SALAH - Cerpen Horor Malam Jum’at

pict by pxhere.com

***
[Heran. Gak di sini, di sana, dimana-mana selalu digangguin. Mending kalau digangguin sama manusia. Lah ini digangguin sama makhluk yang tak berwujud.]

Tulisku pada status di BBM. Tidak peduli dengan tanggapan teman-teman nantinya. Aku hanya lelah, butuh sharing, butuh peluapan emosi. Dan tak lama kemudian ada pesan BBM masuk. Dan itu dari Mba Eny teman yang usianya jauh diatasku.

[Kamu bisa lihat begituan juga, Vi? Sama aku juga] tulisnya.

Wah aku langsung merasa punya teman. Tidak sendirian. Dan sepertinya aku bisa menceritakan semua yang kurasakan padanya.

[Serius, Mba? Suka digangguin juga?] balasku.

Dan akhirnya aku bisa menceritakan semuanya. Tanpa khawatir dia akan takut. Mba eny pun membagikan pengalamannya padaku. Dia bahkan bukan hanya bisa merasakan kehadiran makhluk lain, namun juga mampu melihat bahkan berbicara langsung. Dan itu keren.

[Sudahlah, Vi, kamu terima saja. Itu adalah kelebihan yang tak dimiliki semua orang.]

Itu kata Mba Eny saat aku menanyakan bagaimana caranya untuk menghilangkan semua ini. Sejak kecil aku sudah merasa aneh sendiri dibanding saudara-saudara yang lain. Sangat sering mimpi dihantui makhluk-makhluk tak jelas wujudnya. Dan semakin lama, semakin dewasa, justru semakin menjadi. Bukan hanya dalam mimpi namun aku bisa merasakan kehadiran sosok makhluk lain disuatu tempat. Dan itu benar-benar membuat tidak nyaman.

Dan apalah daya, ketika ini semua justru dianggap suatu kelebihan. Bagiku ini adalah keanehan. Menyebalkan. Dan aku sama sekali tidak menginginkan.

Dan gara-gara status tadi, banyak teman BBM yang menanyakan apakah diriku seorang indigo? Aku hanya tersenyum miring, lalu membalas semua pesan mereka. [Haha enggaklah. Cuma lagi iseng aja.]

Rasanya tak perlulah mereka semua tahu tentang keanehan yang kumiliki. Meski sebagian orang menganggap ini adalah kelebihan, namun tak jarang banyak dari mereka yang tidak mempercayai. Cukup punya satu atau beberapa teman yang bisa kuajak sharing.

***

Malam ini aku menginap di kos-kosan teman. Kita satu kos, cuma beda kamar. Entahlah, aku hanya ingin tidur ada yang menemani malam ini. Dia juga sekamar sendiri, begitupun denganku. Kenapa tidak memilih satu kamar saja? Ya karena rasanya meski kita berteman dekat, aku rasa untuk urusan sekamar atau sekos memang lebih enak sendiri. Kita bisa bebas melakukan apa saja dengan kamar kita sendiri.

“Aku tidur dulu ya, ngantuk,” kata Aisha temanku.

“Ya udah tidur aja,” jawabku sambil memainkan ponsel, asyik dengan berbalas WA.

Jam sudah menunjukkan pukul 23.30, akupun tak tahan lagi. Akhirnya kutaruh ponsel di samping tempat tidur lalu memejamkan mata.

Tak lama kemudian, dada rasanya berdenyut sakit. Sakit karena sebuah rasa yang biasanya aku sedang merasakan kehadiran sosok makhluk lain. Kehadirannya terasa semakin dekat, dada semakin sakit, dan semakin sakit.  Napas semakin memburu saat kulihat dipojokan kamar ada sosok putih membelakangi. Yang membuatku semakin tak karuan rasa adalah seluruh punggungnya merah darah seperti bolong.

Seketika badan menjadi kaku. Napas semakin memburu, dan dada semakin sakit dan sesak. Menggerakkan tanganpun tak bisa, mencoba membuka mata juga tak bisa. Aku berteriak sekencang-kencangnya meminta tolong, namun percuma sepertinya tidak ada satupun orang yang mendengar. Namun aku masih mendengar teman kos sebelah sedang telponan, ada yang main gitar juga. Masih mendengar jelas, namun aku kaku, badan sama sekali tidak bisa digerakkan.

Sekuat tenaga mencoba menggerakkan tubuh. Dan akhirnya jari telunjuk mampu kugerakkan. Satu gerakan lalu kemudian sekuat tenaga aku menggerakkan seluruh tubuh. Matapun terbuka juga akhirnya, tubuh juga bisa digerakkan lagi. Aku menghembuskan napas panjang, seluruh tubuh terasa sakit, dada berdetak cepat, keringat dinginpun keluar.

Aku meraih ponsel dan melirik jam, 23.45. Jadi baru 15 menit lalu. Rasanya tidak mungkin kalau tadi aku sudah terlelap dan mimpi. Yang pasti suara teman kos sebelah masih ramai. Jadi tidak mungkin kalau aku sedang bermimpi. Sedangkan Aisha masih terlelap. Jadi tadi aku teriak memang tidak ada yang mendengar.

Akkhirnya akupun berdiri, dan melangkah gontai keluar kamar Aisha, kembali ke kamar sendiri. Kamarku dan Aisha letaknya sebelahan. Saat keluar kamar, aku terkejut karena melihat Khairul juga keluar dari kamarku. Khairul Fikri adalah teman dekatku. Ya, hanya sebatas teman. Teman segalanya. Aku tahu semua tentangnya, diapun tahu semuanya tentang diriku.

“Rul?” panggilku.

Khairul terlonjak kaget melihatku. Matanya membulat sempurna. “Vivi?!”

Aku melangkah mendekatinya. “Kamu ngapain dari kamarku?”

Khairul mengerjabkan mata berkali-kali. Mulutnya sedikit terbuka. Dan tiba-tiba dia mencubit pipiku sangat kencang. Aku berteriak sambil menarik paksa tangannya menjauh dari pipiku.

“Apaan sih?! Sakit tauuukkk!!! Aku bersungut-sungut sambil mengelus pipi yang sakit.

“Jadi ini beneran, elo, Vi?!” Khairul memegang erat kedua bahuku dan mengguncangnya kuat.

Ku tepis kedua tanganya kasar. “Apaan sih, Rul. Aneh deh. Ngelindur ya? Lagian kamu ngapain sih malam-malam begini malah ke sini?!”

“A-k-u … Aku baru saja selesai makan nasi goreng berdua sama kamu.”

“HAH?!” Kini giliranku yang terkejut.

****

End...
Popy Novita

0 Response to "SALAH - Cerpen Horor Malam Jum’at"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel