Curhat Yang Berujung Maut
Oleh Putri Kelana
"Kenapa sayang? Kamu disakitin suami kamu lagi?"
"Iya a, kali ini dia memukulku. Lihat sekujur tubuhku lebam. Sakit a."
"Kurang ajar suami kamu. Ini udah gak bisa dibiarin lagi. Kamu harus menuntut suami kamu yang gila itu, may"
"Enggak sayang, aku gak bisa melakukan itu."
"Kenapa sayang? Dia udah sangat keterlaluan, udah di luar batasan. Aku udah gak tahan lihat kamu diperlakukan seperti itu terus"
"Enggak sayang, udah gak apa-apa. Aku gak apa-apa kok sayang. Aku gak mungkin melakukan itu. Kamu harus ingat satu hal, aku menikah dengan dia itu karena aku hanya ingin melunasi hutang-hutang orangtuaku aja, gak lebih. Kamu juga tau, aku gak pernah mencintainya. Dan, biarlah ini menjadi deritaku."
"Iya tapi sampai kapan? Sampai kapan kamu harus menderita seperti ini sayang?"
"Sampai hutang-hutang orangtuaku lunas sayang"
Bayu tersungkur, badannya lemas, gak tega melihat Maya seperti ini. Disakiti terus kang Burhan, suaminya. Tapi dia juga gak berdaya, karena dia juga gak mungkin bisa melawan ayahnya sendiri. Ya, kang Burhan adalah suami Maya, ayahnya Bayu, teman curhat Maya. Dari semenjak Maya nikah dengan kang Burhan, Maya selalu curhat padanya. Berkeluh kesah tentang segala hal yang terjadi di rumah tangganya pada Bayu, anaknya kang Burhan.
Bayu sebenarnya gak pernah rela Maya dinikahi ayahnya. Tapi dia juga tidak berdaya, dia gak bisa menolong. Karena dia juga masih berada di tangan ayahnya itu. Sementara hutang orangtua Maya pada kang Burhan sudah sangat banyak. Itu hutang-hutang bekas menyekolahkan Maya dulu.
Namanya Maya, adalah isteri ke tiga kang Burhan, ayanhya Bayu. Kang Burhan adalah bos minyak dikampung Maya. Maya terpaksa menikahi kang Burhan, karena Maya harus membantu orangtuanya melunasi hutang-hutangnya pada Kang Burhan ini. Karena jika tidak, Maya dan keluarga akan di keluarkan dari rumah mereka.
"Neng.. maafin emak sama abah ya. Gara-gara emak sama abah, eneng jadi harus menikah dengan kang Burhan"
Ucap ibunya Maya kala itu.
"Iya tidak apa-apa mak. Neng ikhlas untuk keluarga kita. Emak doakan saja, neng kuat menghadapi cobaan ini ya mak."
Sebulan dua bulan, pernikahan Maya dengan Kang Burhan tidak apa-apa. Mereka baik-baik saja dan kang Burhan juga tidak pernah kasar. Tapi akhir-akhir ini, kang Burhan mengetahui kalau Maya sama Bayu suka chatingan. Biasa aja sekedar ngobrol-ngobrol, curhat dan sapa-sapaan biasa. Awalnya kang Burhan tidak marah, dan dia menganggap itu bagus. Karena Maya bisa akrab dengan anak-anaknya, termasuk Bayu, yang usianya tiga tahun lebih tua dari Maya. Tapi lama kelamaan, kang Burhan memcurigai kedekatan mereka dan dia melarang untuk Maya dan Bayu berkomunikasi lagi. Tapi, mereka tidak mengindahkan permintaannya itu, karena mereka udah terlanjur nyaman sebagai teman curhat. Maya juga gak punya siapapun di rumah ini untuk dijadikan teman ngobrol dan curhat, hanya Bayu saja yang selalu ada dan selalu mengertikannya, fikirnya.
~~
"Saya bilang, jangan pernah kalian komunikasian lagi, mengerti? Bayu, jangan kurang ajar kamu, dia ibu kamu."
"Bukan yah. Dia bukan ibuku. Dia Maya, dia seumurku yah, dia gak pantas jadi isteri ayah. Dia pantasnya jadi anak ayah."
"Diam kamu Bayu. Oh, apa jangan-jangan kamu mencintainya yah?"
"Kalau emang iyah? Kenapa ayah?"
Plaaaakkkk....
Sebuah tamparan keras mendarat dipipi pria kesayangan Maya itu.
"Akang. Cukup kang. Hentikan. Jangan lakukan lagi. Bayu anakmu kang. Udaah."
Maya berteriak histeris sambil membopong Bayu yang terkapar karena dahsyatnya sebuah tamparan. Maya membantunya untuk bangkit.
"Diam kamu Maya. Jangan ikut campur kamu. Ini urusan aku sama anakku. Pergi kamu ke kamar."
Kang Burhan berteriak, menarik lengan Maya yang sedang membantu Bayu berdiri, lalu mendorongnya hingga Maya kehilangan keseimbangan dan kepalanya terjedot.
"Maya"
Bayu bangkit dan menghampiri Maya yang kesakitan
"Bayu."
Kang Burhan mengepiskan tangan Bayu yang mencoba merangkul Maya.
~~
"Aku gak bisa lagi May, aku gak bisa lihat kamu diperlakukan buruk begini sama ayah. Aku mau kita pergi May. Dan, kita gak usah kembali lagi ke sini. Aku bawa banyak uang. Dan kita akan pergi dari sini may. Mau yah?"
Ini yang ke sekian kalinya Bayu meminta Maya pergi bersama dengan dirinya, menjauhi rumah dan semua keluarganya. Awalnya Maya tidak pernah setuju dan apapun yang terjadi dia terima demi orangtuanya. Tapi lama-lama karena keseringan curhat juga dengan Bayu, lalu Bayu iba dan menyimpan perasaan juga pada Maya. dan Maya pun merasakan hal yang sama pada Bayu.Maya mulai mencintai Bayu dan mulai melupakan kasih sayang dan perjuangannya untuk orangtuanya.
Akhirnya Maya mengiyakan keinginan Bayu. Dan mereka berdua kabur dari rumah. Mereka pergi mengontrak sebuah rumah kecil. Dan mereka tinggal berdua di sana. Mereka hidup layaknya keluarga, tanpa menikah.
"Aku bahagia sekali a. Terimakasih kau sudah menyelamatkanku dari ayahmu itu."
"Aku mencintaimu Maya"
"Maya juga a"
Mereka berdua menjalani kehidupan baru mereka di sana, selama empat bulan, mereka bahagia sekali di sini. Terpisah dari keluarga, dari orang-orang yang menyusahkannya, yang menyakiti mereka. Rasanya syurga memang berada pada mereka sekarang. Namun itu hanya empat bulan saja kebahagiaan itu sebelum Maya hamil dan masalah kemudian muncul silih berganti.
Dari mulai masalah ekonomi, hingga perempuan. karena dia gak bekerja, Maya pun sama. Selama ini mereka hanya makan dari uang yang Bayu bawa saja dan selebihnya dari hasil Bayu menjual mobilnya dan setelah itu semua uangnya telah habis dan mereka berdua kesulitan dalam keuangan sekarang.
Mulai ada rasa aral, Bayu berubah yang tadinya manis menjadi sangat sensitif, kasar dan bahkan lebih buruk dari ayahnya itu. Bermain perempuan pula.
Setiap hari Maya harus makan hati. Maya harus mencari uang, dalam keadaan hamil, segala Maya lakukan hanya untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Bayu tidak bekerja. Kerjaannya diem aja di rumah, nonton tv, maen game, tiduran, makan, chatingan. Malas dia untuk bekerja. Maklumlah, anak orang kaya, gak mau kerja keras-keras gak mau. Mau nya kerja enak. Paling nongkrong di kafe bareng teman-temannya. Pulang malem, dengan nafas udah bau naga. Habis minum dia. Seloyongan. Mabuk. Kadang pulangnya dianterin cewek-cewek nakal juga.
Dia mulai merasa bosan dan jenuh dengan kehidupan barunya kini dengan Maya. Di tempat asing ini, dia tidak tahan dengan hidup miskin bersama Maya di tempat itu. Terbesit di fikirannya untuk kembali pada orangtuanya dan akhirnya pada suatu hari, dia pulang dan meninggalkan Maya sendiri di tempat itu. Dia kembali ke orangtuanya dengan tanpa membawa cidera apapun. Dia pulang dengan mulus dan keluarganya pun menerimanya kembali. Karena walau bagiamanpun, Bayu adalah anaknya dan dia adalah pewaris satu-satunya dalam keluarganya, tiada lagi.
Bayu sudah bahagia lagi sekarang, balik lagi ke keluarganya dengan meninggalkan jejak di sana bersama Maya dan calon anaknya yang masih berada dalam kandungan Maya itu.
"Aa, balik a. Aku gak mau anak ini terlahir tanpa ayah. Kamu mencintaiku bukan?"
Maya mengirim WhatsApp padanya. Dan dia hanya membacanya saja tanpa dia balas chat dari Maya.
"Aa.... :( "
Kali ini, Maya chat dia lagi dan ternyata udah ceklis satu. Tidak aktif? Lah... kok sekarang malah tidak aktif. Mau gak mau, Maya harus balik juga sekarang dan menemui Bayu. Tekadnya.
~~
"Bayu. Kamu harus bertanggung jawab. Aku mengandung anakmu Bayu."
Maya berteriak di hadapan semua orang, di rumah Bayu, rumah Kang Burhan, suaminya.
"Kamu siapa?"
"Bayu?"
Maya kebingungan. Kali ini Bayu pura-pura tidak mengenali Maya.
"Hey, dasar wanita kotor. Pergi kamu dari rumahku. Anakku tidak menghamilimu. Kami baru menemukan Bayu dua hari yang lalu, dijalan. Dia mengalami kecelakaan, dan mengalami amnesia"
"Apah? Amnesia? Siapa bilang Kang? Dia bersamaku."
"Diam kamu, Maya. Apa kau menuduh anakku sekarang? Jangan karena mentang-mentang anakku baik sama kamu. Dan sekarang anakku mengalami gangguan ingatan, lalu kamu akan memanfaatkannya sekarang untuk menutupi kebusukanmu hah?"
Mba Tuti, isteri pertama kang Burhan dan juga ibunya Bayu menteriaki Maya.
Kurang ajar si Bayu. Dia berpura-pura hilang ingatan untuk menghapus jejaknya dan membuat seolah aku yang salah.
Maya ngedumel sendiri dalam hati. Matanya merah menyala. Mau marah, tapi dia tidak berdaya.
"Enggak kang. Dia bohong. Dia gak hilang ingatan. Dia bersamaku selama ini. Dan dia yang telah....."
"Cukup Maya. Sekarang kamu pergi dari sini. Pergi."
Dengan langkah gontai, Maya pergi. Harus kemana sekarang? Entahlah, dia sangat terpuruk dan kebingungan. Pulang kerumah? Gak mungkin. Emak sama abahnya pasti akan sangat murka dan juga pasti mengusirnya. Harus kemana sekarang? Tiada lagi tempat untuknya tinggal di bumi sekarang.
"Aku harus mengakhiri saja hidupku. Aku gak sanggup menanggung malu dan pilu ini sendirian."
Akhirnya syetan bermunculan membisik-bisiki Maya untuk dia mengakhiri hidupnya dan karena imannya yang kurang kuat akhirnya Maya pun mendengarkan bisikan-bisikan syetan itu dan akhirnya dia benar, nekad mengakhiri hidupnya karena takut pada orangtuanya dan enggan menanggung malu sendirian.
Laut. Adalah menjadi tempat terakhir Maya berkelana di muka bumi ini. Dan Maya mengakhiri kisah hidupnya di permata senja itu atau laut.
Hanya sebuah penyesalan dan kekecewaan. Sebelum mengakhiri hidupnya, dia sempat menyesalkan beberapa kesesalan. Salah satunya adalah menyesal, kenapa dia harus curhat-curhat kala itu pada orang lain tentang rumahtangganya. Meski itu pada anak suaminya sendiri. Awalnya memang hanya curhat biasa, namun kemudian menjelma menjadi iba dan cinta.
Curhat pada lawan jenis, setelah menikah itu ternyata tidaklah baik. Sangat tidak baik apapun itu alasannya jangan pernah di lakukan. Karena akan menimbulkan iba dan rasa kasihan padanya hingga seseorang yang di curhatinya itu timbulah keinginan untuk membantu dan lain sebagainya. Dan akhirnya kemungkinan-kemungkinan burukpun, bisa terjadi akhirnya. Contohnya kasus Maya ini. Dan yang rugi adalah perempuannya juga. Ibaratnya keluar kandang singa, masuk kandang macan. Jadi, bukan menghilangkan masalah, malah menambah masalah-masalah baru.
End.
NOTE
Terimakasih kepada teman-taman yang telah mengirimkan naskahnya. Bagi teman lain yang berkenan mengirimkan naskah demi melengkapi blog kita ini dapat dikirimkan melalui:
email satukara.com@gmail.com
FB @khairulfikri.co,
WA. 085762407942
0 Response to "Curhat Yang Berujung Maut"
Post a Comment