Menu Sahur


Ini ceritaku bulan puasa waktu itu.

"Mba, ntar malem jangan bangunin aku sahur ya?" ujar Ulpa temen sekosku sesaat sebelum tidur.

"Kenapa?"

"Besok kan hari sabtu ...."

Aku mengerutkan kening. "Terus kenapa?"

"Hari sabtu kan toko rame banget. Dari pagi toko buka sampe jam 10 lebih, berdiri terus, mondar-mandir. Kan capek."

"Iya terussss ....?!"

"Ya aku gak kuat kalo puasa."

Aku memutar bola mata. "Hadewhhh bilang aja gak mau puasa, pake alesan toko rame ...."

"Dah pokoknya ntar malem jangan bangunin sahur. Titik!" Ulpa langsung merebahkan tubuhnya dan menutupi mukanya dengan selimut.

Sedangkan aku hanya menggeleng dan menghela napas panjang. Biasanya aku pergi ke warung, di sini ada warung buka 24jam. Apalagi pas sahur, rame banget. Tapi kali ini aku gak mungkin pergi sendirian, males banget, untung masih punya stok mie instan.

Namanya Ulpa, dia baru saja lulus SMA, ijasah juga belum keluar. Dia dah kerja aja. Anaknya sedikit somplak, gokil, nyeleneh.

Gak cuma sekali dua kali dia gak puasa tapi sering. Siang-siang toko pas rame banget, dicari-cari gak ada.

"Si Ulpa kemana sih?" tanyaku pada salah satu karyawan. Jumlah karyawan pas bulan puasa itu ada 6, itupun masih kewalahan. Saking ramenya, apalagi menjelang lebaran.

"Ke warung sama Depi," jawabnya.

"Allahu akbar." Tepok jidat berkali-kali. Padahal tuh anak tadi malem ikut sahur.

Okey sekarang kembali ke waktu sahurku. Akhirnya aku bangun sahur sendirian. Sahur dengan mie instan sudah cukup bagiku. Disini gak ada kompor, makanya sebelum bulan puasa aku sudah sediain teko colokan buat rebus air.

Teko kuisi air secukupnya, lalu kucolokkan. Beberapa detik kemudian ....

MAK BLUKKKK ....

Tekoku meleduk. Buru-buru aku mencabut kabelnya. Dan apa yang terjadi ... tekoku mleot dan mengeluarkan asap disertai bau tak sedap.

Ulpa langsung kebangun, dengan mata riyip-riyip, dan hidungnya mendengus-dengus. "Suara apaan tadi? Hah? Ini bau apaan?"

Matanya langsung terbelalak saat melihat tekoku yang mleot dan gosong. " WOOOHHH ... kobong?! Kok bisa gitu?"

"Meledak ...," jawabku santai.

"Ckckckckck ..." Ulpa berdecak sambil geleng-geleng. Lalu molor lagi.

Hadewhhh punya temen gini amat yak. Aku garuk-garuk kepala. Temennya lagi kesusahan ditinggal molor lagi.

Untung aku orangnya cuek. Orang cuek itu gak suka ribet. Teko meledak ya sudah, mau bagaimana lagi. Akhirnya mie instan kuremet-remet, lalu semua bumbu kucampur aduk jadi satu, lalu makan deh. Jadi, sahur kali ini menunya spesial banget, 'MIE REMET'. Aku makan sambil menatap tekoku yang mleot dan gosong. Ahh andai tekoku harga 2,5jt mungkin gak akan meledak. Kalau ini sih wajar, teko cuma harga 25rb, baru juga 2 minggu dah hancur.

Tok ... tok ... tok ... pintu kamarku diketok.

Aku buka, dan ternyata temen setoko tapi beda kamar.

"Mba, pinjem tekonya dong buat rebus air," ujarnya.

"Tuhhhh ...." Wajahku menunjuk ke teko.

"Allahu Akbar!" Temenku kaget. "Kok bisa kayak gitu sih?"

"Meledak ...," jawabku santai.

"Terus gimana sahurnya?"

"Nih ...." Aku menunjukkan mie remet yang kupegang.

"Ya allah ...." Temenku langsung ngakak.

Nah sama aja kan, aku punya temen emang gak pernah ada yang bener. Demen banget kalau suruh ngetawain temen yang kesusahan.

Tapi aku lebih suka temen yang gila tapi selalu bikin ketawa. Meski kadang harus ngelus dada karena tingkahnya.

end.

Cerita ini diseponsori oleh mie remet.

Popy Novita


Video Pembacaan Puisi "Sekejap"

0 Response to "Menu Sahur"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel