Satu Jam Terakhir Bersama Cinta

By Putri Kelana

***

"Sayaaang, aku datang."

Terdengar suara Ryo dari luar rumah, berteriak bahagia karena sudah hampir 3 tahun lebih dia tidak bertemu Cinta, istrinya tercinta itu. Karena dia harus merantau keluar Negeri dan selama di luar Negeri, Ryo dan istrinya tidak pernah berkomunikasi sama sekali. Meski itu cuma di dunia maya sekalipun, tidak.

2 minggu setiba Ryo di luar Negeri, Cinta benar benar menghilang tak ada kabar sama sekali. Pihak keluarga pun semuanya tidak pernah ada yang memberikan kabar. Lost. Semuanya menghilang.

"Cintaaaa... aa pulang cantik."

Rumah yang ditinggalkannya selama 3 tahun lebih itu berasa masih sama seperti dahulu. Hanya saja kali ini terlihat tidak sebersih dulu. Rumah ini begitu kumuh dan tak terurus.

Cinta? Kemana dia? Apakah benar dia sudah meninggalkan rumah ini? Apakah benar dia telah meninggalkan cintanya juga? Meninggalkanku? Ah bahkan beribu pertanyaan bermunculan bahkan ketika Ryo sudah tiba di rumahnya sendiri.

"A Ryo."

Suara itu?

"Ci, Ci, Cinta."

Ryo menoleh kebelakangnya untuk memastikan suara itu adalah suara istrinya, Cinta ataukah suara tetangga yang akan memberitahukan sesuatu.

Senyuman tipis itu begitu mengagumkan. Ah ternyata dia benar benar Cinta. Dia tidak meninggalkan rumah. Dia tidak kemana mana, dia setia, dia ada disini, dia merawat rumahku. Ryo menatap haru Cinta.

"Cinta, aa kira kau...."

"Pergi meninggalkan aa.?"

Cinta memotong pembicaraan Ryo yang haru haru bahagia gak percaya.

"Tidak mungkin a, itu tidak akan pernah mungkin terjadi. Sampai kapanpun Cinta tidak akan pernah meninggalkan aa sendiri."

Cinta menyunggingkan senyum lagi untuk Ryo. Menandakan bahwa selama ini dia masih setia menunggu Ryo.

"Terimakasih Cinta, istri aa tersayang, yang paling cantik sedunia."

Ryo merayu. Lalu Ryo memeluk Cinta, hangat. Meski tidak ia rasakan kehangatan pada tubuh Cinta.

"Badanmu dingin sayang, kau sakit.?

Ryo khawatir melihat keadaan Cinta yang baru ia sadari. Pucat, dingin dan kaku.

"Ah kau sakit Ta, hayu masuk ke rumah, aa bikinin kamu teh hangat ya. Duh kasihan sekali istriku, udah berapa hari sakit? Kenapa dibiarin? Kenapa gak berobat, sayang. Aa kan selalu kirimin kamu uang. Kamu berobat. Jaga kesehatan kamu."

Ryo membopong Cinta masuk ke kamar untuk ia suruh istirahat.

"Sejak kepergianmu a."

Cinta menatap nanar wajah Ryo.

"Ah kau ini."

Ryo mengernyit, istrinya emang ratu bercanda sedunia. Paling bisa aja dia bikin hatinya baper. Membuatnya ingin terbahak ditengah kesedihannya melihat keadaan istrinya yang pucat sayu begitu.

"Ini teh nya cantik, hayo diminum dulu."

Suasana sore hari menjelang magrib, tak terasa sudah hampir mau satu jam dia di rumah, bersama Cinta. Kali ini Cinta menatapnya lagi. Ada kerinduan yang mendalam dari wanita cantik bermata tajam ini. Ya, wajar lah namanya juga telah terpisah lama. Ryo pun sama, dia merasakan kerinduan yang teramat dalam pada Cinta. Ryo memeluk istrinya lagi. Tapi dia tidak berani berbuat apapun kepada istrinya itu karena istrinya itu sedang sakit. Mau magrib juga kan. Dia hanya memeluk dan menciumi istrinya saja berulang dengan penuh kasih sayang, juga kerinduan.

"Maafin aa ya Ta, aa terpaksa waktu itu harus ninggalin kamu. Keadaan kita yang memaksa aa buat pergi. Keadaan kita waktu itu sangat darurat. Kalau aa gak pergi, kamu gak akan selamat waktu itu. Kanker kamu udah stadium akhir, aa gak mau kehilangan kamu. Jadi, aa harus pergi cari uang buat biaya pengobatan kamu. Aa harus selamatin kamu."

Ryo mengelus elus lembut rambut istrinya yang tidak lagi rontok seperti dulu. Kali ini, rambutnya udah cantik dan panjang, wangi juga. Alhamdulillah mungkin Cinta udah sembuh dari kankernya. Dan ini sekarang hanya sakit biasa saja, mungkin Cinta kecapean.

Cinta mengangguk.

"Terimakasih a, kau sangat memperjuangkan aku. Kau rela meninggalkan rumah dan keluargamu, demi aku. Terimaksih, aku mencintaimu."

Cinta mengelus lembut pipi suaminya itu.

"A, boleh aku meminta sesuatu dari kamu."

Cinta masih mengelus elus pipi suaminya dan menatapnya dalam.

"Tentu saja cantik. Apa itu?"

Ryo menggenggam tangan Cinta yang dingin.

"Kau harus menikah lagi."

"Apah?"

Ryo melepaskan genggamannya. Dia melongo gak percaya dengan ucapan Cinta. Sungguh ini lelucon yang sama sekali tidak lucu.

"Aku udah punya calon yang baik untukmu. Dia gadis yang sangat baik, dia cantik. Selama kau gak ada, dialah yang mengurusku ketika aku sakit. Dia juga mengurus ibumu karna aku sakit dan gak bisa mengurus ibu yang udah sepuh. Dia sangat baik a, dia sangat menyayangi keluarga kita."

Ryo terperanjat. Heran, berasa mimpi apa. Ada apa dengan Cinta? Apa dia menyuruh Ryo menikah lagi karna nanti akan meminta cerai darinya setelahnya? Dan menikah lagi dengan pria tampan, pria kaya. Secara kan sekarang dia udah cantik dan gak berpenyakitan lagi. Fikir Ryo.

"Ada apa denganmu? Kau menyuruhku menikah lagi? Apa ini? Apa kau udah gak mencintaiku lagi? Kau ingin bercerai denganku? Kau ingin menikah lagi dengan pria kaya? Kau...."

"Cukuup. Aku tidak punya banyak waktu lagi denganku. Aku harus pergi. Maaf, aku tidak bisa terus menemanimu, menikahlah dengannya untukku, dia sahabatmu, Rindu."

Cinta beranjak dari tempat tidur, dia melepaskan selimutnya yang Ryo kenakan.

"Ta, kamu mau kemana Ta? Kamu...."

"Ryo... kau kah itu disana?"

Rindu, itukan suara Rindu. Mau apa dia magrib gini ke rumahku. Udah lewat magrib, tepatnya.

"Benar sekali kau Ryo."

Rindu meyakinkan.

"Iya emang aku Ryo, aku baru balik. Aku belum sempat ke rumah ibu, karena aku balik kerumahku dulu. Kau, kenaoa kau magrib magrib gini kesini Ndu.?"

"Aku tadi mau kerumah ibu, terus aku lihat rumahmu, pintunya terbuka. Aku fikir ada maling masuk, makanya aku masuk dan aku pastikan yang di dalam siapa? Dan setelah aku dengar dengar lagi barusan, itu seperti suaramu. Dan benar saja, itu kemang suaramu Ryo."

Rindu menjelaskan.

"Hmmmm.... ya aku baru balik 1 jam yang lalu dan aku belum sempat ketemu siapapun selain istriku. Ah iya, maaf aku lagi ngejar Cinta. Kemana perginya dia?"

Ryo ke ingetan Cinta lagi. Dia celingukan ke seluruh ruangam mencari istrinya. Kemana dia? Cepat sekali dia pergi. Ryo pergi ke luar rumah dan,

"Ryo Ryo Ryo."

Rindu menghentikan.

"Ummm... ma ma maaf. Euhmm, kita kerumah ibu dulu yu sekarang."

Ajak Rindu, gelagapan.

"Tapi aku harus nyari istriku dulu."

"I i iya nanti aku bantu cari. Kita kerumah ibu dulu, ada yang mau kita obrolin."

Ryo memperhatikan aneh sikap Rindu. Ada apa dengannya? Ada apa dengan semua orang? Tadi Cinta yang bersikap aneh, sekarang Rindu.

"Gak bisa. Aku harus cari istriku dulu."

Ryo beranjak, langkahnya sudah sedikit menjauh dari Rindu.

"Ryooo... cukup Ryo. Cinta udah gak ada."

Jlbebbb....

Apa maksudnya? Berani sekali dia mengatai Cintanya sudah tiada, tiada kemana? Ah, sedari tadi juga Cinta bersamanya, hanya sekarang Cinta menghilang, bukan tiada. Tapi mungkin dia sedikit ingin dimanja saja. Ryo tak mengindahkan Rindu, dia tetap saja melangkah.

"Sejak kepergianmu, Cinta masuk rumah sakit lagi, dan dia udah gabisa lagi bertahan melawan kankernya, lalu dia me...."

Ryo berhenti dan berbalik badan ke arah Rindu. Marah.

"Apa maksud kamu ngatain Cinta? Cinta me apa hah? Sejak satu jam kedatanganku tadi, Cinta bersamaku, menemaniku, bahkan dia memelukku."

Rindu menarik tangan Ryo, membawanya kerumah Bu Marni, ibunya Ryo.

"Asalamualaikum ibu."

Rindu membawa Ryo pada ibu.

"Waalaikumsalam Rindu."

Ibu menjawab dari dalam, ibu masih mengenakan mukenanya. Mungkin dia masih belum selesai bertasbih setelah shalat magribnya.

"Ryo...."

Ibu menyadari kedatangan anak semata wayangnya itu.

"Iya ibu, apakabar bu? Ryo kangen ibu. Ibu baik baik saja kan selama Ryo gak ada? Ibu sama Cinta gak pernah sakit sakitan lagi kan? Kalian baik baik aja kan?"

Ryo memeluk dan menyalami tangan ibu, menciuminya dengan hangat penuh kerinduan kepada sang ibu yang sudah tak lagi muda itu.

"Alhamdulillah ibu baik baik saja Ryo."

Ibu menjawabnya simple. Wajahnya langsung murung. Mengingat sesuatu.

"Ada apa bu? Kenapa kalian semua pada aneh gini dengan kedatanganku? Tadi pertama, Cinta yang aneh, masa iyah dia memintaku buat nikah lagi sama Rindu. Udah gitu sekarang Cinta pergi gak tau kemana lagi. Duuhh mana dia pucat banget lagi bu, hmmm dia sakit bu. Kenapa ibu gak bawa Cinta kesini bu? Kenapa ibu biarkan Cinta sakit dirumahku sendirian bu?"

Ryo mulai nyerocos tentang Cintanya itu. Ibu tidak menjawab, dia malah beranjak ke kamar. Dia mengambil sesuatu.

"Maafin ibu nak, ibu terpaksa menyembunyikan 3 tahun kematian istrimu. Dia yang memintanya sendiri untuk tidak siapapun kasih tahu tentang kematiannya padamu yang lagi merantau diluar Negri memperjuangkan dirinya."

Ibu menjelaskan.

"Apah? Cinta? Maksud ibu Cinta ku meninggal bu? Ibu jangan becanda bu. Dia tadi bersamaku bu, satu jam yang lalu aku datang bu, dan aku tidak kesini dulu. Aku pulang kerumahku dulu, dan Cinta ada disana bu, dia mencium tanganku, dia memelukku bu. Dia belum mati bu."

Ryo tidak percaya dengan semuanya.

"Ini surat terakhir dari Cinta sebelum dia masuk rumah sakit lagi dan meninggal."

Ibu menyerahkan suatnya dan berisi.

"Suamiku sayang, aa Ryo. Terimakasih kau sudah rela perjuangkan aku. Kau rela meninggalkan ibu, meninggalkan Negara mu sendiri demi untuk kesembuhanku. Kau begitu malaikat a, aku udah gak kuat lagi a. Kankerku udah sangat ganas sekali. Tubuhku sudah tidak lagi kuat kuat a. Sebagai gantinya, kau akan menikah lagi dengan sahabat kita, Rindu. Dia gadis yang sangat baik. Kau semangat saja ya disana lanjutkan cari uangnya. Bukan untukku, tapi untuk aa, ibu dan juga Rindu. Maaf aku harus menyembunyikan semuanya darimu. Itu agar kau tetap semangat disana, kau tidak boleh dulu pulang sebelum waktunya. Masih ada ibu yang sangat membutuhkan uangmu buat buat biaya pengobatannya. Udah jangan khawatirkan aku. Aku harus pulang a. Uangmu aku percayakan pada Rindu untuk pengobatan ibu dan sisanya nanti buat biaya pernikahan kalian. Rindu sangat menyayangimu dan ibu. Aku titipkan kalian semua pada Rindu, karna aku udah gak bisa lagi menemani kalian. Aku mencintai kalian semua, aku mencintaimu, suamiku...Cinta Sunaryo."

Oh Tuhan, ini tulisan memang tulisan Cinta. Dia masih sangat mengenalinya jelas, bahwa itu memang tulisan Cinta. Jadi, Cinta udah? Wah... lantas yang sedari tadi satu jam bersamanya? Apa itu Cinta yang tidak nyata? Dia melihat ke pinggir jendela, dan dari luar dia melihat Cinta nya tersenyum padanya, diluar. Dengan rambut terurai dan cantik. Oh Cinta, kini kau tak lagi nyata. Percaya tidak percaya akhirnya Ryo harus mempercayainya bahwa Cintanya sudah meninggalkannya. Ketika dia menatap Cinta yang sedang tersenyum padanya dari balik jendela, lalu tak lama ketika dia mengedipkan matanya, Cinta udah tiadak lagi dari pandangannya. Cepat sekali dia menghilang.

Baiklah kalau begitu, aku akan mengantarkan kepergianmu dengan tenang. Bisiknya dalam hati. Dan setelah itu Ryo tak lagi mengingat apapun, dia pingsan.

THE END

NOTE

Terimakasih kepada teman-taman yang telah mengirimkan naskahnya. Bagi teman lain yang berkenan mengirimkan naskah demi melengkapi blog kita ini dapat dikirimkan melalui: 

email satukara.com@gmail.com

FB @khairulfikri.co, 

WA. 085762407942

0 Response to "Satu Jam Terakhir Bersama Cinta"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel