Lalu, ketika hatiku berantakan

Di sini hujan, dan ada yang kurindukan. Bukan sekadar kata, melainkan rasa yang ingin kucecap sampai tak tersisa.

Ibu bilang, jangan terlalu polos. Di luar sana banyak sekali orang jahat.

Jangan dibiasakan lupa, nanti bisa celaka.

Jangan ceroboh, itu yang paling ibu takutkan.

Jaga diri!

Tak ada yang berubah darinya, selalu manis dan tetap manis.

Kadang, aku juga berpikir jika aku terlalu bodoh,, terlalu mempercayai orang dan terlalu takut untuk mengatakan 'tidak'.

Entah seperti apa mereka menilai, aku tak peduli. Hanya perihal meminta akan kuberi selama ada.

Pernah sewaktu-waktu aku terpuruk dan nyaris ambruk, hati dan isi kepala berkecamuk. Bahkan untuk merangkai kata harus kupaksa.

Lalu, seseorang di sana terus memintaku menulis untuknya. Aku ingin menolak, namun jemariku tak juga bertindak.

Sampai aku merasa tak sangpup dan akun pun kututup.

Tapi, permintaan terakhirnya membuntutiku ke mana-mana. Aku sadar itu adalah janji yang harus ditepati.

Akhirnya, kutitipkan rangkaian kata itu pada adik yang lengan bajunya belum pernah kutarik.

Kusampaikan keluhku juga, sampai pada titik dia gemas. Katanya; Biar aku saja yang bilang, kamu tidak bisa membuatkan tulisan lagi untuknya.

Tetap jawabanku 'jangan'

Kamu, yang mungkin adalah orang yang kumaksud atau di luar itu. Percayalah, aku suka menulis dan membuatkan tulisan. Terlebih untuk orang yang kusuka, meski tanpa sebuah permintaan.

Satu yang kusesalkan, beberapa hati tak mau mengerti, jika menulis tak cukup hanya dengan materi, tapi juga hati.

Lalu, ketika hatiku berantakan. Pantaskah dipaksa menuntaskan?

Ya, aku sedang protes kali ini. Protes dengan ketidakbecusanku untuk menolak sebuah permintaan.

Bukan ingin dianggap baik, tapi aku tahu rasanya ditolak itu tidak enak. Ditambah, aku tidak yakin jika suatu hari tidak kubutuhkan sebuah bantuan.

Tapi, bisakah jangan memaksa?
Aku sudah lelah, jangan membuatku merasa dikejar-kejar rasa bersalah dan akhirnya ingin segera enyah.

Maaf, malam ini aku sedikit tidak waras.
_
Bivisa

NOTE
Terimakasih kepada teman-taman yang telah mengirimkan naskahnya. Bagi teman lain yang berkenan mengirimkan naskah demi melengkapi blog kita ini dapat dikirimkan melalui:
email satukara.com@gmail.com
FB @khairulfikri.co,
WA. 085762407942

0 Response to "Lalu, ketika hatiku berantakan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel