Tragedi Hilangnya Nasi Goreng
Oleh : Putri Kelana
Malam ini adalah malam jum'at. Seperti biasa, aku yang susah tidur dimalam hari, dan selalu kesulitan bangun di pagi hari tanpa alarm dengan volume full berbunyi. Malam ini, setelah selesai shalat isya, dan mengaji surah Al-Kahfi. Aku pergi ke dapur untuk memasak. Namun sungguh, tidak ada bahan makanan apapun hari ini untuk dimasak. Karena aku sendirian sekarang di rumah, tanpa Mamah, tanpa Ayah, tanpa Adik, tanpa siapapun. Aku sendirian, kesepian, kelaparan. Ya god, sedih sekali jadi aku.
Akhirnya aku memutuskan untuk menggoreng nasi saja. Karena yang ada hanya nasi, dan ada sedikit sesa kecap bekas kemarin di kulkas, masak* juga masih ada bekas tadi pagi masak. Apalagi ya? Oh. Gas, minyak sayur, bawang merah juga masih ada. Baiklah aku masak nasi goreng.
Selesai aku memasak nasi goreng, aku tinggalkan dulu sejenak nasi gorengnya di meja makan, karena aku harus pergi dulu ke wc, ada panggilan alam yang harus segera aku penuhi. Hmmm...
"Fyuuhh..." setengah jam aku nongkrong di wc, akhirnya aku keluar juga dengan perasaan lega. Kulihat jam di dinding dekat wc ternyata sudah menunjukkan pukul 23.35 malam.
"Ya ampun, aku nongkrongin wc nya lama sekali." gumamku.
Sudahlah, aku lapar dan hendak memakan nasi goreng buatanku sekarang.
Tapi setelah sampai di dapur dan melihat meja makan, maksudku melihat nasi gorengku, ko rasanya ada yang aneh.
"Nasi gorengku? Lah ko, kenapa hilang? Kenapa tinggal segini? Perasaan aku belum memakannya." bathinku.
Aku melihat sekeliling tidak ada siapapun di dapur. Aku tidak melihat kucing pula di rumahku, tikus pun tidak aku lihat. Lalu? Siapa yang menghabiskan nasi gorengku hingga tersisa sedikit saja dari piringnya.
"Wah. Ada yang enggak beres ini."
Aku melihat lagi sekeliling ruangan dapurku yang tidak terlalu terang. Karena lampunya hanya lima watt saja, sedangkan ruangan cukup besar. Jadi, membuat ruangan sedikit gelap.
Bulu kudukku mulai merinding. Malam ini sangat mencekam, udaranya begitu gak enak. Dingin. Dingin yang tidak sedap.
Prankkkk...
Suara jatuhan barang terdengar dari kamarku yang lumayan jauh dari dapur.
"Astaghfirullah Ya Allah. Suara apa itu?"
Aku menelan ludah, gemetar, ketakutan. Semakin ketakutan lagi setelah mendengar langkah kaki dan bunyi "bag bug bag bug" di kamarku yang tertutup. Bunyi aneh lagi, seperti suara orang yang memukul-mukul dan membersihkan tempat tidur. Percis sepertiku kala sedang membersihkan tempat tidur.
"Ya Allah."
Aku tidak hentinya menyebut asma Allah.
"Astaghfirullahaladzim..." terus aku melantunkannya pelan. Sembari aku ngendap-ngendap untuk pergi keluar rumah.
Malam ini, aku tidak akan tidur di rumah. Aku mau menginap saja di rumah Rahma, tetanggaku. Kebetulan rumahnya Rahma bersebelahan banget dengan rumahku.
Tidak lama akhirnya aku berhasil keluar dari rumah dan telah sampai di depan pintu Rahma.
Tok tok tok...
"Raaaa..."
Aku mengetuk-ngetuk pintu rumahnya Rahma. Aku tahu, jam segini dia belum tidur, gadis itu pasti sedang chatingan bersama kekasihnya yang jauh disana. Di Makassar, orang Sukabumi juga sebenarnya, namun kekasihnya Rahma sedang kuliah di makasar. Jadi mereka LDRan.
"Teteh. Ada apa? Tumben malam-malam begini kerumah. Kemana..."
"Boleh aku numpang nginep dirumahmu malam ini Ra?"
Aku memotong Rahma yang sedang berbicara. Dan aku yang gemetaran karena ketakutan, juga gak mau berlama-lama diam diluar. Aku langsung saja pada tujuan utama. Yaitu numpang nginap.
"Iya iya hayu teh, tentu saja. Hayu."
Tanpa Rahma persilahkan lagi. Aku langsung menuju kekamarnya dan segera nyungsep dikasurnya yang udah sedikit berantakan.
"Teh. Teteh baik-baik aja?"
Rahma mengkhwatirkanku yang sangat gemetaran.
"Enggak Ra, teteh gak baik-baik aja. Malam ini teteh udah digangguin setan."
Aku berbicara sambil bergetar.
"Hah? Setan? Ko bisa sih rumah teteh jadi ada setannya? Sejak kapan? Bukannya rumah teteh selalu teteh ngajiin tiap hari? Masa si ada setan?"
Rahma kebingungan, karena baru kali ini mendengar dirumah tetangganya itu ada setan.
"Entahlah Ra, teteh juga gak tau, tapi itulah yang sebenarnya. Begini...."
Aku menceritakan semua keganjalanku dirumah barusan.
"Aduh... Jadi begitu ya? Serem juga ya, aneh juga tu setan ko bisa sampai melahap nasi gorengmu juga teh."
Rahma merespon curhatanku meski sedikit terheran-heran juga dia dengan ceritaku.
"Sudahlah Ra. Aku takut, aku capek, aku ngantuk sekarang. Aku mau tidur duluan boleh?"
"Yaelah... Sekarang malah aku yang ditinggal tidur duluan. Hadeuh... Baiklah selamat malam putri bungsu."
Dia mengatakan sesuatu. Apah? Putri bungsu? Kedengarannya seperti tidak asing. Aku seperti selalu mendengar kata-kata ini beberapa hari ini. Tapi apa? Siapa yang memanggilku dengan sebutan itu? Ah sudahlah, aku tak mau berfikir lagi. Aku sudah sangat capek karena ketakutanku dirumah tadi.
Subuhpun telah datang. Dan aku akan pulang. Mungkin sekarang setannya telah pergi setelah mendengar adzan subuh.
"Aku pulang dulu Ra, terimakasih tumpangan menginapnya."
Aku pun pulang kerumahku yang jaraknya memang berdekatan dengan rumah Rahma.
Aku membuka kunci pintu dan masuk kerumah.
"Siapa itu?"
Suara seorang pria dari dalam kamarku cukup mengejutkanku.
Apah? Siapa itu? Dia yang siapa? Ngapain dia ada dirumahku?
"Seseorang disana? Siapa kamu?"
Aku berbalik nanya sambil mendekati pintu lagi. Biar bisa kabur kalau-kalau dia akan bersikap jahat padaku jika aku berada dekat pintu, aku gampang kaburnya.
Lalu sesosok pria itu pun keluar dari kamarku dengan wajah pucat, lelah, dan capek. Seperti orang yang tidak tidur.
"Aa. Kau?"
Aku cukup terkejut juga melihat kekasihku berada dirumahku.
"Ya Allah neng, kamu dari mana aja? Semalem suaminya pulang juga, bukannya di sambut, malah hilang. Kamu dari mana si? Tidur dimana semalam?"
Astaghfirullah. Suami? Hah? Ya Allah. Iya... Aku lupa, kan aku udah bersuami. Aku udah menikah dengan dia beberapa hari yang lalu. Ko bisa aku lupa? Ah! Semua ini gara-gara ketakutan yang gak jelas.
"Apah?"
Aku nyengir kuda.
"Ko malah nyengir? Kamu darimana jam segini baru pulang? Hp juga enggak dibawa lagi. Aa telfon-telfon ternyata Hp kamu ada di kamar."
Suamiku sangat khawatir. Sepertinya semalaman dia juga tidak tidur karena mencariku. Menghubungi teman-temanku. Tapi tidak pada Rahma.
"Emm..." Aku manyun sebelum melanjutkan jawabanku.
"Maafkan aku, jadi, begini. Semalam setelah melihat nasi gorengku tiba-tiba raib. Aku benar-benar ketakutan, dan aku langsung aja lari pergi kerumah Rahma. Dan nginep dirumah Rahma."
Aku menjelaskan.
"Apah? Jadi. Nasi goreng yang semalam Aa makan itu. Itu nasi goreng kamu? Aa fikir, kamu sediain buat Aa, Neng."
"Enggak A, bakan Neng bahkan gak inget kalau Neng udah nikah."
Aku nyengir-nyengir lagi. Ada rasa malu, juga bersalah gak jelas. Karena, yang benar saja aku sampai lupa, kalau aku telah menikah. Mentang-mentang pernikahannya baru. Jadi nuansa jomblonya masih melekat. Karena sudah terlalu lama sendiri, jadi sedikit butuh adaptasi otak untuk mengingat bahwa jomblo senior ini telah menikah.
"Iya, dan maha teganya isterimu itu, masa iya, lakinya dikatain setan. Nih, blezermu ketinggalan."
Rahma? Aduh... Gadis ini. Aku benar-benar salah tingkah deh sekarang.
Tawa suamiku pun pecah setelah melihat aku yang tegang karena malu dan tidak enak juga padanya. Mana udah ngata-ngatain setan segala lagi. Semua yang buruk-buruk tentang rumahku yang tiba-tiba berhantu semalam telah aku ceritakan pada Rahma.
"Aduh... Dasar kamu ya, putri bungsu dari kerajaan bidadari. Mulai sekarang, kamu harus terbiasa ya dengan kehadiranku. Kamu juga harus terbiasa, dengan kepulangan malamku. Karena tahu sendiri, kerjaanku memang memeras banyak waktu. Maafkan aku ya, udah membuatmu takut."
Akhirnya suamiku memelukku.
"Maafkan aku juga, melupakanmu dan mengataimu hantu."
Tawa kami semua akhirnya pecah dalam subuh ini.
"Baiklah. Mari kita shalat berjamaah, setelah itu, aku mau tidur. Aku pening, belum tidur. Semalaman mencari..."
"Mencari hantu."
Aku memotong.
"Dasar kamu."
Dia mencubit hidungku yang lumayan mancung dan kemudian kami tertawa lagi.
Hmmmm... Ternyata yang semalam menghabiskan nasi gorengku itu dia, suamiku sendiri dan bukanlah hantu. Lagipula, mana ada hantu/setan makan nasi goreng. Aku merasa bodoh. Haduh gara-gara takut, aku jadi bodoh.
Selesai
NOTE
Terimakasih kepada teman-taman yang telah mengirimkan naskahnya. Bagi teman lain yang berkenan mengirimkan naskah demi melengkapi blog kita ini dapat dikirimkan melalui:
email satukara.com@gmail.com
FB @khairulfikri.co,
WA. 085762407942
0 Response to "Tragedi Hilangnya Nasi Goreng"
Post a Comment