Dendam Hantu Pengantin Baru

Oleh : Putri Kelana

Setelah kematian Nayla dua tahun yang lalu, kini hidup Zora dan Fikram (mantan suami Nayla) yang baru beberapa bulan ini melangsungkan pernikahan dengan Zora, adik tiri Nayla tidak pernah merasakan sedikitpun kebahagiaan.

Hari-hari mereka lalui dengan ketakutan. Setelah kematian Nayla, mereka berdua selalu dihantui setan Nayla, terlebih kepada Zora, adik tiri Nayla yang dua tahun lalu membunuh Nayla.

Flashback

Disuatu hari yang cerah dan indah. Telah mempersatukan dua pasangan Nayla dan Fikram. Pada hari itu mereka melangsungkan pernikahannya setelah pacaran lima tahun, tujuh bulan, sepuluh hari, dua jam, tiga menit, dua detik itu mereka lewati.

Hari yang dinanti-nantikan pun akhirnya tercapai juga. Mereka sah menjadi pasutri alias pasangan suami isteri.

Belum berlangsung lama kebahagiaannya. Tiba-tiba Nayla tak sadarkan diri, dia mengalami keracunan. Lalu akhirnya meninggal masih dihari pernikahannya.

Melihat kematian isterinya yang mendadak dan secara tiba-tiba, tentu saja membuat Fikram sangat terpukul. Dia tak percaya Nayla akan meninggalkannya secepat itu.

Yang membuat semua keluarga heran lagi, kata dokter Nayla keracunan. Tapi seorang pun tidak ada yang tahu siapa yang telah meracuni Nayla. Karena selama ini semua keluarganya sangat mencintai Nayla.

Nayla itu seorang selebriti terkenal, dia banyak memiliki penggemar, meski tidak sedikit juga hattersnya. Tapi apakah mungkin, hattersnya yang telah membunuhnya?

Tapi, apakah hattersnya masuk kerumah? Bukankah selama ini hattersnya hanya berada diluar rumah saja? Sedangkan didalam rumah, tidak ada satupun yang membencinya. Semua sayang padanya. Semua sangat mendukungnya. Terlebih karena dia anak yang paling membanggakan dikeluarganya.

***
Kematian Nayla yang misterius itu telah berlalu dua tahun yang lalu.

Hari ini Zora dan Fikram melangsungkan pernikahannya yang pertama untuk Zora dan yang kedua untuk Fikram.

Awalnya Fikram tidak membuka lagi hati pada gadis manapun setelah kepergian Nayla. Dia hanya memfokuskan dirinya pada keluarga dan bisnisnya saja. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri dan pada Nayla, bahwa dia tidak akan pernah menikah lagi.

Tapi setelah dia menerima dan membaca surat yang katanya itu adalah surat wasiat dari Nayla.

Dalam surat itu, Nayla seolah berpesan bahwa Fikram harus menikahi adik kesayangannya, Zora. Meski Fikram sempat heran, tapi akhirnya dengan desakan keluarga juga, akhirnya Fikram mengalah dan menerima Zora untuk dinikahinya.

Dan dari sanalah arwah Nayla kembali untuk membalaskan dendam kematiannya.

Setiap hari bahkan setiap malam, dia berusaha masuk kesemua anggota keluarganya termasuk kepada Fikram suaminya untuk membuktikan bahwa Zora adiknya yang dia nikahi sekarang itu adalah pembunuhnya.

"Tidak, aku bukan pembunuh. Aku tidak membunuh Nayla."

Zora bersikukuh tidak mengakui kejahatannya setelah semua keluarga termasuk Fikram menginterogasinya.

"Kematian Nayla telah berlalu. Ayolah, kau jujur saja, apa kau yang telah menghabisi Nayla?"

Fikram kembali menaikan nada bicaranya.

"Iya Nak, kamu jujur saja sama kita."

Ibu menimpali.

Zora hanya tertunduk tidak menjawab setelah dia capek menyangkal kebohongannya yang sudah semakin menipis untuk menipu lagi.

"Tidak bu, aku tidak pernah berniat melakukannya. Hanya saja, kecemburuanku pada kakak telah menutup mata dan hatiku, hingga akhirnya aku..."

"Cukup Zora."

Belum Zora menjelaskan semuanya, Fikram telah menghentikan perkataan Zora yang dirasa sudah tak harus dia dengar lagi.

"Aku tahu sekarang kenapa Nayla kembali pada dalam pernikahan kita ini. Dia hanya ingin menunjukkan siapa orang yang aku nikahi sekarang ini. Adik gak tahu diri."

Fikram benar-benar tak habis fikir. Dia memeras kepalanya karena marah dan kesal. Rasanya dia ingin mencakar wajah Zora.

"Jangan-jangan surat itupun, palsu. Benar Zora?"

Fikram menimpali lagi.

"Ma ma maafkan aku, Fikram. Itu semua aku lakukan karena aku mencin..."

"Diam kamu. Seharusnya dari awal aku sudah bisa menebaknya."

Fikram memotong lagi perkataan Zora.

"Ibu sangat kecewa sama kamu Ra. Kamu telah mempermalukan Ibu sekarang. Kamu tahu, kakakmu itu memang bukan darah daging Ibu, tapi Ibu sangat mencintainya. Cinta Ibu sama Nayla sama seperti cinta Ibu sama kamu. Kalian semua anak-anak Ibu. Ibu sangat mencintai kalian. Tapi dengan perlakuanmu yang bejad ini. Sekarang kamu telah mengingatkan Ibu pada posisi Ibu yang sebenarnya. Ibu hanyalah Ibu tirinya. Dan secara gak. Langsung kamu telah membuat seolah Ibu tiri adalah Ibu jahat. Ya, Ibu jahat yang tak berhasil menyelamatkan nyawa anak tirinya karena ulah anak kandungnya. Ibu malu sekarang, malu, sakit, dan kecewa. Ya. Ibu kecewa sama kamu."

Zora terperanjak bangun dari duduknya, dia berdiri dan malah berbalik marah.

"Itulah Bu. Itulah alasanku mengapa aku menjadi begini Bu. Itu semua juga karena kamu. Karena kalian yang terlalu membanggakan Nayla dan tidak pernah menghargaiku. Aku sakit Bu, sakit. Kalian semua selalu membanding-bandingkan aku dengan Nayla. Aku tiada pernah ada artinya buat kalian. Selalu tentang Nayla Nayla dan Nayla. Sedangkan aku?"

Semua menatap Zora.

"Zora kau..."

"Diam kamu Fikram. Kamu juga. Kau tahu, sejak awal bukankah aku yang lebih dulu menyukaimu dan bukan Nayla. Tapi kenapa kau malah pacaran dan menikah dengan Nayla?" Zora berhenti sejenak "Nayla. Gadis itu, dia telah merenggut segalanya dariku. Ibuku, keluargaku juga cintaku. Semuanya dia renggut. Hanya karena dia terbaik. Sedangkan aku? Aku selalu buruk. Apa aku salah jika aku yang awalnya sangat mencitainya berbalik menjadi membencinya. Jika ada hattersnya Nayla. Maka akulah hatters paling hattersnya. Aku membencinya bukan tanpa alasan. Aku cemburu padanya."

Lanjutnya. Tangis Zora pun pecah dalam ruangan rumah Nayla yang sangat besar seperti istana itu.

"Prankkkkkk"

Sebuah bunyi terdengar sangat keras dan cukup membuyarkan perhatian semua anggota keluarga.

"Apaan lagi itu?"

Fikram terperanjat dan langsung menghampiri sumber suara.

"Nayla?"

Fikram berhasil menemukan sumber suara itu. Dan ternyata dia menemukan sosok Naylanya.

"Nayla. Kau akan membunuhku sekarang? Bunuhlah aku. Aku gak akan keberatan. Setidaknya aku telah bahagia dengan menyingkirkanmu."

Zora menangis. Sebenarnya Zora sangat menyesal, namun egonya masih mengalahkan  hatinya yang sebenarnya lembut.

"Diam Zora."

Fikram membentaknya dan hampir akan memukul Zora yang sedang menangis karena ketakutan dan juga rasa bersalah.

"Jangan sakiti Zora. Aku juga tidak datang untuk menyakitinya. Selama ini aku datang dan sedikit mengganggu kalian, hanya untuk mengungkapkan tabir yang sebenarnya saja."

Hantu Nayla membisik lembut namun terdengar hampir ke seluruh anggota keluarga. Suaranya membuat bulu kuduk mahluk-mahluk kasar pada berdiri.

"Iya Nayla. Dan hari ini, kami semua telah mengetahui kebenarannya."

"Dan besok Zora akan kami serahkan ke yang berwajib."

Timpal Ibu. Zora menatap Ibu tak percaya. Tapi dia juga telah pasrah dengan semuanya.

"Tidak Bu. Dia telah menjalani hukumannya sendiri selama beberapa bulan kebelakang ini. Dia telah banyak mengalami luka dan juga keguguran karena ketakutan padaku. Dia tidak akan menerima hukuman apapun lagi. Ampunilah dia. Setelah ini, aku pun akan pergi lagi dengan tenang. Titip Ayah saja Bu."

Zora menatap Nayla tak percaya kakaknya masih sangat memperdulikannya meski dia telah tiada.

"Tentu saja Nak. Aku akan selalu menjaga Ayahmu. Ampuni Zora Nay."

Ibu menangis lagi.

"Untukmu Zora, sainganmu sekarang telah tiada. Kau aman sekarang. Maafkan aku. Jagalah Ibu, jaga Ayah, jaga suamiku juga."

Nayla menatap Fikram

"Dan lihat saja, jika satu kesalahan fatal lagi kau lakukan pada keluarga kita. Aku akan kembali dan takan pernah mengampunimu lagi."

Lalu setelah itu Nayla pergi dan tak pernah kembali.

Selesai

NOTE

Terimakasih kepada teman-taman yang telah mengirimkan naskahnya. Bagi teman lain yang berkenan mengirimkan naskah demi melengkapi blog kita ini dapat dikirimkan melalui: 

email satukara.com@gmail.com

FB @khairulfikri.co, 

WA. 085762407942

0 Response to "Dendam Hantu Pengantin Baru"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel