Kumpulan Puisi Tema Subuh Hari
Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara.
- Sapardi Djoko Damono
---
YANG TERLEWAT
Akan banyak rindu pagi ini, serupa tangis tak sempat dilangitkan Subuh tadi.
Rasa nyaman se-rima dengan murka kuasa, adalah rinduku bernafas sesal yang paling puncak!.
Sungguh, meski berjuta peng-elak-an tentang silap tak disengaja meraja di hati ...
Tapi rindu tetaplah rindu, ingkar adalah ingkar.
Maka ijinkan aku menangisi segala kealpaan pagi ini; untuk sebuah waktu tak bisa terulang ...
Dan rengkuh-senyum yang telah kulewatkan.
Pada Subuh nan eksotik.
- Om Pim Pak
---
Suasana Subuh
Aswar Beddu
Sahut-sahut adzan subuh, memamksa tuk membangunkan tubuh.
Beradu santap dengan sahur, walau lauk hanya sayur.
Suasana subuh, kau melukiskan wujud yang hampir tak satupun yang mengenal. Hingga semua saling tuduh, apakah seindah ini subuh?.
Duduk memandangi langit, ada bulan yang sedikit mengintip dari selah awan. Mungkin mencari kawan.
Sejuk bak besuta, Indah bak sutra.
Angin subuh lembut megelus kulit, bak surai si multatuli.
Bulan yang mengintip, ternyata saling sapa dengan sang surya. Aku sikesepian yang melihat keramaian ditengah kedamaian.
Membuat para bintang cemburu, hingga merekapun meredup.
Lokodidi 06 Mei 2020
- Aswar Beddu
---
Berkisah Tentang Kisah
Masih di cerita sama, di subuh hari yang berbeda. Masih dengan suasana sama di mana jangkrik-jangkrik terdengar bersahut-sahutan dari hutan belakang rumah. Tidak ketinggalan dendang paling murni yang bisa menjernihkan pendengaran, apalagi kalau bukan lantunan Kalam Sang Pencipta, disuarakan melalui cerobong-cerobong besar. Meneduhkan.
Masih tentang kisah sama, tentang anak manusia yang terjaga di sepanjang malam, bukan mereka yang asik bermunajat, bukan sungguh bukan. Namun, mereka yang dikata generasi serba canggih dengan segala keinginan instan. Ingin ini, gesek. Ingin itu, gesek. Yah, itu, generasi penggesek.
Masih tentang kisah sama di dalam kisah subuh ini. Terdengar bunyi peluru dan ledakan dari dalam benda persegi panjang yang digesek dengan khidmat. Andai saja ... ya andai saja, saat menunaikan syarat-syarat mati mereka bisa se-khidmat itu.
Tak apalah, mungkin dengan benda-benda super canggih itu, mereka bisa menangkal kedatangan malaikat maut, atau membuatnya linglung hingga salah mencabut nyawa. Ya, seperti kisah-kisah dalam drama-drama yang mereka agungkan.
Beginilah kisah subuh ini. Masih cerita yang sama.
Kleine Stadt, 6 Mei 2020
- Uni Fardila
---
Masih dalam renungan sisa-sisa subuh
Kicauan burung pun masih terdengar merdu
Melukiskan keindahan langit yang gemuruh
Diiringi dengan arakan awan yang di sapu
Pagiku terasa kian merana
Sebab selimut yang menutupinya
Kurasa bahagia disana.
Oleh suasana akibat corona
Ya tuhankuu segeralah engkau ambil tentara kecilmu.
Yang selama ini menyelimuti ketakutanku.
Dunia kini sudah membisu.
Kapankah jni semua berlalu...
Ku ingin kembali berangkat sekolah...
Ku rindu suasana terindah bersama kawan dan jumpa guru...
Dalam untaian bahasa kalbu dan kilaunya ilmu...
- Nisaa
---
Masih ada sisa waktu buatku, sebelum subuh. Tak ada salahnya jika kulamunkan lagi senyum mu untuk malam ini saja, sebagai tambahan penyangga bahu sunyi yang renta.
Rinduku dan rindumu.
Mereka kelak akan menjadi perih yang mengingatkan, bahwa jarak adalah tajam belati paling ramah saat menikam. Dengan jarak ini, mari kita selesaikan kesedihan.
Senantiasalah tersenyum di sana, dan aku akan bahagia di sini.
Sebab membahagiakan mu, adalah kewajiban yang tak bisa ku wakilkan.
- Vit MyReason
---
Setelah subuh janganlah tidur
Bekerjalah supaya hidup makmur
Dengan saudara harus akur
Tanda orang yang bersyukur
Sambunglah tali silaturahmi
Hidup damai dan diberkahi
Sesama umat jangan membenci
Jagalah persatuan NKRI
Umi Nawal, Cirebon, 18 Juni 2020
- Umi Nawal
---
RINDU HENDAK KE MANA
i/
Rindu, datanglah seperti subuh; di saat embun sedang basah-basahnya, di saat semua orang akan rebah dan kembali terlelap. Bangunkan aku sebelum terang, sebab, rindu yang baik tidak akan membiarkan itu terjadi.
ii/
Rindu, teriklah seperti dzuhur; di saat dahaga sedang tiba-tibanya, di saat semua orang ingin rebah dan mencari keteduhan. Ingatkan aku sebelum bayangku tidak terlihat, sebab, rindu yang baik tidak akan berubah fana.
iii/
Rindu, tetaplah sendu seperti ashar; di saat mimpi sedang indah-indahnya, di saat kesepian memelukmu dengan erat. Berdandanlah dengan kata-kata, sebab, rindu yang baik akan kekal pada dada masing-masing
iv/
Rindu, tabahlah seperti maghrib; di saat semua orang sedang tidak sabar-sabarnya, di saat debar tidak pernah bisa berdiskusi. Ajaklah aku berbuka denganmu, sebab, rindu yang baik tidak akan merayakan bahagianya sendiri.
v/
Rindu, belajarlah dari isya; di saat semua orang berdebat akan berkumpul atau tidak, di saat waktu tidak pernah berhenti melaju. Jemputlah aku untuk bergegas tarawih, sebab, rindu yang baik selalu menjadi yang terbaik.
vi/
Rindu, sekarang kita hendak ke mana?
Nam, 2020
---
Sajak subuh
Fajar beranjak setelah puas lelap..
Senandung panggilan Tuhan bersautan
Ribuan tubuh bersimpu
Mengemis harap dan pahala dalam doa doa..
Sentuh ratapan jiwa penuh sesal..
Merintih lirih
Ribuan tubuh jatuh
Meminta ampun bersimpuh peluh
Wahai pagi buta yg berembun
Kau tau bahwa sang maha penyayang
Memeluk jiwa tanpa ragu
Pemilik cinta tanpa dusta
Tanpa segala perkara....
- M Rayidh Saepudin
---
- Tertambat Untukmu
- Nyanyian Jiwa
Subuh membisu
Dingin anila menusuk kalbu
Detak langkah waktu
Tak mempu menyudahi duka lalu
Harapan masih di titik ambigu
Meski sang ina, telah bertahta di langit biru
Pertanda datangnya hari baru
Namun asa ku masih terpaku
Daun-daun berguguran diterpa pilu
Kisah bersamamu menjadi candu
Walau semua hal telah berlalu
Duhai dama, hasrat ku tertambat hanya untukmu
Purwakarta, 29 April 2020
---
MENJELANG SUBUH
Duhai lamunanku yang menyergap....
Saat itu waktu seperti bethenti berdetak,
Tiba-tiba laju sepeda motorku tertahan oleh entah...
Lalu tangisku pecah berderai-derai meski rinai itu tak lg semarak
Bangunan nan indah disamping kiri ku, serasa melambai memanggil fitrahku bangkit
Aku memelas hingga lutut tak lagi tegap
Sejenak aku tertegun...
Tubuhmu hanya bercahaya
Tidak mewah
Tidak kaya apalagi arogan
Aku rindu Kesederhanaanmu yang hebat juga tembang surgawi mendayu
Dan sekarang kaupun lagi2 memanggil
Aku... entahlah hanya bisa menangis tanpa daya saat ini
Pakaianku compang camping apalagi hatiku
Aku malu...
bahkan sekedar berhasrat larut dalam pelukan subuh nan eksotis.
Sampai wajah2 putih berdatangan,aku masih tertegun diatas sepeda motorku lalu kaupun berhenti memanggil
Sejenak lamunanku buyar bersama banyak keinginan...
Mungkin siang nanti..
Sore
Atau Malam kelak....
Aku bisa menumpahkan segala penat
Menerjemahkan lamunan yang menyergap
Pada indahnya niat suci
Diatas hamparan sajadah.
- Om Pim Pak
---
Subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara
Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala, dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana
Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu
Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat perlahan dari nun di sana, bersijingkat di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya
di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku
Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku, yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia
demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku
Aku mencintaimu..
Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu
Pontianak, 26 Juni 2020
- Rindu Hujan
---
Mataku terlalu lama terpejam
Hingga habislah malam
Subuh datang dengan teduh
Membuat tenang yang akan dikenang
Di ufuk timur mentari masih malu-malu untuk bersinar
Burung gereja hinggap di ranting cemara
Kupu-kupu hinggap mengisap madu
Mentari semakin tinggi menunjukkan diri
Membagi kehangatan di pagi hari
Ku duduk sembari menikmati kopi
Membiarkan pikiran berimajinasi
- Aldi Mubarok
---
DI TIKUNGAN MIMPI
Karya: Hermin Veronika
Suara subuh begitu teduh,
Memeluk sepinya tubuh.
Gerimis berdenting hening,
Dan rasa begitu bening.
Kepada kesenyapankah aku ingin berpulang?
Atau aku ingin kesenyapan itu menjelang?
Dan tiba-tiba gelombang resah mendesing,
Iringi derai rindu yang bising.
Aku menatapmu di tikungan mimpi,
Pesonamu penuhi laut tak bertepi.
Dan aku tenggelam,
Bersama inginku padamu di akhir malam.
---
0 Response to "Kumpulan Puisi Tema Subuh Hari"
Post a Comment