Bidadari yang tak diharapkan
Oleh Putri Kelana
Angel, gadis malangku. Rasanya tubuhku runtuh melihatmu terkapar lemah diruangan serba putih itu. Ruang ICU, ya, Angel malangku kini terkapar lemah tak berdaya diruangan itu.
"Angel sayang, kau harus bertahan sayang. Kau harus tetap hidup, kau harus buktikan pada ayah ibumu, kalau mereka telah keliru membuangmu. Kau adalah bidadari keberuntungan yang mereka manusia manusia bodoh itu abaikan"
Aku terus berdoa untuk kesembuhan Angel ku, sambil sesekali mengutuk Lia dan Daniel yang menjadi orangtua biologisnya Angel.
Ya, Lia dan Daniel, mereka adalah orangtua Angel. Sejak bayi, Angel ditinggalkan Lia sendirian dikamar kontrakan kecilnya yang ia kontrak beberapa bulan sebelum Angel lahir. Mungkin Lia diusir orangtuanya karna telah mengandung anak sebelum pernikahan.
Menjijikan memang, tapi bukan berati Angel juga menjijikan. Tidak, gadis malang itu sungguh dia suci, aku menyebutnya dia bidadari atau dalam bahasa inggrisnya adalah Angel, seperti namanya yang kuberikan dulu ketika ku mengambil dan merawatnya hingga kini. Ya, Angel, malaikat kecilku.
***
Sore itu, aku yang baru pulang dari kantor tempatku kerja. Aku mendapati tangisan seorang bayi di salah satu kamar kontrakan dekat dengan kamar kontrakanku yang baru aku tempati 2 bulan ini.
Aku adalah gadis desa yang sedang berkelana ke kota, merantau, bekerja dan mencari pengalaman di kota metropolitan ini, Jakarta. Ya, aku dari Sukabumi hijrah ke Jakarta untuk bekerja. Setelah kelulusan kuliahku, aku lebih memilih bekerja dan merantau ke Jakarta.
Hingga akhirnya, takdir manis mempertemukanku dengan sang bidadari kecil itu. Angel.
"Suara bayi itu dari kamar Lia deh," Selidikku dalam hati.
"Ahh, apa mungkin Lia telah melahirkan?"
Aku penasaran hingga akhirnya aku telah berada di pintu kontrakan Lia. Beberapa kali aku mengetuk ngetuk pintu kamarnya, namun tak pernah ada jawaban apapun dari Lia, hanya tangisan bayi saja yang semakin memecah. Aku semakin bingung antara takut Lia kenapa kenapa di dalam atau ada apa hingga akhirnya aku membuka sendiri kamarnya yang memang tidak dikunci itu, dan kudapati bayi itu merengek rengek seorang diri, tanpa Lia, tanpa siapapun.
"Lah, Lia kemana?" Aku kebingungan sambil sesekali mataku jelalatan melirik kanan kiri takutnya Lia terjatuh dikamar mandi, pun tak ada. Lia tak ada dimana mana. Terakhir aku membuka lemari plastik kecil tempat baju baju Lia dan, oh my god. Aku terkejut melihat lemari itu kosong, tak ada pakaian Lia disini. Lia meninggalkan kontrakannya dan juga bayi nya.
Keterlaluan, kutukku. Hingga akhirnya aku membawa bayi malang itu ke kamarku dan aku lari ke warung untuk membelikannya susu. Aku menyusui bayi malang itu, lahap sekali. Kasian, bayi tak berdosa itu sangat kelaparan, aku juga memakaikannya kain, dia begitu kedinginan. Sungguh malang nasibmu nak, aku menggerutu dalam hati, sesekali mengutuk Lia dan kekasihnya itu. Mereka berdua sungguh bejad. Lia juga, padahal dia seorang ibu. Tidak seharusnya ibu melakukan itu pada darah dagingnya, apalagi darah dagingnya itu yang cantik dan menggemaskan seperti Angel ini.
Keesokan harinya, aku mengambil cuti dulu untuk beberapa hari. Aku pulang dulu ke Sukabumi, membawa Angel tentunya. Setelah dirumah, awalnya semua orang menatapku heran dirumah. Mungkin mereka berfikir, 2 bulan di Jakarta, si Nur udah bawa bayi. Ah entahlah apa yang ada difikiran mereka aku tak perduli, karna yang aku perdulikan sekarang hanyalah nyawa Angel.
Aku meminta restu kedua orangtuaku untuk mengambil dan merawat Angel, tujuanku pulang adalah untuk membawa Siti, sahabatku, yang kebetulan dia belum memiliki pekerjaan. Karna susah juga untuk Siti mendapatkan pekerjaan, karna dia tidak memiliki Ijazah tinggi sepertiku, dia hanya lulusan SD. Lalu keesokan harinya pun aku balik lagi ke Jakarta bersama Angel dan Siti, yang akan kujadikan pengasuh Angel selagi aku ditempat kerja.
Awalnya orangtuaku marah dan ga setuju, apalagi ayah, dia sangat tidak menyetujuinya, menjijikan, katanya. Kamu tidak boleh menanggung beban dari dosa oranglain, katanya.
Tapi setelah aku berhasil meyakinkannya, bahwa dia (Angel) tidak lain adalah bentuk anugerah terindah pemberian Allah untukku. Meski bukan darah dagingku, tapi dia adalah bidadari keberuntungan yang dikirim Allah untukku. Betapa tidak, aku ini kan masih gadis, jangankan untuk punya anak, menikahpun aku belum, tersentuh pria pun aku tidak pernah. Dan sekarang, aku mendapatkan hadiah luar biasa dari Allah, tentu saja aku sangat bahagia. Memiliki bayi, meski aku belum menikah dan juga belum pernah tersentuh yang namanya pria. Tentu saja itu adalah anugerah, bukan?
Sedikit demi sedikit aku akhirnya berhasil juga meluluhkan hati ayah. Dan aku pun berhasil membawa Siti ke Jakarta untuk membantukku mengurus Angel, selagi aku kerja.
***
Hari ini adalah ulangtahunnya Angel yang pertama, bertepatan juga dengan ulangtahunku yang ke 24. Ya, hari ini aku merayakan ulangtahunku dan Angelku. Hari ini, aku juga mendapati lamaran seorang pria, namun aku akhirnya memutuskan untuk menolak lamarannya karna alasannya adalah Angel.
Pria yang melamarku hanya menginginkanku, dan tidak dengan Angelku. Dia ingin menikahiku tapi tanpa Angel. Tentu saja aku sangat menolaknya. Meski Angel adalah bukan darah dagingku, tapi hingga detik ini, dia masih selalu jadi yang terpenting bagiku. Aku tidak akan pernah menikah, tanpa Angel.
Ibu juga sudah membujukku, ibu berjanji akan mengurus Angel. Tapi tidak, aku tetap menolaknya, aku tidak pernah ingin berpisah dari Angel yang udah aku besarkan dari bayi dengan susah payah. Penuh perjuangan aku membesarkannya.
Hingga usia Angel yang ke5. Aku masih tetap juga tidak memikirkan pernikahan. Padahal usiaku juga sudah sangat matang sekali untuk menikah, aku juga sudah memiliki pekerjaan tetap, aku sudah naik jabatan di kantorku, aku sudah menjadi HRD di Bank. Tentu saja aku juga sudah mapan, dan sudah tidak lagi mengontrak, justru sekarang aku telah memiliki kontrakan. Dari hasil doa dan jerih payahku, tak lepas juga dari keberuntungan seorang bidadari yang kubesarkan.
Dan kini, di usianya yang mau masuk ke 7 tahun, aku pertama kalinya mendapati Angel malangku sakit, terbaring lemah di rumah sakit. Sakit sekali rasanya hatiku melihat dia yang selalu ku cintai selalu ku bela mati matian harus terkapar tak berdaya seperti itu.
Sialan, dirumah sakit ini ga terlalu tersedia banyak peralatan medis yang bisa membantu menyemhuhkan Angel. Akhirnya aku membawa Angel ku untuk dirawat di rumah sakit lain yang lebih memadai lagi fasilitasnya. Rumah sakit yang lebih bagus. Gak perduli seberapa banyak pun uang yang akan ku keluarkan nanti, yang penting Angel ku selamat. Yang penting Angel ku sembuh lagi seperti semula, dan dia kembali lagi menemani hari hari bahagia ku, hari hari bahagia kita tentunya. Karna sejak saat aku membawanya pada saat itu, aku tak pernah bisa kuat pisah sehari aja sama Angel, walau hanya sehari, aku gak bisa.
Setibanya di rumah sakit lain yang lebih bagus. Akhirnya aku memasukannya ke ruang perawatan anak. Aku percayakan Angel ku untuk mereka rawat disini dengan lebih baik. Aku berharap esok atau lusa, Angel ku sudah bisa bermain lagi bersamaku. Gadis yang kini Angel bilang Ibu. Ya, Angel hanya mengetahui bahwa aku lah ibunya. Dan aku pun meminta semua orang untuk selalu merahasiakan identitasnya yang sebenarnya. Karna aku gak mau Angel sampai stres karna masalahnya ini. Biarlah aku saja yang menjadi ibunya. Selamanya.
Hari ini, adalah hari kedua Angel dirawat dirumah sakit itu. Angel ditemani Siti didalam. Dan aku, aku harus bolak balik tempat kerja dan rumah sakit. Hari ini, aku datang agak sedikit terlambat ke rumah sakit, karna tadi ada meeting penting dulu yang tidak bisa aku tinggalkan.
Aku berlari, koridor demi koridor rumah sakit aku lalui. Aku paling gak sabar kalau belum ketemu Angel. Aku berlari agar segera sampai dikamarnya Angel yang berada lumayan jauh dari tempat masuk rumah sakit.
"Jauh sekali" gerutuku. Dan...
"Brukkkkk"
"Aduh, apa apaan ini? Hati hati dong pak jalannya". Aku meringis karna baru saja bertabrakan dengan seseorang, mungkin dokter disini. Duh padahal aku yang salah, aku yang terlalu buru buru, hingga akhirnya aku menabrak karna tidak terlalu memperhatikan jalan. Tapi aku kesian juga liat dia yang kerepotan membereskan berkas berkasnya yang berantakan. Akhirnya aku membantunya memunguti berkas berkasnya itu. Ya, karna aku juga akhirnya nyadar juga kalau memang aku lah yang salah, dan bukan dia.
"Maafkan aku pak, aku buru buru, putriku sakit, dan aku sangat khawatir."
Aku memunguti berkas berkasnya bersama dengannya.
"Sudah tidak apa apa, dan panggil saja aku Danie, jangan bapak, aku belum setua itu." Jawabnya simple sambil memunguti berkas yang masih tercecer.
Aku tersentak mendengar nama itu, suara itu. Siapah? Danie? Aku penasaran hingga akhirnya dia bangkit dan mata kami bertemu.
"Kau...." aku mengingat, kulihat, dia juga mengernyitkan dahi, mengingat sesuatu mungkin.
"Sepertinya kita sebelumnya pernah ketemu ya." Dia mengingat sesuatu. Dan tentu saja kita saling mengenal, bahkan sekarang, anaknya pun telah berada dalam genggamanku. Pria bejad itu, ternyata udah sukses sekarang. Darahku mulai naik, mendidik, jijik aku teringat Angel malangku selagi dia bayi. Dia begitu kelaparan dan juga kedinginan. Angel sangat ketakutan, sedangkan ayahnya sibuk merajut mimpinya, entahlah dengan ibunya. Mungkin mereka berdua telah menikah sekarang, mungkin Lia ada di rumahnya, bersama anak barunya, yang sah menunggu kepulangan Danie nya.
"Hey, aku ingat sekarang, kau...."
"Iya, aku Putri, tetangga Lia dulu, 7 tahun yang lalu. Lia kekasihmu yang menjijikan itu, yang telah meninggalkan bayi nya seorang diri dikamar kontrakannya."
Aku memotong dia bicara, kali ini nada ku naik beberapa oktav, darahku mendidih, sangat kesal dengan mereka berdua. Danie dan Lia yang sangat tidak bertanggung jawab.
***
Degggg
Wajah Danie yang tadi ceria sekarang berubah jadi mendung dan mungkin sedang mengingat masa masa kelam nya dulu.
"Sini kamu ikut aku"
Aku menggusur Danie untuk mengikutiku hingga sampailah kita di kamar Angel.
"Asalamualaiku, Ti."
Aku mengucapkan salam pada Siti yang sedari tadi menunggui dan menjaga Angel selagi aku kerja.
"Sini kamu lihat dia."
Aku menarik lengan Danie, dia sempat kebingungan dengan tingkahku. Mungkin dia berfikir ada apa denganku, tadi aku memarahinya lalu kemudian membawanya pada anak kecil, mungkin. Tapi dia masih belum bicara, dia hanya mengikutiku saja sambil sedikit kebingungan juga.
Namun, setelah dia melihat wajah Angel yang manis, dia pun seperti melihat bayi yang diabaikannya dulu. Wajah Angel memang hampir serupa dengannya, hanya saja Angel manis dan dia pait amit amit.
"Ini..."
"Namanya Angel. Dan sejak saat itu hingga kini dan selamanya, akulah ibunya. Kau lihat dia sekarang, gadis pembawa keberuntunganku itu sedang terkapar lemah tak berdaya. Kau harus tau satu hal, dia itu gadis pembawa keberuntungan. Kalian kenapa dulu ga memberikannya padaku, kenapa kalian ingin melenyapkannya dengan mengabaikannya sendirian dirumah, tanpa siapapun? Dimana hati kalian saat itu?"
Lagi, aku berteriak dan marah dihadapan Danie, sementara Angel masih terkapar lemah tak berdaya.
"Udah Put udah, kasian Angel. Dia sakit."
Siti menenangkanku.
"Putriku sakit?" Aku lihat Danie mulai panik sekarang.
Lalu, Danie mendekati Angel dan memeluknya, sesekali menciumnya. Air matanya mulai jatuh sekarang. Air mataku juga.
"Buu"
Angel, aku lihat tangan Angel bergerak sekarang. Aku dengar dia mengucapkan kata "bu"
"Angel, sayang, kau bangun nak." Aku memanggil dokter anak yang menangani Angel. Aku bahagia, airmataku sekarang berubah menjadi air mata bahagia. Angel ku kembali. Angel ku sembuh.
***
"Bu, om ganteng itu siapa bu? Sejak sedari kemaren di rumah sakit, ketika ibu kerja, dia selalu menjengukku bu, dia memelukku, dia juga memberiku hadiah hadiah."
Angel menanyakan Danie padaku. Dia menceritakan om ganteng, katanya.
"Dia, teman ibu sayang." Aku menjawabnya ngasal. Terserahlah siapa Danie ga penting lagi sekarang. Yang terpenting sekarang adalah, Angel udah sembuh.
"Bu, kata temen temen Angel, Angel anak yatim ya bu?"
"Apah? Yatim?" Aku menyeringai
"Iya bu, kata mereka, kalau anak yang gak punya ayah itu, namanya anak yatim bu."
"Sayang, ga apa apa, Angel ga perlu ayah yah. Kan Angel punya ibu."
Aku memeluk Angel, menenangkan Angel yang lagi sedih sepertinya. Menginginkan sosok ayah seperti teman temannya. Aku bisa melihat dari raut wajahnya yang sangat merindukan sosok ayah.
"Bu, apa anak yang udah yatim bisa ga jadi yatim lagi bu?" Angel bertanya "apa Angel masih bisa punya ayah bu? Angel mau punya ayah bu." Lanjutnya.
Degggg....
"Bisa sayang. Tapi, siapa yang mau kamu jadikan ayahmu? Angel kam tau, ibu ga punya siapa siapa lagi selain Angel. Ibu ga ada waktu buat nyari ayah buat Angel."
"Om Danie bu."
"Apah?" Aku sangat terkejut, gak nyangka Angel bisa langsung jatuh hati begitu sama ayahnya sendiri. Padahal aku tidak menceritakan Danie padanya. Sama sekali tidak.
"Mau ya bu? Kemaren waktu di rumah sakit, Angel meminta om Danie hari ini datang kesini, Angel mau om Danie jadi ayah Angel bu, om Danie baik bu. Om Danie juga setuju ko."
"Cukup Angel. Ibu ga bisa."
Aku kesal, tak habis fikir dengan Angel, bisa bisa nya dia memintaku untuk menikah dengan bajingan yang hampir saja membunuh Angel dulu. Gabisa. Aku gabisa melakukannya. Dia terlalu bajingan buat aku. Aku terlalu jijik sama dia.
***
"Bagaimana saksi sah?" ucap penghulu itu. "Sahhh" ucap semua saksi. "Alhamdulillah" semua ikut berbahagia untukku dan Danie.
Hanya saja, aku tidak sebegitu bahagia. Karna pertama, aku tidak menikah karna cinta. Aku menikah hanya karna Angel ku saja. Dia terlanjur jatuh hati sama ayahnya. Dan, aku juga udah mendengar semua curahan hatinya Danie padaku selama ini, selama dia kehilangan putrinya itu, Angel yang dibuang ibunya dulu.
"Waktu itu, aku meninggalkan Lia karna keluargaku gak menerima Lia. Lalu aku dikirim ayah ke luar negri untuk aku melanjutkan kuliahku disana, di Korea. Tapi sebelum aku pergi, aku juga tidak mengabaikan Lia, aku udah berjanji sama Lia, kalau aku akan kembali setelah aku menyelesaikan study ku. Aku akan menikahinya setelah aku pulang. Dan aku juga memberinya uang cukup besar sebelum aku pergi. Aku fikir untuk keperluan Lia dan bayiku. Dan nanti berikutnya akan ku kirimi lagi terus. Aku akan bertanggung jawab, karna itu dosaku yang harus ku terima resikonya. Tapi rupanya Lia tidak mempercayaiku, dia takut mungkin aku mengingkari janjiku. Lalu dia pergi dengan membawa uangku dan meninggalkan Angel. Lalu tak lama aku mendengar kabar dari sahabatku, mereka bilang Lia pulang ke kampungnya, meninggalkan nodanya di Kota. Lalu dia menikah di Kampungnya dengan teman SMP nya dulu."
Ucap Danie menjelaskan kala itu sebelum dia melamarku dan memintaku jadi ibu benerannya Angel. Seutuhnya.
"Dan sejak aku kehilangan Angel, setiap itu pula hidupku gak pernah merasa tenang." Kali ini dia pindah membicarakan Angel.
"Maksudmu?"
"Iya, Angel selalu datang tiap hari padaku. Hari hariku selalu dipenuhi dengan Angel Angel dan Angel. Bayiku. Yang Lia tinggalkan. Dan setelah beberapa bulan aku pulang dulu dari Korea, aku kembali ke tempat dimana terakhir aku meninggalkan Lia di tempat kontrakannya itu, tapi setelah disana, aku tidak mendapati Lia atau siapapun. Kontrakan itu ternyata telah dikontrak oleh orang lain. Dan di sebelah, kau pun tak ada. Tadinya aku ingin menanyai Lia padamu, tapi ternyata kau pun tak ada." Lanjutnya.
Ya, karna kala itu, aku pindah dari tempat itu. Mengontrak di tempat lain yang kontrakannya agak lebih besaran dikit dari tempat kontrakan lama ku. Karna sekarang aku gak lagi sendiri, tapi bertiga. Angel, Aku dan Siti, sahabat aku, pengasuh Angel saat aku kerja.
"Sejak aku kehilangan Angel, aku gak pernah bisa merasa tenang. Angel selalu hadir padaku, bahkan hampir setiap malam, aku selalu memimpikannya." Dia menarik nafas, lega juga mungkin sekarang udah ketemu dengan Angel nya. Aku sempat berfikir buruk tentangnya. Padahal selama ini ternyata dia selalu mencari dan merindukan bayi nya itu.
"Tapi sekarang, aku bahagia banget, ternyata Angel aman bersamamu. Dia tumbuh menjadi gadis yang manis. Sama seperti kamu." Danie menatapku penuh haru dan terimakasih juga karna aku telah mencintai Angel. Merawat dan menjaganya hingga sebesar ini.
"Emmm... lalu, apa sekarang kau sudah berumah tangga? Sama seperti mantan kekasihmu itu? Lia."
Aku mulai menanyakan tentang pernikahan.
"Tidak Put, aku udah berjanji, sebelum aku menemukan Angel, aku tidak akan pernah menikah." Jawabnya
"Sekarang, aku sudah menemukannya. Dan ternyata, kaulah ibunya Putri. Terimakasih. Kau mencintai bayi ku." Dia menatapku penuh haru. Dia mulai memandangku. Panas sekali rasanya pipiku. Mungkin warna nya juga merah sekarang. Atau ungu mungkin, entahlah. Aku salah tingkah sekarang.
"Put, kau sudah 7 tahun ini menjadi ibunya Angel. Biar bagaimanapun, dia anakku Put. Bolehkah aku minta Angel ku Put.?" Aku terhentak. Bangkit aku dari duduk ku. Enak saja, semudah itu dia meminta anakku.
"Apa maksud kamu. Tidak bisa. Kau takan semudah itu memisahkan aku dari anakku. Tidak. Dia anakku, meski bukan darah dagingku. Tapi aku telah mengorbankan seluruh hidupku dari semenjak aku membawanya. Aku taakan memberikannya padamu." Aku sangat marah. Tentu saja aku tidak rela membiarkan Angel ku diambil siapapun, meski oleh ayah kandungnya sendiri, tidak.
"Ah, tidak Put. Bukan itu maksudku, tentu saja aku tidak akan pernah memisahkanmu dari putrimu. Kau yang sudah menghidupinya hingga dia sebesar ini. Kau ibunya, dan akan sangat berdosa sekali jika aku memisahkan seorang anak dari ibunya." Dia mengikutiku bangkit.
"Lalu? Maksudmu apa kau meminta Angel padaku?" Aku khawatir.
"Put...." dia menggenggam tanganku.
"Aku ingin kita sama sama membesarkan Angel. Aku rasa, tidak mungkin juga selamanya Angel tak memiliki seorang ayah. Meski kau sudah mencukupinya, kau sudah membahagiakannya. Tapi, posisi ayah juga sangat diperlukan buat anak."
Mataku menyipit, melihat tatapannya yang memelas padaku.
"Put, kau ibunya Angel, dan aku ayahnya. Kita harus bersama, kau maukan jadi ibunya Angel yang seutuhnya? Kau mau menjadi ibu dari anakku? Kau akan terima aku sebagai ayahnya?"
Aku tak menjawabnya. Aku diam, tapi diamnya cewe kan menandakan iya. Jadi baiklah kita sepakat untuk menikah. Akhirnya sehari kemudian dari perbincangan itu, dia datang kerumahku, menghadap ayah ibuku, menjelaskan segalanya pada mereka, dan mereka pun menerimanya, terlebih karna Angel memang sangat menginginkannya, ayahnya itu.
Lalu pernikahan kami pun ditetapkan pada hari baik menurut perhitungan untuk menikah.
***
"Put, sini nak, ibu mau bicara."
"Ada apa bu?"
Aku menghadap ibu yang sedari tadi, bahkan sedari kemarin aku lihat selalu seperti yang sedang kebingungan, bersama ayahku juga. Mereka berdua tiba tiba sikapnya jadi aneh. Seperti yang sedang pada kebingungan. Menyembunyikan sesuatu dariku, tapi apa? Entahlah aku pun tak tahu.
Dan kali ini, mungkin ibu akan mengungkapkan kebingungan kebingungannya itu semuanya padaku, entahlah. Karna kulihat ibu nampak serius ingin berbicara padaku sekarang.
"Kenapa bu? Ada apa?" Aku yang sedang mempersiapkan pernak pernik perhiasan pernikahan buat besok, menghampiri ibu.
"Begini nak, kita harus mencari wali nikah. Untuk menikahkanmu besok." Suara ibu, ragu.
"Wali nikah bu? Lah, kan ayah masih hidup bu? Kenapa pake wali nikah? Aneh." Jawabku heran.
"Emmm.... be be be begini nak..... ibu...."
"30 tahun yang lalu, kita menemukanmu diteras rumah nak. Seseorang telah membuangmu. Kau sangat ketakutan, kelaparan dan kedinginan di dalam dus diteras rumah kami. Dan sejak saat itu, kami lah yang menjadi orangtuamu nak. Tapi ayah dan ibu sangat mencintaimu, meski kau bukan anak kandung kami." Ayah melanjutkan perkataan ibu yang terbata bata. Ayah lebih sanggup mengatakannya dari ibu. Ibuku hanya menangis saja disebelah ayah.
Deggg....
Seketika aku syok, lututku berasa tak bertulang, badanku lemas semuanya serasa mau tumbang. Seketika aku langsung teringat Angel ku. Pantas saja, aku sangat begitu mencintai Angel malangku itu. Karna ternyata aku pun sama dengan Angel ku. Kita sama. Aku tak menyebut diriku bidadari, seperti selama ini aku menyebutnya bidadari, tapi aku juga adalah sama seperti Angel, sosok bidadari yang tak diharapkan. Aku pun, ternyata aku adalah seorang Putri yang tak diharapkan orangtuanya. Ya, aku Putri, seorang Putri yang tidak diharapkan.
Tapi tidak, aku memang bersedih, sangat sedih. Tapi bukan karna aku adalah siapa di masalaluku. Yang aku sedihkan adalah mengetahui kebanaran ini. Kebenaran bahwa aku bukanlah anak kandung ibu dan ayah ku yang teramat ku cintai. Aku marah, ya, marah pada takdirku. Karna aku sangat mencintai orangtuaku. Dan aku sama sskali tidak ingin menerima kebenaran ini sebenarnya.
Tidak, aku adalah anak ayah dan ibuku. Bukan anak orang lain. Tidak, aku benar benar tidak peduli aku aslinya anak siapa. Karna bagiku adalah ayah ibu ku lah orangtuaku. Tiada yang lain.
**
Oh Angel ku. Aku jadi makin cinta sama kamu nak. Aku ibumu, aku adalah ibumu. Sama seperti orangtuaku, mereka juga adalah orangtuaku. Aku tidak pedulikan yang lain.
Aku memeluk Angel, berkali kali menciuminya. Begitu malangnya takdir kita nak. Tapi tidak, kita tidak kekurangan kasih sayang, meski kita tidak diharapkan orangtua kandung kita. Tapi kita juga masih sangat begitu diharapkan oleh sosok lain yang jauh lebih mulia dari orangtua kandung kita. Kita tidak kehilangan masa kecil bahagia kita. Kita sangat bahagia. Mereka mengabdikan seluruh hidupnya untuk kita. Tak apa, itulah orangtua kita yang sesungguhnya.
Bukan orangtua biologis yang telah melahirkan kita kedunia. Tapi mereka yang memberikan kita hidup didunia. Memang, kita pun tetap tak boleh membenci orangtua kita yang telah melahirkan kita. Kita tetap doakan yang terbaik buat mereka. Karna itulah takdir kita. Mau tidak mau, terima tidak terima. Percayalah semua itu hanyalah permainan takdir.
Jangan berkecil hati, putriku. Kita tidak kehilangan apa apa didunia ini. Justru sebaliknya, kita mendapatkan yang terbaik di dunia ini. Kita mendapatkan cinta kasih sayang yang luar biasa. Meski bukan dari orangtua asli kita. Tapi apa bedanya. Jika yang asli adalah telah melahirkan kita kedunia, maka yang ini pun, kau telah terlahir kembali dari mereka yang memberimu segalanya didunia.
Karna syareatnya kalau tidak ada mereka, kita juga akan mati. Mati karna kelaparan dan kedinginan. Tapi lihatlah kuasa Allah. Dia menggerakan orangtua kedua kita untuk melahirkan kita kembali.
Dan inilah kisah hidup kami. Putri, bidadari yang tak diharapkan. Kami bergelimangan cinta dan kasih sayang.
***
"Alhamdulillah, selamat ya Put, akhirnya kau menikah juga. Dan Angel, memiliki ayah sekarang. Ganteng, gagah lagi."
Ujar salah seorang sahabatku yang ku undang di pesta pernikahanku bersama Danie, ayah biologisnya Angel. Meski pada akhirnya nanti Angel dewasa dan menikah. Dia tetap tidak sah untuk menikahkan Angel, karna akibat hubungan tidak sah nya dulu dengan Lia. Dan, Danie tetap aku sebut sebagai ayah tiri nya Angel yang tak bisa menjadi wali saat Angel nanti menikah.
Sementara aku, aku tetap menjadi ibu aslinya. Karna aku tak memiliki hak untuk menjadi wali anakku. Maka aku takan pernah juga menjadi ibu "tiri" atau ibu "angkat" Angel. Angel tetap menjadi anak ibu Putri dan anak tiri ayah "Danie." Jadi ketika Angel dewasa nanti pun, dia tidak akan terlalu merasakan sakit hati sepertiku saat ini ketika dia nikahnya dengan wali hakim, karna Danie tidak berhak. Ayah tiri memang tidak punya hak, bukan?. Jangan sakit hati, karna ini adalah resiko yang harus ditanggung seumur hidup, akibat hubungan tidak sah. Itulah alasannya agama selalu mengharamkan zina. Efeknya tidak sehari dua hari, setahun dua tahun. Tapi "seumur hidup".
SEKIAN, WASALAM. Semoga mengibur dan bermanfaat :) salam,
Putri Kelana, Sukabumi Maret 2018.
NOTE
Terimakasih kepada teman-taman yang telah mengirimkan naskahnya. Bagi teman lain yang berkenan mengirimkan naskah demi melengkapi blog kita ini dapat dikirimkan melalui:
email satukara.com@gmail.com
FB @khairulfikri.co,
WA. 085762407942
mantab gan artikelnya. visit balik ya gan https://komputerdynamic.blogspot.com/
ReplyDelete