Pengganggu
Malam ini, kurebahkan tubuh di atas ranjang kamar Ibuku, tidur bersama Ibu juga dua adikku yang kecil. Badan terasa sakit semua, setelah berjam-jam melakukan perjalanan dari Jakarta ke kampung halaman.
Tidak lama, kurasakan hawa panas di kamar ini. Badan terasa kaku, dada terasa sakit, detaknya pun jauh lebih cepat, kemudian kurasakan ada bayangan hitam besar yang semakin lama semakin mendekat. Segera kuterbangun dengan napas terengah.
Aku berdecak dengan mata masih terpejam karena kantuk yang begitu kuat. Dengan perasaan kesal, aku bangun dan keluar kamar membawa selimut dan bantal. Lalu masuk ke kamar adikku yang berusia 13 tahun. Asal merebahkan tubuh di sampingnya.
Tak lama lagi, hawa panas kembali menyelimuti. Dada kembali terasa sakit. Entah bagaimana caraku menjelaskan, kurasakan ada sesuatu di samping badan. Dengan mata yang sangat berat, kucoba membuka mata sedikit demi melihat apa sebenarnya yang ada di sampingku.
“Ya Allah ….” Aku bergumam dalam hati sambil memejamkan mata lagi. Sesosok anak kecil dengan rambut panjang tengah duduk membelakangi.
Dadaku berdetak lebih cepat. Rasanya pun semakin sesak. “Pergilah … kumohon pergilah …,” gumamku dalam hati.
Setelah semua terasa tenang, aku membuka mata kembali. Menghela napas lega saat makhluk yang menyerupai anak kecil tersebut telah pergi.
Aku memilih bangun, keluar kamar dengan menenteng bantal dan selimut. Kuedarkan pandangan di ruang tengah. Gelap. Hanya ada sedikit cahaya dari kamar ibuku yang menerangi.
Di ruang tengah, ada ayah yang tidur di atas kasur lantai. Akhirnya aku memilih tidur bersama ayah.
Lagi dan lagi, kurasakan hawa panas itu lagi. Entah makhluk apa lagi. Kubukan mata, dan kulihat bayangan wanita memakai kain putih dengan rambut panjang menjuntai dengan wajah rata.
Napasku terengah karena sesak di dada juga detak jantung yang mengencang. Dengan wajah kesal aku berdiri dan kembali lagi ke kamar ibuku.
Lagi, lagi, dan lagi. Di kamar Ibu aku kembali merasakan hadirnya sesosok bayangan hitam besar menghampiri. Segera aku bangun dengan mata masih sedikit terpejam karena kantuk yang begitu berat.
Kuacak-acak rambut dan kuraup wajah kasar. “Kalian itu ngapain sih gangguin aku? Aku tuh capek, baru pulang dari Jakarta. Perjalanan berjam-jam di dalam bis. Badan capek semua, mata ngantuk banget. Bisa gak kalau gak gangguin tidurku?! Awas aja kalian kalau gangguin aku lagi!”
Setelah puas mengomel dalam hati, kurebahkan kembali tubuh ini. Dan ….
End.
Popy Novita
0 Response to "Pengganggu"
Post a Comment