentangmu jika kujabarkan bumi pun akan iri. Tidak kalah dengan langit yang menatap sengit.
Tak ada yang sederhana ketika dua degup bertemu, lalu saling bercumbu. Seakan waktu hanyalah pembeda antara lambat dan cepat.
Apa lagi yang harus kuceritakan? Sementara warnamu tak terbataskan. Begitu pun lagu cinta yang diputar tanpa jeda, rasanya terlalu jahat jika kupamerkan pada mereka.
Sayang, cukup kita yang tahu seberapa sulit saling menopang. Memeluk rapat semua bahagia dalam asa, sebelum tamat kisah kita.
Biarkan yang di luar gemetar, mencecar dan menjelma belukar. Tak akan ada pengaruh pada cinta kita yang sabar.
_
Bivisa
0 Response to "Tak ada yang sederhana ketika dua degup bertemu"
Post a Comment