Kumpulan Puisi Khairul Fikri - (Diary Sajak) Rasa Bersatu Padu dalam Kata Bag. II


Sampaikan Salamku

Ayah...
Jarang sekali aku menulis tentangmu
Jarang sekali aku mencium tanganmu
Kali ini aku ingin memelukmu erat dengan doa
Terimakasihku untuk segala pengorbananmu hingga hembusan nafas terakhir malam tadi

Sampaikan salamku pada Munkar dan Nakir
Kelak aku juga akan ke sana

Sampaikan Salamku
______________________
Dusta Sang Penyair

Selamat pagi Delima,
Hari ini tampak begitu cerah
Mungkin secerah hatimu yang kini tengah berbunga mewarni
Hari ini persis seperti hari di mana kau pergi berpaling dariku
Dengan langkah pasti menuju dia yang lebih menjanjikan
Sekali pun tak menoleh lagi kau ke belakang
Apa kau tak penasaran dengan air mata 2 butir yang jatuh begitu saja tanpa ku sadar
Lalu aku tersenyum karna kau telah tertipu

Katamu aku seorang penyair
Kau tak percaya pada penyair
Mereka penuh dusta untuk mengarang cerita
Mereka hanya berangan dalam mimpi mimpi semu
Katamu kau mulai bosan dengan semua surat cintaku

Delima,
Sepertinya benar penyair penuh dusta
Katamu aku penyair
Aku begitu tegar saat kau tinggalkan
Katamu aku penyair
Aku sedikitpun tak merindukanmu
Katamu aku penyair
Akhirnya aku bisa melupakanmu

Dusta Sang Penyair
Khairul Fikri 😎
______________________
Rinduku

Ibu,
Andai aku bisa merangkai sajak untukmu
Sungguh kan jadi karya terindah sejarah hidupku
Berkali aku mencoba berkali pula aku gagal

Ibu,
Aku tahu kau maklum dengan perasaanku
Kendati tak pernah ku berucap
Kau yang lebih tahu aku
Suara yang kudengar malam tadi harusnya sebagai penawar
Sayang malah semakin meracun menjalar hingga nadi
Kali ini aku benar benar rindu tak terkira Ibu

Salam rindu, sembah sujud ananda untukmu ibu tersayang...😢

Rinduku
Khairul Fikri

______________________
Dilema Gadis Saleha

30 menit aku sudah menunggu sebelum perusahaan tempatku melamar mulai beroperasi. Segala persiapanku begitu matang. Aku sengaja memakai busana terbaik hadiah dari almarhumah bunda. Aku lulusan berprestasi, aku pantas mendapatkan posisi terbaik di perusahaan ini. Terimakasih Dewi, make up yang kau poles membuatku tampak cantik hari ini, aku percaya diri dengan semua yang kupunya.

Aih... Ada teman lama Yuli yang juga akan melamar di sini, tentunya dia bukanlah saingan yang berat untukku. Aku jauh di atasnya, mudah mudahan.
"Nona Khadijah...!!!" Sekarang giliranku. Berpapasan dengan Yuli yang keluar dengan senyum bahagia.
"Bagaimana Yuli...?" 
"Tidak mengecewakan, semoga beruntung ya Khadijah" senyum sembari kepalanya tegak lalu menunduk menghadapku. Barangkali Yuli terkesima dengan gaunku, harum sekali parfum yang dipakainya. Berkasku diperiksa, tak kesulitan aku menjawab segala pertanyaan interview.

***
"Kenapa kau tampak murung Khadijah?"
"Lihat ini...!" Aku menunjukkan beberapa nama yang diterima perusahaan tempat aku melamar. Salah satu nama yang tercantum Yuli Andini teman lama saat SMA, tak ada namaku terselip di antara nama-nama itu.

"Kau harus bersyukur Khadijah, kau selamat dari fitnah dunia"
"Menurutmu aku harus bersyukur karna lamaranku ditolak, sementara Yuli? Yang cara berpakaiannya saja sungguh memalukan, seperti tak punya kehormatan" 
"Kau tau Khadijah, kau tau apa kesalahanmu? Ini, ini, dan ini" Mengayunkan gamis, membelai hijabku yang lebar dan menunjuk kertas berisi syarat-syarat untuk mengajukan lamaran. Pada poin ke 5 tertulis "berpenampilan menarik" Dalam hati aku bergumam.
"Ya Allah, segala puji bagi-Mu. Beri hamba kekuatan dan ketabahan untuk selalu dalam istiqamah"

Dilema Gadis Saleha
______________________
Tawa dan Tangis Sama Merdu

Masih terdengar jelas semua nyanyian perpisahan darimu
Kau lukai kau taburi garam lalu kau siram cuka hati yang sudah sengaja kugores untuk mengukir namamu
Dengan sombongnya kau berucap
Hubungan ini tak kan berhasil tanpa adanya mahar yang mahal harga


Hebat sekali kau mencari kelemahan untuk memenuhi nafsumu
Aku menjadi semakin miskin dan lemah di matamu setelah kau temukan lelaki rupawan dan hartawan
Kau meninggalkanku dengan tawa saat itu
Lalu kini kau kembali dengan tangis...
Oh tidak nona,
Sekalipun hati ini masih ada ukiran namamu, pantang pria menjilat lagi ludahnya sendiri

Maaf, menyesal, ampun...
Tak perlu kau bernyanyi lagi untukku nona
Tawa dan tangismu sama jeleknya di telingaku
Meski rasa masih sama 
Tapi hati berkata kau bukanlah tulang rusukku

Tertawa dengan orang lain lalu kau ingin menangis bersamaku?
Persetan dengan nyanyianmu...!!!

Tawa dan Tangis Sama Merdu
Khairul Fikri


______________________
Gadis Penjaja Koran

Lebat hujan pagi ini
Gadis kecil penjaja koran itu tampak berteduh di emperan toko seberang jalan
Wajahnya sayu memeluk kertas berisi berita yang banyak bumbunya

Kupandangi dari kejauhan tempatku tegak di lantai dua warung
Aku teringat suatu hari tubuh mungilnya tengah duduk di pembatas jalan menunggu hijau berganti merah
Kendaraan mulai berhenti sesuai tanda di lampu lalu lintas
Si gadis dengan topi putih itu beraksi menjajakan dagangannya ke para pengendara
Sampai pada pengendara remaja sekolah dengan pakaian rapi bersih
Gadis ini menundukkan pandangan hingga wajah tertutup bagian depan topi putihnya

Hujan pagi ini begitu derasnya, 
Barang kali langit akan runtuh
Ingin rasa hati menghampiri gadis di seberang sana
Menemaninya menunggu
Membeli semua koran untuk pembersih kaca etalase daganganku
Sayang ku tak punya payung

06.02 wib
April 16. 2018
Gadis Penjaja Koran
Khairul Fikri
______________________

Kirimkan Novel, Puisi, Syair atau karya seni lainnya untuk melengkapi blog kita ini. Mohon Maaf apabila ada tulisan yang kurang berkenan. Jika ada yang keberatan silahkan komplain ke alamat yang tertera. File bisa dikirim ke satukara.com@gmail.com - WA: 085762407942 - FB: khairulfikri.co

0 Response to "Kumpulan Puisi Khairul Fikri - (Diary Sajak) Rasa Bersatu Padu dalam Kata Bag. II"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel