Saat Terakhir (Maafin Mama)

Oleh : Haz

Malam itu sepulang kerja kudapati pintu rumah kami terbuka lebar, tak seperti biasanya. Begitu kuucapkan salam dan melangkah masuk, nampak dede Ayu, buah hatiku tengah tergolek lemah tak berdaya di atas tempat tidur yang terletak di depan ruang menonton televisi.

Dengan panik aku segera mendekat. Terlihat wajah putri kecilku itu tengah menahan sakit. Lingkar matanya nampak begitu cekung, khas orang sakit. Sementara di samping dede, Ibu mertuaku begitu cemas.

"Sejak kapan dede sakit seperti ini, Bu?" tanyaku pada ibu mertua.

"Dari tadi siang, Nduk. Ibu sudah bawa ke bidan, tapi masih belum sembuh juga mencretnya. Mau dibawa ke puskemas, Ibu ndak punya duit."

"Dibawa sekarang pun sudah malam, Bu. Nggak ada kendaraan juga," ujarku lirih nyaris bergumam. Tanpa terasa air mata yang telah lama kutahan pun terjatuh.

Aku hanya bisa berdoa sepanjang malam. Tak banyak yang bisa kulakukan, selain memberi oralit dan membersihkan diri dede tiap kali pup. Aku begitu takut melihat kondisi dede yang semakin lemah. Sementara Mas Dio, suamiku tengah bekerja di luar kota.

Ibu mertua dan aku bergantian menjaga dede. Keesokan hari, kulihat dede jauh lebih membaik. Begitu bangun tidur dede menatapku. Seolah ada yang ingin dia katakan. Usia dede baru menginjak sembilan bulan, belum bisa berbicara. Jadi, dia hanya bisa menangis saat merasa sakit.

Tak disangka, kondisi dede melemah lagi. Aku mengendong dede sambil menangis. Sementara Ibu berlari meminta bantuan tetangga. Tak lama kemudian, aku berangkat menuju rumah sakit dengan naik ojek.

Sepanjang perjalanan, aku hanya terdiam. Tak henti-hentinya dalam hati memohon kesembuhan untuk dede. Tubuh dede perlahan mulai dingin. Di mulai dari ujung kakinya. Sesampai di rumah sakit, dede langsung dibawa ke ruang IGD. Dengan sigap petugas pun segera melakukan tindakan pertolongan.

Begitu sibuk para perawat dan dokter jaga. Kulihat mereka memasang selang infus di hidung dede setelah menidurkannya di atas ranjang rumah sakit. Tak lama kemudian, sebuah alat pemacu jantung pun sudah ditekan di atas dada dede. Gadis kecilku itu hanya diam. Tak merespon. Hingga akhirnya salah seorang perawat mendekatiku.

"Ibu yang tabah ya, dede telah tiada. Dede kehilangan banyak cairan di tubuhnya." Ditepuknya pundakku.

Sekujur tubuhku lemas seketika. Tak kuasa lagi menahan tangis. Kudekati perlahan tubuh mungil yang tergolek tak berdaya itu. Seolah tak percaya dengan kejadian yang baru saja terjadi. Masih kuingat dengan jelas tatapan dede tadi pagi. Ah, ternyata itu adalah tatapan perpisahan kami sebelum dia pergi selama-lamanya. Saat terakhir kali dede menatap wajahku.

"Dede, maafin mamah karena belum bisa menjadi ibu yang baik untukmu ...."

- SELESAI -

Cerita ini didedikasikan untuk mengenang kepergian seorang malaikat kecil dari ibunya bertahun-tahun silam. Semoga almarhumah dede mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah swt.

وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ اَنْ تَمُوْتَ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ كِتٰبًا مُّؤَجَّلًا  ۗ  وَ مَنْ يُّرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهٖ مِنْهَا  ۚ  وَمَنْ يُّرِدْ ثَوَابَ الْاٰخِرَةِ نُؤْتِهٖ مِنْهَا  ۗ  وَسَنَجْزِى الشّٰكِرِيْنَ

"Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala (dunia) itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala (akhirat) itu, dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur."

(QS. Ali 'Imran : 145)

NOTE
Terimakasih kepada teman-taman yang telah mengirimkan naskahnya. Bagi teman lain yang berkenan mengirimkan naskah demi melengkapi blog kita ini dapat dikirimkan melalui:
email satukara.com@gmail.com
FB @khairulfikri.co,
WA. 085762407942

0 Response to "Saat Terakhir (Maafin Mama)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel