Maisa

Oleh Hanna Nuraini

Tap... tap... tap... langkah kakiku melambat setiap detiknya, pandanganku kabur, aku tak sanggup menahan rasa ini lagi, sesak di dadaku seperti di hujam pisau belati ya Allah aku sudah tidak kuat.
***
... suara detak jantungku yang melemah, aku membuka mata dan pandanganku kabur seketika, aku berteriak sekencang mungkin dokter dan suster datang menyuntikan obat bius yang perlahan membuat tubuhku terkulai lemas.
***
Tangis seseorang terdengar di samping ranjang tempat aku berbaring sekarang, ternyata dia Maisa sahabatku dia sedang menangis tersendu-sendu saat itu.

"Rama kamu sudah sadar?"
"Iya." Jawabku dengan suara melemah.
"Semoga ini adalah yang terakhir kamu masuk rumah sakit sejak tiga tahun lalu."

Seketika ingatanku melayang pada kenangan masa lalu. Pagi ini aku sedang duduk bersama Maisa di bangku taman, segera aku utarakan maksud diri ini, perlahan aku bicara padanya "Maisa aku ingin kamu pergi meninggalkanku."
"Kenapa?"
"Aku sakit dan itu akan membuat beban dalam hidupmu."
"Gak akan pernah, karena aku adalah sahabatmu."
"Tapi," ucapku terpotong
"Gak ada tapi-tapian lagi sekarang kamu harus pikirkan kesehatanmu.

Seketika lamunanku buya dengan teriakan Maisa "Rama."
"I...i...iya." Jawabku gugup
"Tadi dokter bilang setelah hari ini kamu gak perlu masuk rumah sakit, cukup minum obat rutin dan kontrol setiap bula."
"Kenapa?"
"Kamu akan segera sembuh."
"Besok aku wisuda."
"Aku pasti datang."
***
Keesokan hari aku akan berwisuda, sebuah tokah sudah terlempar di angkasa tapi, Maisa belum juga datang beberapa saat setelah acara wisuda usai aku mendengar ada keributan dan banyak orang berkerumun disana, langsung kutanyakan ada apa ini.

"Pak ini ada apa?"
"Ada kecelakaan."
"Siapa korbannya?"
"Gak tau tapi, kayanya perempuan."

Seketika aku segera masuk dalam kerumunan masa dan saat itu aku lihat tubuh Maisa terlulai lemas penuh darah, aku menyambar tubuhnya dan meminta tolong pada semua orang.
***
Tiga hari setelah kejadian itu, aku sekarang ada di pemakaman orang yang aku harapakan bisa bersama sampai mau memisahkan tapi, dia malah pergi menghadap sangkuasa secapat ini.

Hari-hariku begitu sepi tanpa kehadiran Maisa, apa aku sanggup hidup tanpa dia lebih lama lagi? Tidak aku tidak kuat berlama-lama hidup di dunia ini sendiri tanpa Maisa tanpa orang yang sangat aku cintai dan memberi dampak baik bagi perubahan hidupku kini.

Untuk apa aku hidup, untuk apa aku sembuh jika aku hanya sendiri di dunia ini, jika tidak ada lagi Maisa dalam hidup, aku sudah tidak memikirkan Ibu dan Ayah, aku hanya ingin bersama Maisa kekarang juga.

Akhirnya aku mengambil pisau yang ada di dapur, aku masuk kekamar dan langsung menancapkan pisau itu tepat di jantung berkali-kali sampai darah mulai mengalir dari tubuh, tubuhku mulai mendingin dan akhirnya terkulai lemas "aku menyusulmu sayangku Maisa."

NOTE
Terimakasih kepada teman-taman yang telah mengirimkan naskahnya. Bagi teman lain yang berkenan mengirimkan naskah demi melengkapi blog kita ini dapat dikirimkan melalui:
email satukara.com@gmail.com
FB @khairulfikri.co,
WA. 085762407942

0 Response to "Maisa"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel