Full Album dan Lirik Lagu Iwan Fals - BELUM ADA JUDUL (1992)
Album ini menjadi salah satu masterpiece dari Iwan Fals, karena proses rekamannya secara live tanpa di edit. Dan Iwan hanya bernyanyi pakai gitar dan Harmonika yang dimainkan sendiri, tanpa musik pengiring tanpa backing vokal. Hits dalam album ini adalah ‘Belum Ada Judul’, lagu yang sederhana namun dalam maknanya. Kesederhanaan Iwan disini tetap menjadi jaminan nilai jual. Dibawah bendera Harpa records, album Iwan tampil dengan polos yang menunjukkan inilah sesungguhnya seorang Iwan Fals.
Lagu-lagunya ‘Belum Ada Judul’, ‘Besar Dan Kecil’, ‘Iya Atau Tidak’, ‘Mereka Ada Dijalan’, ‘Potret’, ‘Di Mata Air Tidak Ada Air Mata’, ‘Ikrar’, ‘Aku Disini’, ‘Mencetak Sawah’, ‘Panggilan Dari Gunung’, ‘Coretan Dinding’.
Belum Ada Judul
Pernah kita sama sama susah
Terperangkap didingin malam
Terjerumus dalam lubang jalanan
Digilas kaki sang waktu yang sombong
Terjerat mimpi yang indah lelap
Pernah kita sama-sama rasakan
Panasnya mentari hanguskan hati
Sampai saat kita nyaris tak percaya
Bahwa roda nasib memang berputar
Sahabat masing ingatkah kau
Reff:
Sementara hari terus berganti
Engkau pergi dengan dendam membara di hati
Cukup lama aku jalan sendiri
Tanpa teman yang sanggup mengerti
Hingga saat kita jumpa hari ini
Tajamnya matamu tikam jiwaku
Kau tampar bangkitkan aku sobat
Besar Dan Kecil
Kau seperti bus kota atau truk gandengan
Mentang-mentang paling besar klakson sembarangan
Aku seperti bemo atau sandal japit
Tubuhku kecil mungil biasa terjepit
Pada siapa ku mengadu
Pada siapa ku bertanya
Kau seperti buaya atau dinosaurus
Mentang-mentang menakutkan makan sembarangan
Aku seperti cicak atau kadal buntung
Tubuhku kecil mrengil sulit dapat untung
Pada siapa ku mengadu
Pada siapa ku bertanya
Mengapa besar selalu menang
Bebas berbuat sewenang-wenang
Mengapa kecil selalu tersingkir
Harus mengalah dan menyingkir
Apa bedanya besar dan kecil
Semua itu hanya sebutan
Ya.. walau di dalam kehidupan
Kenyataannya harus ada besar dan kecil
Iya Atau Tidak
Bicaralah nona, jangan membisu
Walau s'patah kata tentu kudengar
Tambah senyum sedikit apa sih susahnya
Malah semakin manis semanis tebu
Engkau tau isi hatiku
Semuanya sudah aku katakan
Ganti kamu jawab tanyaku
Ya atau tidak itu saja
Bila hanya diam aku tak tahu
Batu juga diam, kamu kan bukan batu
Aku tak cinta pada batu
Yang aku cinta hanya kamu
Jawab nona dengan bibirmu
Ya atau tidak itu saja
Tak aku pungkiri aku suka wanita
Sebab aku laki-laki masa suka pria
Kau kuraslah isi dadaku
Aku yakin ada kamu di situ
Jangan diam bicaralah
Ya atau tidak itu saja
Mereka Ada Dijalan
Pukul 3 sore hari
Di jalan yang belum jadi
Aku melihat anak-anak kecil
Telanjang dada telanjang kaki
Asik mengejar bola
Kuhampiri kudekati
Lalu duduk di tanah yang lebih tinggi
Agar lebih jelas lihat dan rasakan
Semangat mereka keringat mereka
Dalam memenangkan pernainan
Ramang kecil, Kadir kecil menggiring bola di jalanan
Ruli kecil, Ricky lika-liku jebolkan gawang
Tiang gawang puing-puing
Sisa bangunan yang tergusur
Tanah lapang hanya tinggal cerita
Yang nampak mata hanya para pembual saja
Anak kota tak mampu beli sepatu
Anak kota tak punya tanah lapang
Sepak bola menjadi barang yang mahal
Milik mereka yang punya uang saja
Dan sementara kita di sini
Di jalan ini
Bola kaki dari plastik
Ditendang mampir ke langit
Pecahlah sudah kaca jendela hati
Sebab terkena bola tentu bukan salah mereka
Roni kecil, Heri kecil, gaya samba sodorkan bola
Nobon kecil, Juki kecil, jegal lawan amankan gawang
Cipto kecil, Suwadi kecil, tak tik tuk tak terinjak paku
Yudo kecil, Paslah kecil, terkam bola jatuh menangis
Potret
Melihat anak-anak kecil berlari-larian
Di perempatan jalan kota-kota besar
Mengejar hari yang belum dimengerti
Sambil bernyanyi riang menyambut resiko
Melihat anak-anak sekolah berkelahi
Di pusat keramaian kota-kota besar
Karena apa tak ada yang mengetahui
Sementara darah yang keluar bertambah banyak
Melihat anak-anak muda di ujung gang
Berkelompok tak ada yang dikerjakan
Selain mengeluh dan memanjakan diri
Hari esok bagaimana besok
Mendengar orang-orang pandai berdiskusi
Tentang kesempatan yang semakin sempit
Tentang kemunafikkan yang kian membelit
Tetapi tetap saja tinggal omongan
Merasa birokrat bersilat lidah
S'perti tukang obat di jalanan
Mencoba meyakinkan rakyat
Bahwa di sini seperti di surga
Tak adakah jalan keluar?
