PAGI YANG HUJAN
Di tempat asing yang entah,
sepasang mataku mendongak.
Menyaksikan tetesan itu jatuh begitu indah,
tanpa memberontak.
Sejuk,
dingin dan aroma tanah yang basah,
sempurna mengundang gelisah.
Satu persatu tentang masa lalu,
berputar dalam benakku.
Membelenggu serupa benalu.
Senyum bahagia,
bahkan tawa hinggap tiba-tiba ketika yang berputar adalah tentang cinta.
Lalu, senyum itu memudar,
berganti perasaan hambar.
Bukan tentang rindu akan kabar,
tapi teringat belum kembalinya debar.
Apa hanya aku yang terus berjalan,
tapi tak mau meninggalkan?
Apa hanya aku yang sering menengok ke belakang?
Padahal tahu tak ada kesempatan untuk pulang.
Entah harus kutanyakan pada siapa lagi,
tak akan ada yang mengerti.
Teramasuk diriku sendiri.
_
Kerlip Bivisa
0 Response to "PAGI YANG HUJAN"
Post a Comment