Aku Kembali Dengan Hati Yang Utuh

AIMANARA

Tangan mungilnya bergerak di atas layar, menyentuh huruf-huruf penuh debar. Pikirnya pasti Nara kecewa, atau paling tidak kesal terhadapnya.

[Nara, pertama aku minta maaf, karena pergiku tanpa memberitahu. Jika kamu meminta alasan, jawabannya untuk memastikan. Bukan ragu tentang rasamu padaku, bukan juga ingin tahu seberapa berarti aku untukmu. Melainkan untuk memastikan jika rasaku padamu benar-benar nyata, juga perihal kamu memang yang kubutuhkan untuk segala.

Nara, hari pertama tanpa menghubungimu aku baik-baik saja. Lalu di hari kedua, ada yang hilang rasanya.

Aku menjadi payah, dan semakin parah. Belum memar di lengan enyah, kakiku sudah tertimpa sampai berdarah, lalu tidak sempurnalah tumaninah. Ponsel yang biasa kubawa pun hilang entah ke mana, aku benar-benar tidak mengingatnya Nara. Entah pada apa dan siapa fokusku tertuju, jika kamu mengerti aku pasti paham maksudku.]

Dihapusnya paraghraf terakhir, terlalu cengeng sepertinya. Dia memang biasa mengadukan hal-hal sepele pada lelaki itu, seperti terjatuh, terbentur dan banyak hal kecil lainnya yang tak perlu dibicarakan. Namun untuknya, Nara adalah tempat ternyaman untuk berbagi semua rasa.

Kembali jemarinya merangkai kata, sambil berpikir apa yanga harus di sampaikannya. Tentang piring yang pecah malam itu? Atau perihal rindu yang gebunya selalu.

Aima diam, sebenarnya tanpa Nara tahu, dia selalu memperhatikan lelaki itu. Berdiri dengan senyum paling manis di balik kaca atau rinai tipis yang disamarkan senja, juga debu-debu rindu yang kuyup oleh hujan sebab cemburu pada bunga-bunga di dekatnya.

[Nara, aku rindu.] hapus, kalimat itu dia tiadakan.

'Tuhan, apa tidak bisa Engkau saja yang jelaskan padanya? Hatiku masih aman dari sesiapa, hanya ada dia di dalamnya.' Aima bergumam, sedikit takut dengan Nara yang mendefinisi jika hilang artinya tidak akan kembali

[Nara, apa kamu marah padaku? Jangan begitu, kamu tidak akan tahan. Maksudku aku terlalu lucu dan menggemaskan, terlebih aku menyayangimu. Jadi berbaik hatilah padaku, maafkan segala sikap kekanakanku, aku tahu ini merepotkan. Tapi paling tidak aku kembali dengan hati yang utuh, yakin jika memang kamu yang kubutuh.]

[Nara, aku pun akan menuntut untukmu lebih semangat dalam bekerja, menanbung dan menyiapkan apa-apa untuk kita. Aku bukan hanya ingin kamu cintai, tapi juga imami.]

[Nara, satu lagi yang kutekankan. Perbanyaklah waktu untuk mengobrol dengan Tuhan, sebab olehNya kita bisa disatukan.]

[I love you]
Terkirim
_
Bivisa

NOTE
Terimakasih kepada teman-taman yang telah mengirimkan naskahnya. Bagi teman lain yang berkenan mengirimkan naskah demi melengkapi blog kita ini dapat dikirimkan melalui:
email satukara.com@gmail.com
FB @khairulfikri.co,
WA. 085762407942

0 Response to "Aku Kembali Dengan Hati Yang Utuh"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel