Musikalisasi Puisi-Puisi Wiji Thukul
Catatan Malam
Oleh: Wiji Thukul
anjing nyalak
lampuku padam
aku nelentang
sendirian
kepala di bantal
pikiran menerawang
membayang pernikahan
(pacarku buruh harganya tak lebih dua ratus rupiah per jam)
kukibaskan pikiran tadi dalam gelap makin pekat
aku ini penyair miskin
tapi kekasihku cinta
cinta menuntun kami ke masa depan
solo-kalangan, 23 februari 88
***
Oleh: Wiji Thukul
bapak tua
kulitnya coklat dibakar matahari kota
jidatnya berlipat-lipat seperti sobekan luka
pipinya gosong disapu angin panas
tenaganya dikuras
di jalan raya siang tadi
sekarang bapak mendengkur
dan ketika bayangan esok pagi datang
di dalam kepalaku
bis tingkat itu tiba-tiba berubah
jadi ikan kakap raksasa
becak-becak jadi ikan teri
yang tak berdaya
Solo, Juni 1987
***
Monumen Bambu Runcing
Oleh: Wiji Thukul
monumen bambu runcing
di tengah kota
menuding dan berteriak merdeka
di kakinya tak jemu juga
pedagang kaki lima berderet-deret
walau berulang-ulang
dihalau petugas ketertiban
Semarang, 1 Maret 1986
***
Suara dari Rumah-rumah Miring
Oleh: Wiji Thukul
di sini kamu bisa menikmati cicit tikus
di dalam rumah miring ini
kami mencium selokan dan sampan
bagi kami setiap hari adalah kebisingan
di sini kami berdesak-desakan dan berkeringat
bersama tumpukan gombal-gombal
dan piring-piring
di sini kami bersetubuh dan melahirkan anak-anak kami di dalam rumah miring ini
kami melihat matahari menyelinap
dari atap ke atap
meloncati selokan
seperti pencuri
radio dari segenap penjuru
tak henti-hentinya membujuk kami
merampas waktu kami dengan tawaran-tawaran
sandiwara obat-obatan
dan berita-berita yang meragukan
kami bermimpi punya rumah untuk anak-anak
tapi bersama hari-hari pengap yang menggelinding
kami harus angkat kaki
karena kami adalah gelandangan
Solo, Oktober 1987
***
Oleh: Wiji Thukul
ibu pernah mengusirku minggat dari rumah
tetapi menangis ketika aku susah
ibu tak bisa memejamkan mata
bila adikku tak bisa tidur karena lapar
ibu akan marah besar
bila kami merebut jatah makan
yang bukan hak kami
ibuku memberi pelajaran keadilan
dengan kasih sayang
ketabahan ibuku
mengubah rasa sayur murah
jadi sedap
ibu menangis ketika aku mendapat susah
ibu menangis ketika aku bahagia
ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda
ibu menangis ketika adikku keluar penjara
ibu adalah hati yang rela menerima
selalu disakiti oleh anak-anaknya
penuh maaf dan ampun
kasih sayang ibu
adalah kilau sinar kegaiban tuhan
membangkitkan haru insan
dengan kebajikan
ibu mengenalkan aku kepada tuhan
Solo, 1986
***
Catatan 88
Oleh: Wiji Thukul
saban malam
dendam dipendam
protes diam-diam
dibungkus gurauan
saban malam
menyanyi menyabarkan diri
bau tembakau dan keringat di badan
campur aduk dengan kegelisahan
saban malam
mencoba bertahan menghadapi kebosanan
menegakkan diri dengan harapan-harapan
dan senyum rawan
saban malam
rencana-rencana menumpuk jadi kuburan
solo-sorogenen, 1 september 88
***
Oleh: Wiji Thukul
bagong namanya
tantanglah berkelahi
kepalamu pasti dikepruk batu
bawalah whisky
bahumu pasti ditepuk-tepuk gembira
ajaklah omong
tapi jangan khotbah
ia akan kentut
bagong namanya
malam begadang
subuh tidur bangun siang
sore parkir untuk makan
awas jangan ngebut di depan matanya
engkau bisa dipukuli
lalu ditinggal pergi
ya, ya.. bagong namanya
pemilu kemarin besar jasanya
bagong ya bangong
tapi bagong sudah mati
pada suatu pagi
mayatnya ditemukan orang
di tepi rel kereta api
setahun yang lalu
ya, ya.. setahun yang lalu
***
Kirimkan Novel, Puisi, Syair atau karya seni lainnya untuk melengkapi blog kita ini. Mohon Maaf apabila ada tulisan yang kurang berkenan. Jika ada yang keberatan silahkan komplain ke alamat yang tertera. File bisa dikirim ke satukara.com@gmail.com - WA: 081292277880 - FB: khairulfikri.co
0 Response to "Musikalisasi Puisi-Puisi Wiji Thukul"
Post a Comment