Puisi Kemerdekaan dan Cinta Tanah Air Menyambut HUT RI ke-75

Puisi Kemerdekaan dan Cinta Tanah Air Menyambut HUT RI ke-75


Dalam pidatoku, "Sekali Merdeka tetap Merdeka"! Kucetus semboyan: "Kita cinta damai, tetapi kita lebih cinta KEMERDEKAAN".
- Soekarno
Suara-suara itu tak bisa dipenjarakan, disana bersemayam kemerdekaan, apabila engkau memaksa diam, aku siapkan untukmu pemberontakan!
- Wiji Thukul
---
TENTANG KEMERDEKAAN
buat Nar (1953)

Kemerdekaan adalah tanah air dan laut semua suara
Janganlah takut kepadanya

Kemerdekaan ialah tanah air penyair dan pengembara
Janganlah takut padaku
Kemerdekaan ialah cinta salih yang mesra
Bawalah daku kepadanya
- Deon Wau
---
KAPITAN PATTIMURA
*KAPITAN

(K)eberanian mencabar sesiapapun merebut tanah air yang ingin dirampaS
(A)tma petarung sejati derap gigih dalam barisan terdepan berjuang keraS
(P)elipur bangsa enggan hati bila rakyat selalu ditindaS
(I)ba akan tangis yang pecah darah yang bernanah selama 350 tahun yang tidak bisa lepaS
(T)ak akan hilang dalam sejarah bahwa tanah para raja-raja selalu dikuraS
(A)nala membara dalam diri kebisuan saat kekayaan cengkeh pala telah habiS
(N)estapa sendu berbicara tanah leluhur harus mengangkat parang kemaslahatan segera diberantaS

*PATTIMURA

(P)ersitensi dalam mempertahankan maglihai rempah yang khaS
(A)stu yang padu bersama menentang basudara membunuh kezaliman yang memanaS
(T)epat saat peperangan usai segalah yang ramai menjadi damai rakyat hidup dengan bebaS
(T)etapi di tiang gantung perlawanan sang Kapitan telah pupuS
(I)syrat puitis bahwa itu bukan akhir perjuangan yang akan kandaS
(M)aka dengan itu lahirlah pattimura muda dan Marta tiahahu yang lebih tegaS
(U)ntuk memperjuangkan cinta tanah air hingga titik darah penghabisan selalu optimiS
(R)endah hati dan rela menjadi penghias pagar bangsa hingga akhir nafaS
(A)ksa mengabdikan segenap jiwa raga sama seperti sang Kapitan yang begitu besar dan tuluS

"Pattimura tua boleh saja kau gantung ditiang kematian, boleh kalian hancurkan. Tapi ingat kelak akan ada Pattimura - Pattimura muda lainnya yang akan bangkit"

Semarang, 9 Juli 2020
- PattimuraPuitis
---
TULISAN TIMUR IRONI
Oleh: Mhetallo Adonara

Gigil malam selimut sepi
Awan-awan berarak nestapa
Bertabur bintang-bintang sendu
Yang tersegel absolut
Penyandang pangkat tiri

Nahas
Sepenggal ingatan menolak lupa
Ribuan dekade yang berlalu
Meninggalkan luka kenangan
Topi-topi militer intimidasi
Dengan pelatuk mesiu
Yang memaksa setuju isi PEPERA

Cekam aroma
Terhirup abadi
Di bait-bait nafas
Bercucur darah pembantaian Wasior
Yang tak pernah menemukan
Otak pembantaian sebenarnya

Gusar menjalari sela-sela kaki
Air mata menadah emosi
Menatap jualan noken-noken mace
Mengunyah debu aspal
Depan gedung mewah
Empunya pendatang
Yang mengokohkan kekuasaan
Di materai paraf feodal

Lingkaran Abepura
Tertunduk seribu kesakitan
Nyanyian-nyanyian demostrasi damai
Tertangkap dengan tuduhan liar
Sebagai provokator

Sioo
Surga kecil
Dapur kekayaan alam
Dicuri habis-habisan
Bersisa polusi-polusi
Yang membunuh perlahan nadi
Pace yang pergi melaut

Ouh republik
Di manakah kata-kata
Yang mengatakan
Ini tanah Pancasila
Tatkala banjir Sorong
Bersanding kelaparan Nduga
Menjadi duka sendiri
Tanpa perhatian Senayan

Huffttt
Perih menendang-nendang plasma
Menyemburkan kegetiran
Berkomsumsi ratapan
Rasis pergaulan kota
Yang membawa-bawa hitam kulit
Keriting rambut sebagai kalimat
Hinaan Kekurangan fisik

Ha
Angin yang berhembus
Tak sedikitpun membawa ketenangan
Di sekolah lembah Baliem
Yang terkawal prajurit senjata
Pembangkit trauma
Ironi yang berlalu

Entah
Sampai kapan begini Tuhan
Relung hati yang tercipta
Tak sanggup menopang sabar
Menatap gigihnya pemerintah berseru
Kemerdekaan Palestina

Tapi berbalik melarang
Cendrawasih menentukan nasip sendiri

Hiu
Sudah cukup untuk malam ini
Menjadi ironi minoritas timur
Karena esok
Benih-benih militan akan tumbuh
Berjuang lepas dari cengkraman penindasan
Walaupun seribu timah
Menembus sendi-sendi tulang

Jayapura, 31-08-20
---
Indonesia Becek Darah

Indonesiaku
Tanah becek karena darah
Nurani bangsa, nestapa

Soeharto kau anggap oppa Korea!
Singa tersenyum, dipaksa gunakan mahkota

Linangan mata air darah rakyat
Jadi pijakan tersenyummu

Kini tak kudapati ...
Senyum dan kicau merpati
Pada indah pagi
Seperti ibu pertiwi
Yang menangis kasekian kali
Untuk negeri ini

Hanya tinggal putih doa suci
Bersahabat sajadah malam
Teruntuk Indonesiaku sehat kembali.

Wahai merah darah pejuang!
Maafkan anak bangsa!
Karena, negerimu kini menangis darah!

Buleleng, 18 Juni 2020
- Lutfitaga
---
Jiwa yang Merdeka

Tumpah tangis di tanah ibu Pertiwi
Puluhan tahun kita mengenal kemerdekaan
Tapi suara kesengsaraan masih terdengar lantang
Di segala seantero Nusantara

Kemerdekaan hanyalah sebuah sejarah
Makna bebas dari penjajah
Lalu terjajah oleh negara sendiri
Dibawah penguasa yang hilang kendali

Negara dan agama
Dijadikan topeng mengumpulkan harta
Menutup busuk yang terbaca mata
Rakyat tak berdaya

Tuhan pun mereka tak takut
Padahal bersumpah dibawah kitab suci
Mereka harus membersihkan jiwa
Karena akal sehat tak lagi berguna

Maffa,
12-05-2020
- Alfan R I Djabar
---
KRISIS RASA
karya:ana baba
19/06/20

Pajangan tanah NUSANTARA
Seperti tanpa kepala dalam tubuh Garuda
Keadilan sosial Hilang kesuciannya
Jeritan-jeritan sakit menggema,dari sudut kota sejarah

MERDEK,...Itu katanya.!
Tidur beralas emas berlian
Jalan berteman sedan
Rumah megah mengalahkan istana kesucian

MERDEKA ,,,kataMu?
Tidur beralas koran
Jalan hanya beralas telapak telanjang
Rumah hanya dilindungi karung kusam

Mata batin buta buram
Telinga tuli tempat air bersemayam
Buncit kekar menari pada tahta kekuasaan
Jeritan-jeritan,hanya tertawa tanpa perasaan

Sudakah merdeka.?
Sekilas suara panjatkan doa
Sudakah merdek..?
Kemiskinan merana tanpa ada rasa
- Ana Baba
---
Pulih Negeriku.

Senja kau hadir untuk mengantikan hari hari yang baru,semoga kau hadir dengan menggantikan senyum dan tawa di atas bumi partiwi.
Kami sudah lelah tak bisa berdaya lagi,tak bisa berkata lagi, semua tinggal air mata yg membasahi tanah ini.
Tanah yg telah diperjuangkan dengan tenaga,pikiran & darah, hanya untuk memperoleh kemerdekaan,kenapa engkau berikan kami bencana yang tak terduga Tuhan.!!
Kami mohon dengan segenap hati,jiwa dan raga.
Pulihkan bangsa kami,selamatkan negeri kami INDONESIA
Hilangkan bencana ini diatas bumi kami, BUMI PARTIWI.

Dengan hari Paskah ini Tuhan kau menang dan selamatkan Bumi partiwi kami.
- Chacha Nhorhy
---
Judul : Asa
Karya : Aldhy Mubarok

Tak terasa sudah di penghujung Maret saja
Aku hanya bisa menyeka air mata
Melihat Ibu Pertiwi terus menderita
Dari bejatnya para durjana

Hidup serasa di Neraka, menderita dan merana
Beginilah nasib rakyat jelata
Menangis tidak akan merubah apa-apa
Bangkitlah kawula muda!

Junjung tinggi cita-cita
Jadikan nyata
Jangan gantungkan asa
Untuk merubah bangsa

Wahai pejabat negeri yang banyak materi
Aku hanya anak petani, beramunisi diksi
Wahai penguasa yang banyak harta
Aku hanya anak penggembala, bersenjata kata

Penghujung Maret 2020
---
EMPAT LIMA NASIONAL PUISI
Oleh: Mhetallo Adonara

Dua delapan April silam
Kobaran binatang jalang
Hayat memangku kerikil tajam
Deru cipta puisi nasional

Empat lima puisi nasional
Tulang-belulang gerilya
Gebrakan area segar
Tulisan percikan patriot

Empat lima puisi nasional
Pena amunisi lawan jajahan
Seribu tahun hentakan mesiu
Jargon pamflet bungkam kolonial

Empat lima puisi nasional
Sebungkus tembakau
Penenun diksi racikan kopi
Noda tinta merayakan sajak

Empat lima puisi nasional
Nisan pusara istirahat raga
Lantang autodidak bergema
Penjajah otoriter rahim Pertiwi

Empat lima puisi nasional
Seribu tahun estafet juang
Suara minoritas tawanan kuasa
Kritik terkatup mekar rimbun sunyi

Empat lima puisi nasional
Kebebasan memegang nyeri
Ngilu bisul cambukan aparat
Parlemen menata nominal getir

Empat lima puisi nasional
Pahlawan mantra kata
Nyanyian-nyanyian demonstrasi
Getarkan tanah tamparan petinggi

Empat lima puisi nasional
Bait darah nasionalis leluhur
Penguasa mengonsumsi paranoid
Menikam buang jantung Garuda

Empat lima nasional puisi
Reformasi kelonggaran nafas
Antusias panas-panas tai ayam
Pewarta awam terbunuh kurung jeruji

Empat lima puisi nasional
Air mata Chairil Anwar
Tinta perlawanan
Rapatkan barikade jelata

Empat lima puisi nasional
Kolaborasi binatang jalang
Bukan niat menapaki karir
Tapi media suara-suara merdeka

Empat lima puisi nasional
Seribu doa iringan syukur
Puisi tak mati seribu tahun
Perihal tertuang dalam kejujuran

Jayapura, 28-04-20
---
Tanah airku Indonesia
Tempat di lahirkan beta
Dan tempat lahirnya penguasa
Yang membuat rakyat derita

Di sini beta di lahirkan
Dan penguasa di besarkan
Yang selalu memberi harapan
Dari janji manis yang mereka ucapkan

Beta menagis tiada henti
Melihat keadaan negeri ini
Yang setiap hari ternodai
Dari para pejabat yang korupsi

Negara beta negara kesatuan
Bukan bermaksud menjatuhkan
Tujuan beta hanya mengingatkan
Sifat penjilat mohon di hilangkan
Karena itu sangat merugikan

Jayalah indonesiaku,
Serta kibarkan merah putih mu,
Dan semoga semua ini akan lekas berlalu.

Matinan,25 Mey 2020
- Pendi
---
Untukmu Negeri

Pertempuran 10 November Surabaya
Bandung lautan api
Perang Puputan
Perang Lima Hari Di Semarang
Perang Ambarawa
Perang Laut Arafuru
Perang lima hari lima malam di Palembang
Perang Batavia. Dan banyak lagi untuk di ingat pak, demi mempertahankan kemerdekaan negeri ini, Suku, Ras, Agama bersatu dalam naungan sang Merah Putih.

Sungguh aku bangga menjadi INDONESIA Bangsa yang besar terlahir bukan dari rahim sang pecundang.

lihatlah pak saat ini, di Negeri ini, kearifan, persatuan seakan mulai di cabik-cabik untuk di jadikan santapan malam untuk para badut-badut.

Rataplah pak, di Negeri yang kaya ini masih terdegar rakyat yang mati karna kelaparan, rakyat yang sakit karna busung lapar.
Dengarlah Pak, keresahan putra-putrimu yang gamang menatap masa depan, balada pengangguran terdengar dari pelosok Nusantara, banyak orang yang di rampas haknya.

Benahilah Negeri ini wahai kita, kembalilah kepada kelembutan Ibu Pertiwi.

Purwakarta, 25 Juli 2020
- Nyanyian Jiwa
---
Dalam dunia penuh pura-pura, anak muda sibuk memisahkan dusta dari kata. Mereka ada di hutan dan tanah kita di lorong pabrik dan di jalan raya.

Pemuda tak sempat jadi anak manis melihat kepongahan terasa begitu sinis. Ruang publik didefinisikan oleh uang, air di kampung pun
kering kerontang.

Alam berubah menjadi bencana atas nama investasi sudi dikeruk dan dijarah. Bagaimana anak muda bisa diam ketika aparat justru miskin teladan.

Apa yang salah dibenarkan, tersesat dalam pekatnya konflik kepentingan. Mari menyeru perlawanan lewat berbagai cara. Bekerja, mencipta, bersuara, bergerak dalam karya. Karena asa tidak hanya ada di tangan penguasa tapi dalam kehendak warga yang berdaya.

Sulawesi Tenggara
- Ahmad Alfin
---

0 Response to "Puisi Kemerdekaan dan Cinta Tanah Air Menyambut HUT RI ke-75"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel