Malu

Oleh : Izha Fiqhel

Menurutku, dia adalah sosok gadis yang mendekati sempurna. Sudah dua tahun kami selalu satu kelas. Aku pikir, ini pasti pertanda kalau kami berjodoh, bukan hanya kebetulan belaka.

Dia sedang membaca buku. Entah apa judulnya. Hampir tiap hari setiap jam pelajaran kosong digunakannya untuk membaca. Tidak seperti anak cewek lain. Bisanya cuma ngerumpi, selfi, make up an, atau ketawa-tawa tidak jelas.

Aku masih memerhatikannya. Sengaja aku pilih duduk paling depan, agar lebih jelas melihat Syasa.

Ah, andai saja aku berani mendekatinya. Nyaliku terlalu ciut menghadapi perempuan yang tak banyak bicara. Grogi tak menentu. Sebenarnya sih, karena aku juga jarang banget dekat-dekat dengan perempuan.

Entahlah, kalo ada perempuan yang mencoba mendekati, kadang darahku langsung memanas. Hal itu terlihat jelas dari perubahan warna wajah.

Ahay, kali ini dia tersenyum padaku. Aku pun membalas senyumnya. Apa mungkin diam-diam dia juga menaruh hati? Seperti si Maya yg berkali-kali mengungkapkan sayangnya padaku.

"Gue tuh sayang banget ama lu, Fi ...." ungkap  Maya, kemarin di kantin sekolah. Entah, sudah keberapa kalinya dia bilang kalimat itu.

"Mau ya, lu jadi pacar gue?" Jengah aku liat mimik wajah memelasnya.

"Lu tuh kenapa sih, ngomong gitu mulu?"

"Gue beneran suka ama lu, Fi. Secara, elu itu ganteng, gagah, gak banyak tingkah, pinter lagi!" tegas si Maya.

Heleeh ... rayuan basi. Kata-katanya tidak akan membuatku luluh.
Coba kalo gadisku itu yang mengatakannya, aku pasti langsung memeluk Syasa.

*****
Selepas pulang sekolah, aku beranikan untuk menyapa Syasa.

"Pulang, Sya?" Dih pertanyaan apa ini?! Bodoh! Ya, iyalah pulang ....

"Iya, Fi." Seeerrrrr ... hati ini langsung berdesir. saat bibir mungilnya memanggil sebagian namaku. Dia tersenyum seperti melihat hal yang lucu. Jangan-jangan wajahku mulai memerah.

"Aku duluan ya," ujarnya. Dengan cepat aku jajari langkah Syasa. Seolah ada keberanian yang menyeruak dalam diri.

"Aku pengen ngomong sebentar, Sya."

Langkahnya terhenti, tubuh mungil Syasa berbalik menghadapku. Pokoknya harus aku ungkapkan sekarang. Perasaan ini sudah dua tahun aku pendam. Momen yang tepat, hanya ada beberapa anak yang berada di lorong sekolah.

"Rafi, mau ngomong apa?" Aku gelegapan. Kikuk. Kutarik napas sambil memejamkan mata. Berharap kata-kata yang keluar dari mulutku tidak ada kesalahan.

"A-aku ... aku, a-aku..."

Sial!! kenapa jadi grogi gini sih.

"Aku? Aku apa?" Wajahnya begitu dekat denganku. Dia mulai penasaran. Aku malah berdebar-debar.

" ... "

"Fi ....??"

"I, iya, Sya." Aku garuk-garuk kepala.  "A, aku mau bilang ...." Dia menggigit bibirnya.

Oh, My God seksi!! Jantungku makin berdegup kencang.
Aku tarik nafas lagi, sambil mengusap wajah yang memanas.

"Nanti aja bilang I Love You nya."

Kedua mata Syasa membulat. Kemudian, ketawanya berderai. Manis sekali makhluk ciptaan-Mu Tuhan.

Aku bingung, apa yang membuatnya tertawa. Lenganku dipukul ringan beberapa kali olehnya.

"Ya udah, nanti aja bilang I Love You nya ... hahahaha ...."

NOTE
Terimakasih kepada teman-taman yang telah mengirimkan naskahnya. Bagi teman lain yang berkenan mengirimkan naskah demi melengkapi blog kita ini dapat dikirimkan melalui:
email satukara.com@gmail.com
FB @khairulfikri.co,
WA. 085762407942

0 Response to "Malu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel