Puisi-Puisi Sajak Senja
Ibu
Karya: Dhany.Tabais
Hari ini aku disadarkan oleh perjuangan sosok wanita yang tangguh.
Betapa kuat dan nekatnya melawan sengsara yang perih tanpa keluh.
Dua puluh tahun yang lalu kau meringis bersibah darah dan cucuran peluh.
Itu semua karena aku dan segala ulahku yang terbalut ego yang penuh.
Ibu, ini aku.
Aku yang pernah melawan segala nasehatmu.
Mengabaikan begitu saja semua perintahmu.
Aku egois tanpa berpikir sejarah masa laluku.
Kasihmu begitu besar dan tulus memaklumiku.
Ibu, ini aku.
Aku yang dulunya sering merengek untuk hal-hal kecil yang harus kau penuhi.
Aku yang sering merepotkan dengan tingķah laku yang tolol.
Kau tabah dengan semua perilaku bodohku yang tak sesuai.
Kau membimbingku dengan penuh kesabaran agar tidak lagi konyol.
Ibu...
Semua budi baikmu itu tak akan pernah mampu aku balas.
Lembut belaian tanganmu mampu menepis gundah yang deras.
Semua nasehatmu langit teduh di tengah hiruk pikuk dunia yang keras.
Segalanya tentangmu selalu terkenang dan terus membekas.
Ibu...
Tanpa kasih sayangmu aku bukan apa-apa.
Tanpa cinta tulusmu aku bukan siapa-siapa.
#Mother_Day
Kupang, 22 Desember 2019
***
Rindu
Lilyana Blossom
Rindu itu tak pernah kering
Meski jelaga pekat berlapis kusam
Rindu itu tak pernah surut
Meski jurang waktu terus menyiksa memisa
Berbatas akal menimpa hening rindu
Rindu itu terus merintih pedih
Meski luka yang tertoreh pedih menganga
Rindu itu terus mengiba
Meski rasa yang entah akan menghilang
Atau semua semu yang akan meminta rindu
***
Berbeda Tapi Bersama
Karya: Dhany.Tabais
Di sana ada kamu,
Di sini juga ada aku.
Iya, kamu dan aku.
Atau aku dan kamu.
Sama-sama berada di sini.
Dan masih tentang ini.
Tentang kita dan rasa.
Tentang kita dan cinta.
Kita adalah sama yang berbeda.
Sisi lain yang pernah aku paksakan sama.
Perbedaan ini ada karena kita nyata.
Dan menjadi fakta sebab kita tak sama.
Mereka mengejek kita yang berbeda.
Kita cukup dengan tersenyum saja.
Karena mereka berbeda tapi tak bersama.
Mereka tak lebih dari sekedar sama saja.
Sebab kita berbeda tapi bersama.
Kupang, 18 Desember 2019
***
Hari Ini Hari Ibu?
Hai, Bu ...
Hari ini hari Ibu
Apa yang harus kuucapkan untukmu?
Apakah aku harus ucapkan selamat?
Aku rindu
Serindu-rindunya
Ha ha ...
Aku bingung, bagaimana cara mengucapkan selamat kepada orang yang telah tiada
Sedang kepergianmu aku lupa tanggal berapa, aku cuma ingat harinya, Jum'at
Bukan melupakanmu
Bukan
Kematian tidak memisahkan ibu dan anak kan, Bu
Bagiku kau akan selalu hidup
Jadi
Jangan salahkan aku sebab tak mengingat kepergianmu
Itu saja
Tunggu aku di sana, Bu
Surgaku
Bidadariku
I love you
Tersenyumlah selalu
Aku tidak menangis
Khairul, 221218
***
Ibuku
Erwyn Amar Fathurrahman
Jarak hanya sebagai pemisah
Waktu hanya jadi penghalang
Namun kasih sayangmu tak akan pernah hilang
Sejauh apapun kau pergi
Kasih sayangmu tak pernah terhenti
Lautan terlalu dangkal untuk mengukur cintamu
Langit terlalu rendah untuk di ibaratkan sebagai kasih sayangmu
Sebesar apapun aku tumbuh
Bagimu
Aku tetaplah bayi kecilmu yang selalu di khawatirkan
Sekuat apapun aku yang kini sudah dewasa
Bagimu aku tetaplah bayi kecilmu yang rapuh dan tak berdaya
Matahari hanya menerangi hari-hariku
Bulan bintang hanya menghiasi malamku
Namun ibu
Dirimu yang selalu menerangi dan menghiasi setiap detiknya dari hidupku
Selamat hari ibu untuk semua yang sedang bersama ibu. Begitu juga dengan yang sedang saling merindu, karena jarak menjadi pemisah dengan sang ibu.
