OPINI (1982)


Melanjutkan sukses album pertama dibawah bendera Musica, album ini juga meraup untung besar. Dengan musisi pendukung yang hampir sama, album ini menjadi lebih ‘nakal’ liriknya. Lagu ‘Galang Rambu Anarki’ menyentuh emosi pendengarnya, rupanya Iwan Fals pandai mengambil momen kenaikan harga BBM yang dianggap tinggi saat itu bersamaan dengan kelahiran anak pertamanya menyebabkan harga-harga menjadi melonjak. Keadaan seperti ini sangat mewakili emosi masyarakat saat itu, sehingga begitu album ini beredar langsung meledak. Pantas saja, karena hanya Iwan Fals yang memiliki keberanian menyuarakan protes secara vulgar melalui lagu pada saat itu. Ada lagi lagu ‘Obat Awet Muda’ yang liriknya gamblang menceritakan perselingkuhan membuat panas telinga hidung belang, juga lagu ‘Antara Aku Kau Dan Bekas Pacarmu’ yang sebenarnya lagu cinta, namun oleh sebagian orang diartikan sebagai suatu penghinaan secara halus terhadap penguasa saat itu. Kontroversi tersebut semakin membuat laku penjualan album ini.
qoms.blogspot.com
Sejak album ini beredar, konon Iwan Fals mulai diawasi dengan pemerintah saat itu (Soeharto). Dan konon Iwan Fals sering didatangi oknum yang mengintimidasinya.
Lagu-lagu pada album ini adalah ‘Galang Rambu Anarki’, ‘Obat Awet Muda’, ‘Antara Aku Kau Dan Bekas Pacarmu’, ‘Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi’, ‘Sapuku Sapumu Sapu Sapu’, ‘Opiniku’, ‘Ambisi’, ‘Tak Biru Lagi Lautku’, ‘Tarmijah Dan Problemnya’. Red. iwanfalsmania.wordpress.com
Lirik:
Galang Rambu Anarki
Galang rambu anarki anakku
Lahir awal januari menjelang pemilu
Galang rambu anarki dengarlah
Terompet tahun baru menyambutmu
Galang rambu anarki ingatlah
Tangisan pertamamu ditandai bbm
Membumbung tinggi (melambung)
Reff:
Maafkan kedua orangtuamu
Kalau tak mampu beli susu
Bbm naik tinggi
Susu tak terbeli orang pintar tarik subsidi
Mungkin bayi kurang gizi (anak kami)

Galang rambu anarki anakku
Cepatlah besar matahariku
Menangis yang keras, janganlah ragu
Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku

Doa kami di nadimu
Share lyrics on Facebook

Obat Awet Muda
Tante tante yang kesepian
Bertingkah seperti perawan
Berlomba lomba mencari pasangan
Persis oplet tua yang cari omprengan
Di ujung jalan
Saling berebut cari muatan

Slop dasi gaun model Paris
Eye shadow parfum impor
Duduk dibelakang stir mobil Mercedes
Pasangannya seorang pemuda
Yang jimatnya melebihi dosis
Sebesar burung belibis
Hey aku mendesis

Tuan yang merasa hidung belang
Keranjingan main perempuan
Tak peduli itu istri orang
Yang penting bisa ngasah pedang
Warisan dari nenek moyang
Pedang tajam wanita ditendang

Jangan nyonya ingat dong suami
Jangan tuan ingat anak istri
Jawab mereka apa ?
Justru itu harus kami lakukan
Mengapa harus dilakukan ?
Ndak tau ?
Karena itu karena itu

Obat awet muda

Antara Aku Kau Dan Bekas Pacarmu
tabir gelap yang dulu hinggap
lambat laun mulai terungkap
labil tawamu
tak pasti tangismu
jelas membuat aku sangat ingin mencari

apa yang tersembunyi
di balik manis senyummu
apa yang tersembunyi
di balik bening dua matamu

dapat ku temui
mengapa engkau tak pasti
lalu aku coba
untuk mengerti

saat engkau tiba
disimpang jalan
lalu kau bimbang
untuk tentukan arah tujuan

jalan gelap yang kau pilih
penuh lubang dan mendaki
jalan gelap yang kau pilih
penuh lubang dan mendaki

Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi
Raung buldozer gemuruh pohon tumbang
Berpadu dengan jerit isi rimba raya
Tawa kelakar badut-badut serakah
Dengan hph berbuat semaunya
Lestarikan alam hanya celoteh belaka
Lestarikan alam mengapa tidak dari dulu...
Oh mengapa.....

Oh...oh...ooooo......
Jelas kami kecewa
Menatap rimba yang dulu perkasa
Kini tinggal cerita
Pengantar lelap si buyung

Bencana erosi selalu datang menghantui
Tanah kering kerontang
Banjir datang itu pasti
Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi
Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia
Lestarikan hutan hanya celoteh belaka
Lestarikan hutan mengapa tidak dari dulu saja

Oh...oh...ooooo......
Jelas kami kecewa
Mendengar gergaji tak pernah berhenti
Demi kantong pribadi
Tak ingat rejeki generasi nanti

Bencana erosi selalu datang menghantui
Tanah kering kerontang
Banjir datang itu pasti
Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi
Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia

Sapuku Sapumu Sapu Sapu
Tukang sapu kuli PU besar jasamu
Oh kawan
Dengan sapu ganyang sampah dan debu
Tuk sesuap makan

Hari panas hari hujan memang tantangan
Siapa bilang bukan
Namun tugas tetap jalan absen gaji melayang
Maklum kuli harian

Pernahkah tuan pikirkan
Jasa mereka
Pernahkah tuan renungkan
Harga keringatnya

Tukang sapu bawa sapu masuk di kantor
Bersihkan yang kotor
Cukong kotor mandor koruptor semua yang kotor
Awas kena sensor

Tukang sapu bawa sapu juga disapu
Kok bisa begitu
Istri iri lihat tetangga punya barang baru
Akupun begitu

Inilah manusia
Dengan segala macam warna hidupnya
Tuk mencapai bahagia
Semua jalan ditempuhnya

Opiniku
Manusia sama saja dengan binatang
Selalu perlu makan
Namun caranya berbeda
Dalam memperoleh makanan
Binatang tak mempunyai akan dan pikiran
Segala cara halalkan demi perur kenyang
Binatang tak pernah tau rasa belas kasihan
Padahal di sekitarnya tertatih berjalan pincang

Namun kadangkala
Ada manusia seperti binatang
Bahkan lebih keji dari binatang

Tampar kiri kanan
Alasan untuk makan
Padahal semua tahu dia serba kecukupan
Himpit kiri kanan
Lalu curi jatah orang
Peduli sahabat kental kurus kering kelaparan

Ambisi
Langkahmu pelan tertatih
Dengan denyut nadi nyaris terhenti
Namun jangan padam ambisi

Rambutmu kusut tak rapi
Melekat di tubuh sejuta daki
Namun jangan padam ambisi
Namun jangan padam ambisi

Tak berkaki
Coba untuk berlari
Tak berjari
Cengkeram berulang kali
Keinginan dihati

Sinar terang lampu merkuri
Pasti akan engkau dapati
Tentu berbekal ambisi
Tentu tak tinggal ambisi

Tak bermata
Pandang dunia dengan jiwa
Tak bertelinga
Jangan cepat kecewa

Tak berkaki
Coba untuk berlari
Tak berjari
Cengkeram berulang kali
Keinginan dihati

Tak Biru Lagi Lautku
Hamparan pasir
Tampak putih berbuih
Kala sisa ombak merayap

Hamparan pasir
Terasa panas menyengat
Di telapak kaki yang berkeringat

Camar camar hitam
Terbang rendah melayang
Di sekitar perahu nelayan

Daun kelapa
Elok saat melambai
Mengikuti arah angin

Tampak ombak
Kejar mengejar menuju karang
Menampar tubuh pencari ikan

Semilir angin berhembus
Bawa dendang unggas laut
Seperti restui jala nelayan

Gurau mereka
Oh memang akrab dengan alam
Kudengar dari kejauhan

Dan batu batu karang
Tertawa ramah bersahabat
Memaksa aku tuk bernyanyi

Tampak ombak
Kejar mengejar menuju karang
Menampar tubuh pencari ikan

Semilir angin berhembus
Bawa dendang unggas laut
Seperti restui jala nelayan

Itu dahulu
Berapa tahun yang lalu
Cerita orang tuaku

Sangat berbeda
Dengan apa yang ada

Tak biru lagi lautku
Tak riuh lagi camarku
Tak rapat lagi jalamu
Tak kokoh lagi karangku
Tak buas lagi ombakmu
Tak elok lagi daun kelapaku
Tak senyum lagi nelayanku
Tak senyum lagi nelayanku

Tarmijah Dan Problemnya
Cerita duka pembantu rumah tangga
Harga Tarmijah sebulan delapan ribu rupiah

Di pagi buta sedang pulas tidur kita
Neng Tarmijah sudah bangun lalu bekerja

Siapkan sarapan
Bersihkan halaman
Siapkan pakaian
Seragam sekolah untuk anak majikan

Setelah beres Tarmijah dipanggil nyonya
Pergi ke pasar belanja ini hari

Asin sedikit Tarmijah di caci maki
Masakan lezat tak pernah di puji

Oh sudah pasti keki
Namun hanya disimpan dalam hati

Di malam minggu anak majikan berdandan
Sambut sang pacar itu suatu kewajiban

Nona Tarmijah tak mau ketinggalan
Lalu berdandan siap untuk berkencan

Nyonya majikan lihat Tarmijah berkencan
Di muka rumah terhalang pagar halaman

Nyonya naik pitam
Tarmijah kena hantam
Nyonya naik pitam
Tarmijah kena hantam

Tarmijah K.O
Tarmijah K.O
----ooo----
satukara.blogspot.com

0 Response to "OPINI (1982)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel