Cerpen Morning-dew tentang Perjalanan Cinta
LOVE YOU ALL MY LIFE
Musim Dingin 2015
Butiran salju di bulan November mengiringi keras suara tangis bayi mungil impiannya. Camilla tak bisa berkata-kata saat Juan menghampirinya, sambil menggendong buah hati mereka.
"Dia cantik seperti ibunya." Juan tersenyum menatap Camilla yang terlihat letih seusai melahirkan dua jam lalu.
"Deal? Kita sudah setuju kan memberinya nama Angel?" Camilla mengingatkan Juan.
"Yes, she like a beautiful angel."
Satu tahun setelah pernikahan Juan dan Camilla, Angel hadir sebagai bukti cinta. Sedalam apa cinta itu hanya Tuhan yang tahu, mereka tak pernah bisa meraba.
Musim Gugur 2016
Camilla menangis dalam pelukan Juan yang terlihat sendu tak bergairah.
"Setidaknya kita harus terlihat bahagia dihadapan Angel. Aku tak ingin anak gadisku bersedih selama hidupnya. Lakukan apa saja yang kau mau. Tapi jangan sampai membuatnya tak bahagia."
"Camilla, maafkan aku. Sungguh aku tak mampu menahan rasa ini. Kau tahu telah kucoba melawan hasrat ini, hingga Angel bisa hadir dalam kehidupan kita."
"Apa kau menyesali pernikahan ini, Juan?"
"No, honey. Tidak sama sekali. Tak ada sesal tentang pernikahan kita. Aku hanya merasa tak mampu lagi bertahan. Sekuat aku berusaha, godaan itu semakin deras menerjang imajinasiku."
"Kau, sungguh tak mampu lagi, Juan?"
"Camilla, maafkan aku."
Senyum baby Angel menghias wajah mungilnya yang lucu. Pada saat sang ayah sibuk berjuang melawan gejolak dalam dirinya. Camilla, hanya bisa terpuruk dengan tangisan pilu yang menghias malam, di salah satu musim gugur di sudut kota.
Musim Dingin 2013
Pagi yang dingin tapi hati Camilla hangat, saat menatap wajah Juan. Salah satu penjaga perpustakaan kota yang selalu membuatnya bersemangat datang ke sana.
"Hai, Camilla, how are you?"
"Hai, Juan, aku baik seperti yang kau lihat."
"Nanti tunggu aku, ya. Aku ingin sedikit berbincang denganmu." Juan mengedipkan matanya, membuat hati Camilla serasa meledak.
Setahun sudah Camilla memendam rasa kagum pada Juan. Pria santun yang selalu hati-hati dalam tingkah laku terhadap semua orang. Mengamatinya membuat semangat hidup Camilla terus bergelora.
Waktu terasa berjalan sangat lambat saat menunggu jam kerja Juan berakhir. Hingga saat tiba, Camilla semakin tak mampu menahan diri untuk terus tersenyum.
"Ah, Camilla, maaf menunggu lama. Mari, aku ingin menunjukkan sebuah sudut yang indah di kota ini."
Langkah mereka berdua ringan seiring udara yang menusuk di musim dingin ini. Juan ternyata mengajak Camilla ke sebuah kafe di sudut kota. Sebuah tempat favorit saat hatinya gundah.
Kini berhadapan mereka saling menatap. Dua cangkir coklat panas mengepulkan asap yang terlihat estetik di musim dingin ini.
"Camilla, ada yang ingin aku sampaikan padamu. Namun, sebelumnya aku minta maaf dulu. Aku tahu kau sering mengamatiku. Maaf, aku pun sering memperhatikanmu. Jadi aku pikir, seandainya aku minta tolong mungkin saja kau mau membantu."
Gadis cantik berambut pirang itu terpana pada kejujuran Juan. Dia sungguh tak menyangka pria itu akan berterus terang di kencan pertama mereka. Camilla berpikir ini adalah sebuah kencan. Namun, sebenarnya Juan punya sebuah misi.
Musim Semi 2014
Berdiri di altar pernikahan, Juan dan Camilla bak raja dan ratu. Semua mata terpesona kecantikan pengantin wanita dengan gaun putih panjangnya.
Sepasang mata tua Nyonya Elissa terus basah menatap Juan, anak tunggalnya, akhirnya menikah. Sebuah harapan yang terus digantung di langit biru siang dan malam dalam doanya. Kini keraguannya pudar. Ternyata Juan tak seperti perkiraannya. Dia laki-laki yang normal.
Sekeping hati Camilla retak dalam bingkai jiwa besarnya. Sebuah janji untuk membantu Juan dipegang erat. Menikahi pria pujaannya demi ibu mertuanya yang sedang sakit. Juan tak mencintainya seperti yang dia rasakan. Pria itu sedang mencoba menolak kenyataan bahwa dia tak pernah bisa mencintai seorang wanita. Menikahi Camilla adalah sebuah perjuangan melawan hasratnya terhadap Joshua, teman kerjanya.
Tuhan mengirim malaikat penolong dalam sosok Camilla. Keinginannya untuk jadi pria normal butuh dukungan seorang wanita berhati super baik. Kini Camilla berdiri di sisi Juan, tanpa seorang pun tahu isi hatinya.
Musim dingin 2015
Bayi mungil yang mirip Juan, lelap dalam pelukan sang ayah. Terlena dengan wajah suci yang indah.
"Bayi tercantik yang pernah aku lihat. Matanya mirip denganmu, Camilla. Luar biasa. Seperti ibunya, ia akan jadi gadis yang baik dan berhati lembut. Kau terlalu baik, Camilla. Maaf aku, tetap belum bisa mencintaimu sebesar harapanmu."
"Juan, aku yakin kau tahu rasanya memiliki raga tapi tak miliki hatimu? Sakit, perih, pedih dan berjuta luka. Namun, aku sudah menepati janji untuk membantumu sekuat hati. Kau pun sudah berjuang melawan rasa tak lazim itu. Hingga kita mampu memiliki Angel. Entah aku beruntung atau tidak, menikahi pria yang kucintai. Kemudian memiliki putri cantik darinya, tapi tak miliki hatinya. Oh, God."
Air mata itu jatuh lagi. Dua manusia yang sama-sama berjuang dengan caranya, belum juga bisa berbagi rasa. Juan hanya menyayangi Camilla tanpa pernah mencintainya. Hatinya tak jua bisa berpaling dari Joshua, pria gagah yang sangat dikagumi.
Musim Panas 2019
Wajah tampan itu terlihat sangat pucat dan tirus. Terkulai tak berdaya dengan tubuh penuh selang. Juan tergolek lemah di sebuah ruang rumah sakit.
Penyakit laknat itu akhirnya menumbangkan hidupnya. Setelah Camilla akhirnya merelakan Juan memilih Joshua sebagai kekasih. Berat bak godam menghantam dadanya. Namun Camilla bertahan.
Wanita baja itu tak menginginkan perceraian. Ia hanya meminta Juan untuk bertahan sebagai orang tua yang baik di hadapan Angel. Dia tak ingin Angel tahu bahwa orang tuanya tak lagi sejalan.
Tiap kali ada di rumah, Camilla melayani Juan dengan baik seperti orang tua yang normal. Dia tahu perselisihan dan pertengkaran akan mempengaruhi perkembangan Angel sebagai seorang anak.
"Camilla? Kau sudah datang?"
Juan membuka mata dengan lemah, dan menemukan wajah Camilla yang sendu di sisi ranjang rumah sakit. Tangannya bergerak menyentuh wajah wanita baik itu.
"Juan, bertahanlah demi Angel. Dia tak tahu apa-apa. Anak kita hanya tahu kau adalah seorang ayah yang sangat baik. Bertahanlah, aku butuh sosok ayah untuknya."
Air mata tak terbendung di wajah pucat Juan. Hatinya tenggelam dalam lautan rasa bersalah. Memperalat Camilla demi sebuah status, membohongi ibunya agar terlihat normal, kini harus bersikap jantan secara pura-pura demi anaknya.
Sungguh Tuhan telah menghukumnya lewat penyakit yang ditularkan Joshua. Sejak Angel lahir, Juan tak lagi hidup bersama Camilla. Namun, setiap hari dia selalu ada untuk Angel. Beribu alasan membuat gadis kecil percaya bahwa ia memiliki orang tua yang sangat baik. Angel tak pernah tahu kepalsuan yang diciptakan orang tuanya. Keluarga harmonis itu hanya semu belaka.
"Camilla, bila aku tak ada apa kau berterus terang pada Angel tentang hubungan kita?"
"Kau tahu, Juan ... tak ada niat sedikitpun membuka tabir ini di hadapannya. Aku telah berjanji padamu untuk membantu. Cinta membuatku bertahan demi sebuah nilai keluarga yamg harmonis. Meski pengorbananku tak juga bisa membuatmu jatuh cinta padaku. Namun, kehadiran Angel adalah sebuah bukti kita pernah menyatu. Meski mungkin waktu itu kau tak sadar. Tak apa."
"Kau seperti malaikat dan aku hanyalah pendosa, Camilla. Bagaimana caraku menebus kesalahan ini. Sedang usiaku mungkin hanya tinggal hitungan hari."
"Berjuang untuk sembuh. Itu saja. Setidaknya Angel tahu bahwa ayahnya bukan orang yang mudah putus asa."
November 2020
Pemakaman Juan telah usai. Semua teman dan saudara beranjak pulang. Tinggal Camilla yang berdiri menggenggam tangan mungil Angel, buah hatinya.
"Mom, aku ingin bicara pada daddy. Apakah ia bisa mendengarnya?"
"Yes, of course. Katakan saja, Honey."
Angel bersimpuh diiringi isak Camilla yang belum juga bisa berhenti.
"Daddy, aku mencintaimu seperti mommy mencintaimu. Seperti daddy mencintai mommy. Bukankah kau bilang kita semua saling mencintai? Aku lupa belum menyampaikan pesanmu kemarin, apa kau memaafkan? Pasti kau maafkan. Aku tahu kau adalah ayah terbaik yang pernah ada."
Angel menatap ibunya, dan berbisik pelan.
"Aku lupa, daddy pernah bilang sampaikan bahwa ia mencintaimu, Mom. Sejak pertama hingga akhir waktunya. Apakah kau mencintainya juga, Mommy?"
Langit mendung serasa runtuh di bahu Camilla, hanya Tuhan yang tahu perasaannya. Namun, demi Angel dia memberi jawaban pasti.
"Mommy selalu mencintainya, Angel. Selalu."
Tegal, 19 Mei 2021
0 Response to "Cerpen Morning-dew tentang Perjalanan Cinta"
Post a Comment