Semua berbeda, sejak tak ada lagi kita

BERBEDA

Di sana, di bangku itu kita sering berbagi cerita. Tentang bunga, manusia, juga benda berpijar di atas sana.

Kadang, bibirku sengaja mengerucut agar dalam tawa kamu mengajakku larut.

Menjelajah waktu yang detiknya tak pernah panik, berbanding terbalik ketika kabarmu tak baik.

Kamu tahu? Tak acuhku hanya pura-pura, menuntutmu untuk peka dan segera menyatakan cinta.

Namun, kamu salah mengartikan. Menganggap aku begitu sialan, dari milyaran kasih yang kamu berikan, hanya perih yang menjadi balasan.

Kamu mulai berpangku tangan, melepasku dalam pelukan. Bahkan mungkin di antara doa yang kamu aminkan.

Apa salah jika rasa ini kusembunyikan?

Bukan untuk menyakiti, tapi memantapkan hati.

Apa tidak benar jika sayang ini kusamarkan?

Bukan untuk melukai, tapi memperkuat diri.

Aku tak ingin ambruk seperti kemarin, juga tak berniat jahat serupa nikotin.

Hanya saja aku sudah lebih dulu kalah, sebelum semua buncah.

Kamu pergi, meninggalkan aku bersama puing-puing mimpi, menjatuhkan seluruh angan yang kurajut setiap hari.

Katamu, aku terlalu egois. Hanya menginginkan senyum manis, hingga yang tercipta adalah tangis.

Lalu aku bisa apa?
Membela diri pun belum tentu kamu mengerti.

Semua berbeda, sejak tak ada lagi kita.
Hanya penyesalan yang tersisa.
_
Bivisa

NOTE

Terimakasih kepada teman-taman yang telah mengirimkan naskahnya. Bagi teman lain yang berkenan mengirimkan naskah demi melengkapi blog kita ini dapat dikirimkan melalui: 

email satukara.com@gmail.com

FB @khairulfikri.co, 

WA. 085762407942

0 Response to "Semua berbeda, sejak tak ada lagi kita"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel