Sajak Senja: Tangis dan Puisi
Aku terlalu rapuh
aku jatuh dan bangkit sendiri
beriringi dengan tangis yang membanjiri
Aku harus kuat
menahan beban yang semakin berat
melawan sakit yang ingin mendekat
Aku harus berani
hadapi cobaan yang terus menghampiri
berjalan atas duri yang menyakiti
Aku baik baik saja
tersenyum menutupi luka
tertawa tanpa sisa airmata
@mwdhmwr 16 oktober 2020
---
aku jatuh dan bangkit sendiri
beriringi dengan tangis yang membanjiri
Aku harus kuat
menahan beban yang semakin berat
melawan sakit yang ingin mendekat
Aku harus berani
hadapi cobaan yang terus menghampiri
berjalan atas duri yang menyakiti
Aku baik baik saja
tersenyum menutupi luka
tertawa tanpa sisa airmata
@mwdhmwr 16 oktober 2020
---
Bahagiamu Dukaku
Pergilah. jika memang itu semua membuatmu bahagia, kusadari aku tiada berpunya. Bahkan harta satu-satunya ia lah cinta sudah kuberikan semua padamu.
Tetaplah kau berjalan ke depan dengan dia yang telah menjadi pilihan. Jangan pernah sekali pun kau menoleh ke belakang, karena ada aku yang tengah meamini luka sendiri demi bahagiamu.
Terima kasih untuk hari kemarin hadirmu bagai mentari di pagi hari, menerangi hati yang telah lama hilang arti, meski pada akhirnya kau berikan gerimis yang seakan mengemis tangis.
Tersenyumlah kasih. Aku ikhlas, biar di sini aku memunguti kembali serpihan mimpi yang hancur dihempas badai prahara. Mengenangmu sampai aku lupa jika tengah terluka.
Purwakarta, 22 Oktober 2020
Pocong
---
Buliran permata menghiasi paras wajah ini tatkala ciptaan-Mu menyerukan jerit tangis pertamanya pada semesta. Haru, pilu, terenyuh. Aku hanya mampu menggenggam mungilnya jemari. Mengagumi, betapa sempurna yang Engkau ciptakan.
Tuhan...
Ijinkan hamba-Mu yang nista ini mengeluh dan meratap
Tak bisakah Engkau memberiku sebuah kepercayaan atas titipan-Mu? Kosong, hampa, semua tak ada arti tanpa itu.
Tuhan...
Aku tak pernah mendikte-Mu
Karena Engkau lebih tahu apa yang terbaik di setiap doa yang kulangitkan.
- Kerry Dee
---
Nestapa
Di sini kita pernah menanggalkan rasa, tangis dan tawa. Lalu seiring waktu yang bergulir kau tinggalkan jejak nestapa yang tak bisa kurebut dari kelam.
Kau biarkan luka semakin temaram di antara malam. Padahal dulu kau bilang, "wanita butuh harapan." tapi setelah aku bertandang dengan halal kau menikung di saat kusuma ingin menuntaskan gulana.
Kini aku sendiri di gigil rindu tanpa jemu mereguk pilu.
Brebes.18.9.2020
Ruang Hampa, Udin Fatinistic
---
Tangis Permohonan
Aku terduduk diatas sejadah. Hanya mampu terdiam dengan pikiran melayang entah kemana. Tatapanku kosong tak tahu apa yang ingin disampaikan kepada Sang Pemilik Jiwa.
Tak lama, Tetes demi tetes air mata berjatuhan melalui aksaku. Makin lama makin deras bersamaan dengan isakkan pilu.
Saat itu kudengar suara merdu bunda dan ayah sedang berbincang-bincang diluar. Tak bisa kutahan tangisan kala bayangan penyiksaan dineraka terbayangkan. Makin lama makin menyakitkan. Aku memohon kepada Sang Pencipta. Memohon ampunan atas segala kekhilafan. Menangis tanpa isakkan. Memeluk diri hingga lelah dan tertidur diatas sejadah.
Bayangan itu begitu nyata. Bayangan balasan dineraka. Yang kutakutkan adalah ayah bunda menapakinya.
Pergilah. jika memang itu semua membuatmu bahagia, kusadari aku tiada berpunya. Bahkan harta satu-satunya ia lah cinta sudah kuberikan semua padamu.
Tetaplah kau berjalan ke depan dengan dia yang telah menjadi pilihan. Jangan pernah sekali pun kau menoleh ke belakang, karena ada aku yang tengah meamini luka sendiri demi bahagiamu.
Terima kasih untuk hari kemarin hadirmu bagai mentari di pagi hari, menerangi hati yang telah lama hilang arti, meski pada akhirnya kau berikan gerimis yang seakan mengemis tangis.
Tersenyumlah kasih. Aku ikhlas, biar di sini aku memunguti kembali serpihan mimpi yang hancur dihempas badai prahara. Mengenangmu sampai aku lupa jika tengah terluka.
Purwakarta, 22 Oktober 2020
Pocong
---
Buliran permata menghiasi paras wajah ini tatkala ciptaan-Mu menyerukan jerit tangis pertamanya pada semesta. Haru, pilu, terenyuh. Aku hanya mampu menggenggam mungilnya jemari. Mengagumi, betapa sempurna yang Engkau ciptakan.
Tuhan...
Ijinkan hamba-Mu yang nista ini mengeluh dan meratap
Tak bisakah Engkau memberiku sebuah kepercayaan atas titipan-Mu? Kosong, hampa, semua tak ada arti tanpa itu.
Tuhan...
Aku tak pernah mendikte-Mu
Karena Engkau lebih tahu apa yang terbaik di setiap doa yang kulangitkan.
- Kerry Dee
---
Nestapa
Di sini kita pernah menanggalkan rasa, tangis dan tawa. Lalu seiring waktu yang bergulir kau tinggalkan jejak nestapa yang tak bisa kurebut dari kelam.
Kau biarkan luka semakin temaram di antara malam. Padahal dulu kau bilang, "wanita butuh harapan." tapi setelah aku bertandang dengan halal kau menikung di saat kusuma ingin menuntaskan gulana.
Kini aku sendiri di gigil rindu tanpa jemu mereguk pilu.
Brebes.18.9.2020
Ruang Hampa, Udin Fatinistic
---
Tangis Permohonan
Aku terduduk diatas sejadah. Hanya mampu terdiam dengan pikiran melayang entah kemana. Tatapanku kosong tak tahu apa yang ingin disampaikan kepada Sang Pemilik Jiwa.
Tak lama, Tetes demi tetes air mata berjatuhan melalui aksaku. Makin lama makin deras bersamaan dengan isakkan pilu.
Saat itu kudengar suara merdu bunda dan ayah sedang berbincang-bincang diluar. Tak bisa kutahan tangisan kala bayangan penyiksaan dineraka terbayangkan. Makin lama makin menyakitkan. Aku memohon kepada Sang Pencipta. Memohon ampunan atas segala kekhilafan. Menangis tanpa isakkan. Memeluk diri hingga lelah dan tertidur diatas sejadah.
Bayangan itu begitu nyata. Bayangan balasan dineraka. Yang kutakutkan adalah ayah bunda menapakinya.
Tuhan, jika bisa biar aku saja.
Biar aku saja yang menggantikan balasan mereka. Biar aku saja yang menerimanya. Tak kuat kutahan rasa sesak didada. Aku ingin kita semua bersama diSyurga. Tiada henti kurapalkan do'a, semoga ayah bunda bahagia hingga akhir usia:")
- Shakylla Adiba Aprillia
---
Rintik tetesan tangis hitam pekat awan
Terbayang wajah yang menawan
Hati dan pikiran saling melawan
Inginku berfantasi pada hal lain, namun aku tertawan
Sikap dingin yang kau miliki
Membuat ku hangat kala menatap
Membuatku tak lagi sendiri
Walau ku hanya bisa mengagumimu dalam gelap
Kemarilah kita ikatkan jemari
Peluk hangat erat jangan kesana kemari
Senyuman mu lebih indah dari sang mentari
Dengan mu aku berhenti tuk mencari
Cianjur, 12 Mei 2020
- Harits Em Es Firdaus
---
Lembaran Kecil
"Semua yang manis kini hanya tinggal tangis, usai dengan derai yang kian terkikis. Sebab waktu telah melumat habis."
Hai,
Sudahkah kamu lupa dengan aku?
Aku orang yang dulu sering kali mengoceh dalam perdebatan semu
Terkadang memaksa atau bahkan mengemis hanya untuk sekadar perhatian kecil dari dirimu
Menyebalkan memang harus bertahan dengan balas kasihan
Sekarang kamu sudah nyaman, bukan?
Tak lagi terganggu apalagi membuang banyak waktu
Sudah cukup dan terima kasih pernah menerimaku
Aku tahu dan undur diri, ternyata bahagiamu memang bukan aku
Selamat untuk kamu
Dan doa kecilku
Semoga aku diperlakukan dengan baik oleh orang yang benar-benar mencintai diriku dan keadaan yang membebaniku
Pamit,
Baik-baik selalu
Pekalongan, 14 Oktober 2020
- Rofatun Fadilah
---
Lalu, selepas banjir tangis dan duka itu, kenangannya masih ada?
Ditinggalkan masa lalu
Disadarkan kenyataan
Dikuatkan oleh sisa logika
Pagi ini kau masih bisa membuka mata
Bersedih adalah lumrah
Tapi jangan mengemis bagai sampah
Hingga akhirnya bersumpah serapah
Kita pun telah menjadi masa lalu
Diantara pengorbanan yang menjadi benalu
Yang membuat kita terpaku
Nda, ayo bangun
Luka akan terlupa
Hidup terus berlanjut
Biar air mata surut
Bahagia kan kita sambut
Nae, 19/10/2020. Pemalang, Naelul Ator
---
- S E M U -
Pagi berganti malam.
Tawa berganti tangis.
Suka berganti duka.
Detik demi detik terlewati dengan percuma.
Sudah tak ada artinya bagi raga yang tak lagi memiliki gairah.
Hidupnya hancur tatkala kalimat itu terucap.
Kalimat yang mematahkan hatinya dalam seperkian detik.
Kalimat yang menjatuhkannya kedalam jurang paling dalam.
Hatinya retak.
Ia berdarah-darah akibat luka yang ditorehkan sang kekasih hati.
Matanya bengkak kala air mata jatuh bercucuran tanpa henti.
Bibirnya terkatup rapat, ia hanya mampu terdiam membisu.
Hatinya sakit.
Sang kekasih hati malah mengkhianati.
Tanpa hati ia berikan surat undangan.
Ia katakan akan meminang wanita pujaannya.
Remuk sudah hatinya.
Hancur sudah harapannya.
Ia terus menerus menyalahkan takdir.
Air matanya mengalir tanpa henti.
Tubuhnya lelah, batinnya tersiksa.
Sang kekasih hati akan bersanding dipelaminan dan merusak segala mimpi yang telah dibuat dengan sedemikian rupa.
Nyatanya harapannya hanyalah harapan semu.
Sang kekasih hati sungguh tak punya hati.
Sumbawa, 23/12/19, Shakylla Adiba Aprillia
---
Dalam kecewa dan tangis aku membuat keputusan untuk sejenak lepas dari semua yang mengikatku.
Mengikat kita.
Kamu dan aku.
Walaupun aku tahu, keputusan yang diambil saat hati sedang porak poranda itu belum tentu benar.
Aku hanya baru menyadari, betapa aku menyiksa diri sendiri selama ini.
Berulang kali merasa sakit, namun tak pernah lelah berdiri.
Tak habis kesabaranku untuk mau mencoba lagi, lagi, dan lagi.
Aku menulis ini bukan berarti aku sedang membela diri atas semua yang terjadi.
Aku hanya ingin mengerti diri sendiri.
Betapa aku benci untuk mencintai.
- Yayan Tukan
---
Terkadang rindu ini menyiksa dan membuat tangis dalam sekejap
Rindu sesosok laki-laki yang selalu ada
Selalu memberi perhatian
Dan selalu menjaga dan melindungi
Sudah lama rasanya kita berpisah
Mungkin sudah beberapa tahun yang lalu
Tapi aku masih saja mengingat mu, dan mengharapkan mu
Berharap kau datang dengan dekap hangat mu
Dan membawaku jauh dari kedinginan ini
Kau tau? Aku selalu iri dengan kisah mereka
Kisah sesosok abang dengan adeknya
Aku hanya bisa meratapi dan mengikhlaskan kepergianmu
Tenang disana kedua abangku …
~Dari aku yang merindukan sosok hangat seorang abang.
- Zeline Zakheisa
Biar aku saja yang menggantikan balasan mereka. Biar aku saja yang menerimanya. Tak kuat kutahan rasa sesak didada. Aku ingin kita semua bersama diSyurga. Tiada henti kurapalkan do'a, semoga ayah bunda bahagia hingga akhir usia:")
- Shakylla Adiba Aprillia
---
Rintik tetesan tangis hitam pekat awan
Terbayang wajah yang menawan
Hati dan pikiran saling melawan
Inginku berfantasi pada hal lain, namun aku tertawan
Sikap dingin yang kau miliki
Membuat ku hangat kala menatap
Membuatku tak lagi sendiri
Walau ku hanya bisa mengagumimu dalam gelap
Kemarilah kita ikatkan jemari
Peluk hangat erat jangan kesana kemari
Senyuman mu lebih indah dari sang mentari
Dengan mu aku berhenti tuk mencari
Cianjur, 12 Mei 2020
- Harits Em Es Firdaus
---
Lembaran Kecil
"Semua yang manis kini hanya tinggal tangis, usai dengan derai yang kian terkikis. Sebab waktu telah melumat habis."
Hai,
Sudahkah kamu lupa dengan aku?
Aku orang yang dulu sering kali mengoceh dalam perdebatan semu
Terkadang memaksa atau bahkan mengemis hanya untuk sekadar perhatian kecil dari dirimu
Menyebalkan memang harus bertahan dengan balas kasihan
Sekarang kamu sudah nyaman, bukan?
Tak lagi terganggu apalagi membuang banyak waktu
Sudah cukup dan terima kasih pernah menerimaku
Aku tahu dan undur diri, ternyata bahagiamu memang bukan aku
Selamat untuk kamu
Dan doa kecilku
Semoga aku diperlakukan dengan baik oleh orang yang benar-benar mencintai diriku dan keadaan yang membebaniku
Pamit,
Baik-baik selalu
Pekalongan, 14 Oktober 2020
- Rofatun Fadilah
---
Lalu, selepas banjir tangis dan duka itu, kenangannya masih ada?
Ditinggalkan masa lalu
Disadarkan kenyataan
Dikuatkan oleh sisa logika
Pagi ini kau masih bisa membuka mata
Bersedih adalah lumrah
Tapi jangan mengemis bagai sampah
Hingga akhirnya bersumpah serapah
Kita pun telah menjadi masa lalu
Diantara pengorbanan yang menjadi benalu
Yang membuat kita terpaku
Nda, ayo bangun
Luka akan terlupa
Hidup terus berlanjut
Biar air mata surut
Bahagia kan kita sambut
Nae, 19/10/2020. Pemalang, Naelul Ator
---
- S E M U -
Pagi berganti malam.
Tawa berganti tangis.
Suka berganti duka.
Detik demi detik terlewati dengan percuma.
Sudah tak ada artinya bagi raga yang tak lagi memiliki gairah.
Hidupnya hancur tatkala kalimat itu terucap.
Kalimat yang mematahkan hatinya dalam seperkian detik.
Kalimat yang menjatuhkannya kedalam jurang paling dalam.
Hatinya retak.
Ia berdarah-darah akibat luka yang ditorehkan sang kekasih hati.
Matanya bengkak kala air mata jatuh bercucuran tanpa henti.
Bibirnya terkatup rapat, ia hanya mampu terdiam membisu.
Hatinya sakit.
Sang kekasih hati malah mengkhianati.
Tanpa hati ia berikan surat undangan.
Ia katakan akan meminang wanita pujaannya.
Remuk sudah hatinya.
Hancur sudah harapannya.
Ia terus menerus menyalahkan takdir.
Air matanya mengalir tanpa henti.
Tubuhnya lelah, batinnya tersiksa.
Sang kekasih hati akan bersanding dipelaminan dan merusak segala mimpi yang telah dibuat dengan sedemikian rupa.
Nyatanya harapannya hanyalah harapan semu.
Sang kekasih hati sungguh tak punya hati.
Sumbawa, 23/12/19, Shakylla Adiba Aprillia
---
Dalam kecewa dan tangis aku membuat keputusan untuk sejenak lepas dari semua yang mengikatku.
Mengikat kita.
Kamu dan aku.
Walaupun aku tahu, keputusan yang diambil saat hati sedang porak poranda itu belum tentu benar.
Aku hanya baru menyadari, betapa aku menyiksa diri sendiri selama ini.
Berulang kali merasa sakit, namun tak pernah lelah berdiri.
Tak habis kesabaranku untuk mau mencoba lagi, lagi, dan lagi.
Aku menulis ini bukan berarti aku sedang membela diri atas semua yang terjadi.
Aku hanya ingin mengerti diri sendiri.
Betapa aku benci untuk mencintai.
- Yayan Tukan
---
Terkadang rindu ini menyiksa dan membuat tangis dalam sekejap
Rindu sesosok laki-laki yang selalu ada
Selalu memberi perhatian
Dan selalu menjaga dan melindungi
Sudah lama rasanya kita berpisah
Mungkin sudah beberapa tahun yang lalu
Tapi aku masih saja mengingat mu, dan mengharapkan mu
Berharap kau datang dengan dekap hangat mu
Dan membawaku jauh dari kedinginan ini
Kau tau? Aku selalu iri dengan kisah mereka
Kisah sesosok abang dengan adeknya
Aku hanya bisa meratapi dan mengikhlaskan kepergianmu
Tenang disana kedua abangku …
~Dari aku yang merindukan sosok hangat seorang abang.
- Zeline Zakheisa
Puisi yang dalam banget ...gila ...mantap...saya banyak belajar dari sini...terima kasih
ReplyDelete(Wisnu Murti,http://tulisandenpasar.blogspot.com)