Aku benci harus berpura-pura baik-baik saja
MAPLE
Masih nampak jelas kokohnya dahan itu di mataku, juga anggunnya dedaunan yang menyimpan rindu.
Kali ini hujan mencumbunya di tahun berbeda, dan setiap tetes tentangmu masih basah terasa.
Hijau, begitu sejuk dan memukau. Sebelum akhirnya ambruk serupa kisah kita yang maruk.
Seperti biasa, jemari angin membuatnya menari kian ingin, berlenggok ke sana ke mari tak ubah dua sejoli.
Namun, musim gugur menyapa. Dedaunan itu jatuh tak bersua.
Aku bisa apa? Selain membiarkan Tuhan menuntaskan tugasnya, tak terkecuali tentang kita.
Dari atas tanah yang kerontang, kupungut daunnya tanpa pikir panjang. Pada wajah itu banyak sekali guratan rindu, pun jejak pilu.
Aku serasa bercermin, melihat hati yang lukanya semakin. Tidak kunjung sembuh, melainkan kerap kambuh.
Sebegitu besarkah cintaku padamu? Hingga sadar pun aku tak mampu.
Jika boleh, perkenankan bahagia yang kuperoleh. Hentikan semua kegaduhan pada lerung asa, sebab mati pun aku tak kuasa.
Kabari aku secepatnya, jika ingin pergi, pergilah selamanya. Dan jangan katakan jika semua masih sama.
Aku benci harus berpura-pura baik-baik saja.
Bivisa
NOTE
Terimakasih kepada teman-taman yang telah mengirimkan naskahnya. Bagi teman lain yang berkenan mengirimkan naskah demi melengkapi blog kita ini dapat dikirimkan melalui:
email satukara.com@gmail.com
FB @khairulfikri.co,
WA. 085762407942
0 Response to "Aku benci harus berpura-pura baik-baik saja"
Post a Comment