***
Sang wanita tangguh
Riska Andriyani
Wahai wanita tangguhku, aku menyapamu dalam doa di seprtiga malamku, melibatkan namamu dalam perbincanganku dengan Tuhan,
Mengingat perjuanganmu yang begitu berat, terimakasih selalu memberi cinta dan kasih sayang kepadaku,
Terimakasih Tuhan kau telah memberikan anugrah terindah dengan mengirimkan wanita yang sangat tangguh,
Seyumannya bagaikan surga,
Doamu selalu mengiringi langkahku,
Maaf diri ini belum bisa membalas kebaikanmu,
Wanita tangguhku kau adalah kebahagiaan,
Kau hidupku,
kau surgaku,
Sampai kapanpun tak ada yang bisa menggantikanmu,
kau tak ada duanya.
kau selamanya,
Kasih sayangmu tak bisa di utarakan ataupun di gambarkan hanya bisa di rasakan,
Perjuangan, taruhan nyawa hanya untukku anakmu.
Kau melawan semesta hanya untukku anakmu,
Aku bangga menjadi anakmu.
Terlahir dari rahim wanita yang sangat tangguh,
Semoga aku di beri kesempatan untuk membalas semuanya,
[22 Desember 2019]
^bogor di penuhi wanita-wanita tangguh^
#selamatHariIbu
***
Teruntuk diriku sendiri, bangkitlah.
Jadilah kuat meski banyak luka yang kamu dapati.
Ingat, selalu ada pelangi setelah hujan.
Selalu ada bahagia setelah tangisan.
Untuk diriku, jangan lemah seperti ini.
Jangan membuat dia tertawa akan kehancuranmu.
Jangan membuat dia merasa menang karna telah menyakitimu.
Bangkitlah.
Dia bukan segalanya.
Dia bukan bahagiamu.
Untuk diriku, mengertilah.
Dia sudah memilih hilang dan lenyap.
Dia tidak memperdulikanmu lagi.
Dia tidak pernah mencintaimu.
Dia hanya kasihan kepadamu.
Untuk diriku, mengapa begitu keras kepala mencintainya?.
Dia yang bahkan tak pernah menginginkan kehadiranmu.
Dia yang hanya menjadikanmu permainin.
Dia yang hanya menjadikanmu pelampiasan.
Untuk diriku, tak usahlah mengenang dia lagi.
Tak usahlah mengharapkan dia kembali.
Dia sudah bahagia tanpamu.
Ingat diriku, hatinya bukan untukmu.
Janjinya hanya kata penenang.
Untuk diriku, kasihanilah ragamu.
Ia lelah bermandikan darah.
Ia lelah bermandikan air mata.
untuk dirikuu, Istirahatlah:')
Sumbawa, 22/12/19
Gia Putri
Karya: Dhany.Tabais
Hari ini aku disadarkan oleh perjuangan sosok wanita yang tangguh.
Betapa kuat dan nekatnya melawan sengsara yang perih tanpa keluh.
Dua puluh tahun yang lalu kau meringis bersibah darah dan cucuran peluh.
Itu semua karena aku dan segala ulahku yang terbalut ego yang penuh.
Ibu, ini aku.
Aku yang pernah melawan segala nasehatmu.
Mengabaikan begitu saja semua perintahmu.
Aku egois tanpa berpikir sejarah masa laluku.
Kasihmu begitu besar dan tulus memaklumiku.
Ibu, ini aku.
Aku yang dulunya sering merengek untuk hal-hal kecil yang harus kau penuhi.
Aku yang sering merepotkan dengan tingķah laku yang tolol.
Kau tabah dengan semua perilaku bodohku yang tak sesuai.
Kau membimbingku dengan penuh kesabaran agar tidak lagi konyol.
Ibu...
Semua budi baikmu itu tak akan pernah mampu aku balas.
Lembut belaian tanganmu mampu menepis gundah yang deras.
Semua nasehatmu langit teduh di tengah hiruk pikuk dunia yang keras.
Segalanya tentangmu selalu terkenang dan terus membekas.
Ibu...
Tanpa kasih sayangmu aku bukan apa-apa.
Tanpa cinta tulusmu aku bukan siapa-siapa.
#Mother_Day
Kupang, 22 Desember 2019
***
Rindu
Lilyana Blossom
Rindu itu tak pernah kering
Meski jelaga pekat berlapis kusam
Rindu itu tak pernah surut
Meski jurang waktu terus menyiksa memisa
Berbatas akal menimpa hening rindu
Rindu itu terus merintih pedih
Meski luka yang tertoreh pedih menganga
Rindu itu terus mengiba
Meski rasa yang entah akan menghilang
Atau semua semu yang akan meminta rindu
***
Berbeda Tapi Bersama
Karya: Dhany.Tabais
Di sana ada kamu,
Di sini juga ada aku.
Iya, kamu dan aku.
Atau aku dan kamu.
Sama-sama berada di sini.
Dan masih tentang ini.
Tentang kita dan rasa.
Tentang kita dan cinta.
Kita adalah sama yang berbeda.
Sisi lain yang pernah aku paksakan sama.
Perbedaan ini ada karena kita nyata.
Dan menjadi fakta sebab kita tak sama.
Mereka mengejek kita yang berbeda.
Kita cukup dengan tersenyum saja.
Karena mereka berbeda tapi tak bersama.
Mereka tak lebih dari sekedar sama saja.
Sebab kita berbeda tapi bersama.
Kupang, 18 Desember 2019
***
Hari Ini Hari Ibu?
Hai, Bu ...
Hari ini hari Ibu
Apa yang harus kuucapkan untukmu?
Apakah aku harus ucapkan selamat?
Aku rindu
Serindu-rindunya
Ha ha ...
Aku bingung, bagaimana cara mengucapkan selamat kepada orang yang telah tiada
Sedang kepergianmu aku lupa tanggal berapa, aku cuma ingat harinya, Jum'at
Bukan melupakanmu
Bukan
Kematian tidak memisahkan ibu dan anak kan, Bu
Bagiku kau akan selalu hidup
Jadi
Jangan salahkan aku sebab tak mengingat kepergianmu
Itu saja
Tunggu aku di sana, Bu
Surgaku
Bidadariku
I love you
Tersenyumlah selalu
Aku tidak menangis
Khairul, 221218
***
Ibuku
Erwyn Amar Fathurrahman
Jarak hanya sebagai pemisah
Waktu hanya jadi penghalang
Namun kasih sayangmu tak akan pernah hilang
Sejauh apapun kau pergi
Kasih sayangmu tak pernah terhenti
Lautan terlalu dangkal untuk mengukur cintamu
Langit terlalu rendah untuk di ibaratkan sebagai kasih sayangmu
Sebesar apapun aku tumbuh
Bagimu
Aku tetaplah bayi kecilmu yang selalu di khawatirkan
Sekuat apapun aku yang kini sudah dewasa
Bagimu aku tetaplah bayi kecilmu yang rapuh dan tak berdaya
Matahari hanya menerangi hari-hariku
Bulan bintang hanya menghiasi malamku
Namun ibu
Dirimu yang selalu menerangi dan menghiasi setiap detiknya dari hidupku
Selamat hari ibu untuk semua yang sedang bersama ibu. Begitu juga dengan yang sedang saling merindu, karena jarak menjadi pemisah dengan sang ibu.
***
Sang wanita tangguh
Riska Andriyani
Wahai wanita tangguhku, aku menyapamu dalam doa di seprtiga malamku, melibatkan namamu dalam perbincanganku dengan Tuhan,
Mengingat perjuanganmu yang begitu berat, terimakasih selalu memberi cinta dan kasih sayang kepadaku,
Terimakasih Tuhan kau telah memberikan anugrah terindah dengan mengirimkan wanita yang sangat tangguh,
Seyumannya bagaikan surga,
Doamu selalu mengiringi langkahku,
Maaf diri ini belum bisa membalas kebaikanmu,
Wanita tangguhku kau adalah kebahagiaan,
Kau hidupku,
kau surgaku,
Sampai kapanpun tak ada yang bisa menggantikanmu,
kau tak ada duanya.
kau selamanya,
Kasih sayangmu tak bisa di utarakan ataupun di gambarkan hanya bisa di rasakan,
Perjuangan, taruhan nyawa hanya untukku anakmu.
Kau melawan semesta hanya untukku anakmu,
Aku bangga menjadi anakmu.
Terlahir dari rahim wanita yang sangat tangguh,
Semoga aku di beri kesempatan untuk membalas semuanya,
[22 Desember 2019]
^bogor di penuhi wanita-wanita tangguh^
#selamatHariIbu
***
Teruntuk diriku sendiri, bangkitlah.
Jadilah kuat meski banyak luka yang kamu dapati.
Ingat, selalu ada pelangi setelah hujan.
Selalu ada bahagia setelah tangisan.
Untuk diriku, jangan lemah seperti ini.
Jangan membuat dia tertawa akan kehancuranmu.
Jangan membuat dia merasa menang karna telah menyakitimu.
Bangkitlah.
Dia bukan segalanya.
Dia bukan bahagiamu.
Untuk diriku, mengertilah.
Dia sudah memilih hilang dan lenyap.
Dia tidak memperdulikanmu lagi.
Dia tidak pernah mencintaimu.
Dia hanya kasihan kepadamu.
Untuk diriku, mengapa begitu keras kepala mencintainya?.
Dia yang bahkan tak pernah menginginkan kehadiranmu.
Dia yang hanya menjadikanmu permainin.
Dia yang hanya menjadikanmu pelampiasan.
Untuk diriku, tak usahlah mengenang dia lagi.
Tak usahlah mengharapkan dia kembali.
Dia sudah bahagia tanpamu.
Ingat diriku, hatinya bukan untukmu.
Janjinya hanya kata penenang.
Untuk diriku, kasihanilah ragamu.
Ia lelah bermandikan darah.
Ia lelah bermandikan air mata.
untuk dirikuu, Istirahatlah:')
Sumbawa, 22/12/19
Gia Putri
***
- S E M U -
Gia Putri
Pagi berganti malam.
Tawa berganti tangis.
Suka berganti duka.
Detik demi detik terlewati dengan percuma.
Sudah tak ada artinya bagi raga yang tak lagi memiliki gairah.
Hidupnya hancur tatkala kalimat itu terucap.
Kalimat yang mematahkan hatinya dalam seperkian detik.
Kalimat yang menjatuhkannya kedalam jurang paling dalam.
Hatinya retak.
Ia berdarah-darah akibat luka yang ditorehkan sang kekasih hati.
Matanya bengkak kala air mata jatuh bercucuran tanpa henti.
Bibirnya terkatup rapat, ia hanya mampu terdiam membisu.
Hatinya sakit.
Sang kekasih hati malah mengkhianati.
Tanpa hati ia berikan surat undangan.
Ia katakan akan meminang wanita pujaannya.
Remuk sudah hatinya.
Hancur sudah harapannya.
Ia terus menerus menyalahkan takdir.
Air matanya mengalir tanpa henti.
Tubuhnya lelah, batinnya tersiksa.
Sang kekasih hati akan bersanding dipelaminan dan merusak segala mimpi yang telah dibuat dengan sedemikian rupa.
Nyatanya harapannya hanyalah harapan semu.
Sang kekasih hati sungguh tak punya hati.
Sumbawa, 23/12/19
***
Kenangan dan Hujan
Zein M
Kita pernah menanti waktu tuk bertemu
Disela sela mendung dalam senja
Tersirat rindu yang menggebu
Mengharap asa kita tuk berjumpa
Jarum jam tanganku terus berputar
Ku coba melihat langit senja
Yang masih berselimutkan awan pekat
Pertanda hujan di balik mendungnya langit senja
Hati ini terus bergemuruh
Tatkala rindumu memanggil jiwaku
Kau mengharap aku secepat kilat
Segera datang tuk menemui mu
Setitik demi titik hujan
Mulai merintik deras dari awan mendung
Yang bergayut pada langit senja
Seketika itu hatiku terasa pilu menahan rindu
Dengan hati yang sedikit bermuram durja
Ku ketik sebuah pesan yang akan ku kirimkan padamu
Kekasihku maafkan aku
Senja ini aku tak mungkin datang padamu
Ku harap air mata kerinduanmu jangan jatuh
Seperti hujan yang membungkam senja
Anggap saja ini satu kenangan rindu kita
Di balik hujan yang menghalangi
Mimpi mimpi kita tuk saling melepas rindu
Di ujung senja yang kau tunggu tungu
***
PILIHANKU - Veradina Rahmawati
Aku menatapmu
Dalam bingkai empat persegi
Terdiam dalam ramai gelak riangmu
Candamu lepas tawamu bebas
Seolah lupa, aku pernah ada
Atau aku saja yang salah menduga?
Pikiranku melayang
Mengingat kenangan indah bersamamu
Canda dan tawa itu ....
Pernah jadi milik kita
Atau aku sendiri yang merasa?
Tertunduk aku
Masih di dalam bingkai empat persegi
Bermonolog ingatkan hati
Tak ada yang salah darimu
Aku yang memilih
Menyerahkan diri untuk disakiti
Aku tahu ....
Sayapmu terlalu kuat untuk kugenggam
Terbangmu cepat, melesat bagai anak panah
Sekejap menghilang
Sisakan jejak kerinduan
Terbanglah wahai Rajawali
Tinggalkan aku di tempat semula
Jika kau lelah, kembalilah
Aku masih di sini
Dengan hati yang sama
Tak berubah
Walau pernah patah
Tapi waktu 'kan mengobati
Yakinlah ... aku baik-baik saja
- Samarinda, 20 April 2019 –
- S E M U -
Gia Putri
Pagi berganti malam.
Tawa berganti tangis.
Suka berganti duka.
Detik demi detik terlewati dengan percuma.
Sudah tak ada artinya bagi raga yang tak lagi memiliki gairah.
Hidupnya hancur tatkala kalimat itu terucap.
Kalimat yang mematahkan hatinya dalam seperkian detik.
Kalimat yang menjatuhkannya kedalam jurang paling dalam.
Hatinya retak.
Ia berdarah-darah akibat luka yang ditorehkan sang kekasih hati.
Matanya bengkak kala air mata jatuh bercucuran tanpa henti.
Bibirnya terkatup rapat, ia hanya mampu terdiam membisu.
Hatinya sakit.
Sang kekasih hati malah mengkhianati.
Tanpa hati ia berikan surat undangan.
Ia katakan akan meminang wanita pujaannya.
Remuk sudah hatinya.
Hancur sudah harapannya.
Ia terus menerus menyalahkan takdir.
Air matanya mengalir tanpa henti.
Tubuhnya lelah, batinnya tersiksa.
Sang kekasih hati akan bersanding dipelaminan dan merusak segala mimpi yang telah dibuat dengan sedemikian rupa.
Nyatanya harapannya hanyalah harapan semu.
Sang kekasih hati sungguh tak punya hati.
Sumbawa, 23/12/19
***
Kenangan dan Hujan
Zein M
Kita pernah menanti waktu tuk bertemu
Disela sela mendung dalam senja
Tersirat rindu yang menggebu
Mengharap asa kita tuk berjumpa
Jarum jam tanganku terus berputar
Ku coba melihat langit senja
Yang masih berselimutkan awan pekat
Pertanda hujan di balik mendungnya langit senja
Hati ini terus bergemuruh
Tatkala rindumu memanggil jiwaku
Kau mengharap aku secepat kilat
Segera datang tuk menemui mu
Setitik demi titik hujan
Mulai merintik deras dari awan mendung
Yang bergayut pada langit senja
Seketika itu hatiku terasa pilu menahan rindu
Dengan hati yang sedikit bermuram durja
Ku ketik sebuah pesan yang akan ku kirimkan padamu
Kekasihku maafkan aku
Senja ini aku tak mungkin datang padamu
Ku harap air mata kerinduanmu jangan jatuh
Seperti hujan yang membungkam senja
Anggap saja ini satu kenangan rindu kita
Di balik hujan yang menghalangi
Mimpi mimpi kita tuk saling melepas rindu
Di ujung senja yang kau tunggu tungu
***
PILIHANKU - Veradina Rahmawati
Aku menatapmu
Dalam bingkai empat persegi
Terdiam dalam ramai gelak riangmu
Candamu lepas tawamu bebas
Seolah lupa, aku pernah ada
Atau aku saja yang salah menduga?
Pikiranku melayang
Mengingat kenangan indah bersamamu
Canda dan tawa itu ....
Pernah jadi milik kita
Atau aku sendiri yang merasa?
Tertunduk aku
Masih di dalam bingkai empat persegi
Bermonolog ingatkan hati
Tak ada yang salah darimu
Aku yang memilih
Menyerahkan diri untuk disakiti
Aku tahu ....
Sayapmu terlalu kuat untuk kugenggam
Terbangmu cepat, melesat bagai anak panah
Sekejap menghilang
Sisakan jejak kerinduan
Terbanglah wahai Rajawali
Tinggalkan aku di tempat semula
Jika kau lelah, kembalilah
Aku masih di sini
Dengan hati yang sama
Tak berubah
Walau pernah patah
Tapi waktu 'kan mengobati
Yakinlah ... aku baik-baik saja
- Samarinda, 20 April 2019 –
KUKEMBALIKAN ALIRAN
(untuk lentera)
(untuk lentera)
Kulihat berbelok-belok
Panjang aliran kini bercabang dua
Larut batu terkikis terseok
Hilang perlahan tidak terduga
Panjang aliran kini bercabang dua
Larut batu terkikis terseok
Hilang perlahan tidak terduga
Kita adalah sepasang kaki dari badan yang berbeda
Langkah sama berlari, jatuh sebab lepas tali sepatu
Langkah sama berlari, jatuh sebab lepas tali sepatu
Kita adalah sebongkah batu dari kerikil hancur berlumut
Terlihat indah kehijauan tapi licin menjatuhkan
Terlihat indah kehijauan tapi licin menjatuhkan
Kakiku patah
Tak lagi mampu menemani aliran berbatu-batu
Dengan tangan kuubah aliran
Kupindahkan batu pada sisi yang sama
Tak lagi mampu menemani aliran berbatu-batu
Dengan tangan kuubah aliran
Kupindahkan batu pada sisi yang sama
Biar riak tetap berteriak
Aliran tetap dengan arusnya
Kita biar hidup dengan kenangannya
Kita biar hidup dengan dosa terpatahkan
Aliran tetap dengan arusnya
Kita biar hidup dengan kenangannya
Kita biar hidup dengan dosa terpatahkan
"Mari kugandeng sejenak tanganmu, kemudian angkat dan lambaikan padaku, lalu pergi."
Aku bahagia
Ge
Pkc, des'19
Pkc, des'19
Ganesh Sya
***
0 Response to "Puisi-Puisi Sajak Senja"
Post a Comment