TAKDIR DAN CINTA (Surga yang terpilih)

Oleh Bintang Kejora

Suamiku adalah takdir pilihan Allah untukku.
Aku tidak pernah sedikitpun menyesali menikah atas pilihan Allah itu, meski awalnya aku tidak menyukainya karena dia bukan pacarku.

Aku hampir membenci takdirku ini. Karena mengapa suamiku harus orang lain dan bukan pacarku yang jadi jodohku.

Setiap hari aku harus menyesauaikan diriku dengannya.

Dan aku benci itu. Setiap pagi setelah aku membukakan mata dari tidur, aku harus melihat wajah suamiku yang tak pernah ingin ku jadikan suamiku.

Tapi aku harus tetap bersikap baik padanya, walau sebenarnya aku tidak pernah  ingin memberikan sikap manisku padanya.

"Selamat pagi Jora, istriku."

Mual. Dia memanggilku istriku. Eh tapi kan emang benar, aku istrinya, dia baru saja beberapa bulan ini mengijab kabulkan aku dihadapan para saksi dan penghulu. Semua saksi telah mengatakan sah untuk pernikahan kami.

"Udah bangun? Itu ya, makanannya udah aku siapkan di meja, aku pergi dulu."

"Sepagi ini perginya?"

"Iya. Lebih baik kepagian kan, daripada kesiangan? Yaudah, aku pergi dulu, Asalamualaikum."

Selalu aku seperti itu setiap hari. Aku mencoba mempersempit waktuku dengannya setiap hari.

Aku usahakan setiap harinya kita jarang bertemu. Hanya bertemu malam saja. Sebentar.

Aku yang kebetulan kerja dari pagi, hingga sore hari. Dan dia bekerja dari siang hingga malam hari pukul 11 malam. Membuat kami jarang sekali bertemu.

Selalu aku tidur lebih cepat dan bangun lebih awal, lalu kemudian berangkat setelah dia terbangun.

Selama satu tahun menikah, kami belum juga dikaruniai seorang anak.

Tentu saja, karna kami memang tidak pernah saling bersentuhan.

Namun setelah itu, ibuku melarangku untuk bekerja.

Awalnya aku berontak.

"Tapi Bu, pekerjaanku ini udah menjadi bagian dari hidupku."

Aku memberontak.

"Bukan pekerjaan, tapi rumah tanggamu sekarang yang menjadi bagian dari hidupmu. Sudah. Menurutlah. Tinggalkan pekerjaanmu atau kau akan kehilanganku."

Hadeuh.. Ibuku, selalu saja mengancamku dengan kehilangannya.

Tentu saja aku tidak bisa kehilangannya, dia ibuku, surgaku. Aku sedari kecil hanya hidup berdua dengan ibu, ayahku meninggalkan kami sejak sedari aku baru dilahirkan.

Aku pun menurut. Aku meninggalkan pekerjaanku. Dan tak berlangsung lama, akhirnya aku pun mengandung. Dan setelah sembilan bulan, lahirlah putra pertamaku, Rangga.

Setelah kelahiran Rangga, aku sudah lupa pada pacarku, dan sudah mulai mencintai suamiku. Terlebih melihat suamiku yang ternyata sangat baik, sangat berhati mulia.

Dia sabar menantiku setahun, tanpa henti dia mencintaiku, memperhatikanku, menuruti segala apa yang menjadi mauku, memperjuangkanku dan lain sebagainya.

Setiap hari, khususnya setelah kelahiran Rangga. Aku menjadi cinta, cinta dan semakin cinta pada suamiku.

Hingga aku takut sekarang buat kehilangan suamiku.

Bukan dia, tapi aku yang tergila-gila sekarang.

Aku beruntung mendapatkan suami seperti suamiku. Ayah dari putraku yang kini tengah duduk di bangku kelas 2 Sekolah Dasar.

Aku tau, dicintai itu memang lebih indah dari mencintai. Dan aku beruntung dicintai suamiku yang kini kucintai.

Perkara pacarku, aku mendengar kabar bahwa sekarang dia telah di penjara karena kasus kekerasan yang di alaminya.

Dia dikabarkan telah membunuh seseorang.

Dasar pria emosian, dari dulu sifatnya masih sama saja, emosian, gak pernah berubah.

Dia urakan, kehidupannya banyak bergaul dengan orang-orang jalanan, penuh kekerasan.

Tapi dulu, mataku hanya tertuju saja padanya. Karena aku pikir, dia pria yang sangat hebat, kuat, mandiri, dia berdiri sendiri, tanpa campur tangan orangtuanya yang mengabaikannya.

Tapi ternyata kini aku sadar. Dia ternyata bukan hanya jauh dari orangtua, tapi juga jauh dari agama.

Tidak pernah kontrol emosi, dan selalu menyimpan dendam. Dia juga sempat membalas dendam pada ibuku yang telah menikahkan aku dengan suamiku yang penuh dengan kelemah lembutan dan rajin ibadah ini.

Dia marah besar, dan hampir membunuh ibuku. Untung saja Allah masih selalu melindungi ibuku, aku dan seluruh keluargaku.

Pesannya adalah cintailah ibumu selalu maka surga tidak akan hilang darimu. Karena surga itu berada dibawah telapak kaki ibu. Jika ibumu tidak kau patuhi, jika ibumu tak meridhoimu, maka surga pun akan menjauh darimu. Seumur hidupmu kau takkan pernah mendapatkan keberkahan. Lalu surga menghilang.

NOTE
Terimakasih kepada teman-taman yang telah mengirimkan naskahnya. Bagi teman lain yang berkenan mengirimkan naskah demi melengkapi blog kita ini dapat dikirimkan melalui:
email satukara.com@gmail.com
FB @khairulfikri.co,
WA. 085762407942

0 Response to "TAKDIR DAN CINTA (Surga yang terpilih)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel