Bahagia Dapat Dicipta Jika Cinta Selalu Terjaga
Bahagia
Kedua mata kukerjapkan. Silau. Menggeliat, melempar selimut, lalu menghampiri perempuan yang sedang mengeringkan rambut dengan handuk. Aku memeluk pinggangnya yang ramping.
"Abang, ih ...," katanya dengan suara manja saat kucium pipi kanannya. Lama.
"Abang ... mandi dulu sana. Bentar lagi subuh."
Tak kuhiraukan. Tanganku masih melingkar. Kami saling pandang dalam pantulan cermin. Hidung mancung, pipi chubby, dan mata agak sipit. Dia istriku.
"Kenapa? Lihatinnya gitu amat?"
"Gitu amat gimana, hm?"
Kucium rambut panjangnya. Harum shampoo menyeruak. Segar.
"Enggak ... Abang ih, geli. Mandi dulu, sana." Tania melepaskan lingkaran tanganku.
"Mandiin."
"Eh?" Kelopak matanya membulat.
"Ho oh."
"Genit. Nih, handuknya. Cepat, mandi! Aku mau bikin nasi goreng dulu. Selesai subuh, kita sarapan."
Kutarik lengannya. " Apalagi, Bang?" Aku terdiam.
Dengan senyum menggoda, pelan Tania mendekatiku. Tangannya mengusap dada, membuat darahku kembali berdesir.
"I love you," desisnya, persis di telingaku. Kemudian mendaratkan bibir di pipi. Gemas aku dibuatnya. Dia tertawa renyah, menghilang dari balik pintu.
Dengan cekatan Tania menata meja. Memberi piring yang sudah terisi nasi, telor dadar, sosis, juga irisan mentimun. Belum sempat aku membuka mulut, dia duduk di paha kananku. Mengambil sendok, lalu menyuapi.
"Hadeeuuh ... kalau kayak gini, Abang jadi malas kerja," kataku. Dia tak menjawab, masih menyuapiku. Aku menarik napas berat. Mengecup punggung Tania.
"Makasih, Sayang. Sudah memilih Abang."
"Iya ... bahagiakan aku, jagain aku, jangan sakiti aku, ya Bang?" Kulihat matanya berkaca-kaca.
"Jangan menangis. Abang berusaha untuk itu."
Tania melingkarkan tangannya di leherku. Kami menghapus jarak.
Bahagia dapat dicipta jika cinta selalu terjaga.
foto - ayobergaul.blogspot.com |
Izha Fiqhel
0 Response to "Bahagia Dapat Dicipta Jika Cinta Selalu Terjaga"
Post a Comment