Dipacari Angel (Izha Fiqhel)
Oleh : Izha Fiqhel
Hampir 2 tahun lamanya aku menjalin hubungan dengan Angel. Nyaman, bahagia, saling berbagi dan kadang bertingkah konyol.
Seperti saat ini. Kami memerhatikan Doni teman sekelasku. Angel menahan tawa, wajahnya ia sembunyikan di pundakku. Gadis ini memang cantik, manja, lucu dan pencemburu.
Kulihat Doni masih tidak berkedip memandang Bu Elena, guru Fisika. Bodynya memang aduhai, walaupun berpakaian sopan tapi tetap saja masih terlihat lekuk tubuhnya. Doni menelan ludah. Lalu mengusap wajahnya. Aku tahu pikiran dia sudah dikuasai oleh setan. Mesum. Angel terkekeh di sampingku.
Pelajaran usai. Bu Elena meninggalkan kelas. Tak lama, kulihat Doni juga keluar kelas.
"Sayang, kamu pasti sudah tau kan, apa yang akan Doni perbuat?" tanya Angel. Aku mengangguk,
"Kerjain, yuk?" usulnya. Aku tersenyum. Beranjak. Tangan Angel menggamit lenganku dengan manja.
Dari jarak beberapa meter kulihat Doni masuk WC. Sampai depan pintu, terdengar suara desahan laki-laki. Benar dugaanku.
Langsung aku gedor-gedor pintunya dengan kencang.
"Setan!! Berisik!!" umpat Doni dari dalam.
"Buruan, buka!!! Kebelet nih! Dug, dug, dug!!!"
Tak ada jawaban. Lagi, aku gedor pintu dengan keras. Aku yakin, aktifitas Doni belum selesai, pasti lagi nanggung. Aku dan Angel terkekeh.
"Woy!! Buruan!!!"
tak lama, pintu terbuka. Wajah Doni tegang menahan amarah.
"Kampret! Ganggu aja!!" sungut Doni. Tangan kanannya menarik resleting.
"Lah elu lama banget!! Minggir!" kudorong bahu Doni agar keluar. Pintu aku tutup. Kami berdua tertawa di dalam. Melihat sekeliling. Banyak busa sabun.
"Aku yakin, ini gak sampe selesai," suara Angel menggema. Kusiram busa-busa sabun. Kemudian, kami kembali ke kelas.
Angel, gadis bermata sayu, berambut hitam lebat, dan berkulit putih.
Pertama kali kami bertemu ketika aku sedang lari pagi di sebuah taman. Saat itu, ia duduk di bawah pohon palem. Memeluk lutut, pandanganya lurus ke depan. Aku pun menghampirinya.
"Hai," sapaku, duduk di sampingnya. Dia tidak menjawab, justru menatapku lekat. Bulu matanya dikedip-kedipkan.
"Kenapa? Ditanya malah diem." mimik wajahnya seperti keheranan. Aku mengelap tengkukku yang basah oleh keringat dengan handuk kecil.
"Heran?" tanyaku lagi, dia menoleh "Kamu, kamu bisa melihatku?" aku tertawa. Kaki aku selonjorkan menyilang.
"Ngaco! Jelas lah aku bisa melihatmu," bibirnya mengatup, "tapi, aku kan ...."
"Namaku Yoga, kamu siapa?" ekspresi wajahnya masih keheranan.
" Hello ... Nama kamu siapa?" tanyaku lagi.
"Angel,"
"Nama yang bagus," kataku. Dia diam.
"Kamu ada masalah?" dia merunduk, bahunya berguncang. Menangis.
"Hei, kok malah nangis? Ok, lupakan pertanyaanku."
"A, aku, gak punya, gak punya tempat tinggal ...." ucapnya di tengah isak tangis. Aku menarik napas.
"Ya ampun ... Kirain kenapa. Kalo mau, tinggal sama aku aja, gimana?" dia menoleh, ada binar harapan di retinanya. Angel tersenyum diiringi anggukkan.
"Ya sudah, ayo ikut aku!"
Sejak saat itu, kami tinggal satu atap.
Hingga suatu malam, ia mengungkapkan perasaan cintanya kepadaku. Aku tahu dia tulus, makanya aku tak keberatan.
Well, meskipun kami sering bersama. Aku tak bisa menyentuhnya. Dia menyentuhku tapi aku tak bisa merasakannya. Karena, aku dan Angel berbeda alam.
End.
NOTE
Terimakasih kepada teman-taman yang telah mengirimkan naskahnya. Bagi teman lain yang berkenan mengirimkan naskah demi melengkapi blog kita ini dapat dikirimkan melalui:
email satukara.com@gmail.com
FB @khairulfikri.co,
WA. 085762407942
0 Response to "Dipacari Angel (Izha Fiqhel)"
Post a Comment