Di Mata Air Tidak Ada Air Mata
Memetik gitar dan bernyanyi
Pada waktu tak bertepi
Di atas langit di bawah tanah
Di hembus angin terseret arus
Untuk saudara tercinta
Untuk Jiwa yang terluka
Tengah lagu suaraku hilang
Sebab hari semakin bising
Hanya bunyi peluru di udara
Gantikan denting gitarku
Mengoyak paksa nurani
Jauhkan jarak pandangku
Bibirku bergerak tetap nyanyikan cinta
Walau aku tahu tak terdengar
Jariku menari tetap takkan berhenti
Sampai wajah tak murung lagi
Amarah sempat dalam dada
Namun akalku menerkam
Kubernyanyi di matahari
Kupetik gitar di rembulan
Di balik bening mata air
Tak pernah ada air mata
Ikrar
Meniti hari meniti waktu
Membelah langit belah samudera
Ikhlaslah sayang ku kirim kembang
Tunggu aku tunggu aku
Rinduku dalam semakin dalam
Perjalanan pasti kan sampai
Penantianmu smangat hidupku
Kau cintaku kau bintangku
Doakanlah sayang
Harapkanlah manis
Suamimu segera kembali
Doakanlah sayang
Harapkanlah manis
Suamimu suami yang baik
Kutitipkan semua yang ku tinggalkan
Kau jagalah semua yang mesti kau jaga
Permataku aku percaya padamu
Permataku aku percaya padamu
Aku Disini
Mengantuk perempuan setengah baya
Di bak terbuka mobil sayuran
Jam tiga pagi itu tangannya terangkat
Saat sorot lampu mobilku menyilaukan matanya
Aku ingat ibuku, aku ingat istri dan anak perempuanku
Separo jalan menuju rumah saat lampu menyala merah
Di depan terminal bis kota yang masih sepi
Aku melihat seorang pelacur tertidur mungkin letih atau mabuk
Aku ingat ibuku, aku ingat istri dan anak perempuanku
Di bawah temaram sinar merkuri
Bocah telanjang dada bermail bola
Oh pagi yang gelap kau sudutkan aku
Suara kaset dalam mobil aku matikan
Jendela kubuka angin pagi dan nyanyian sekelompok anak muda mengusik ingatanku
Aku ingat mimpiku, aku ingat harapan yang semakin hari semakin panjang tak berujung
Perempuan setengah baya pelacur yang tertidur
Bocah-bocah bermain bola anak muda yang bernyanyi
Sebentar lagi ayam jantan kabarkan pagi
Hari-harimu menagih janji
Aku di sini ya.. aku di sini
Ingat ibuku, istri dan anak-anakku
Mencetak Sawah
Kubaca koran pagi sambil ngopi
Ada kabar menarik hati
Konglomerat akan mencetak sawah
Di atas tanah milik siapa
Aku jadi berfikir
Untuk apa berupaya membuat sawah
Sebab tanah ini tak lagi berkah
Tak lagi ... ramah
Semua kan sia-sia
Karena kami tak lagi makan nasi
Dari bumi pertiwi ini
Dari keringat pak tani
Tanah-tanah suburmu sudah menjadi ranjang industri
Menjadi ayunan ambisi-ambisi
Demi gengsi demi aksi
Untuk apa sawah-sawah
Pak taniku sudah pergi
Menjadi pejalan kaki
Yang ... sepi
Panggilan Dari Gunung
Panggilan dari gunung
Turun ke lembah-lembah
Kenapa nadamu murung
Langkah kaki gelisah
Matamu separuh katup
Lihat kolam seperti danau
Kau bawa persoalan
Cerita duka melulu
Disini menunggu
Cerita yang lain
Berapa lama diam
Cermin katakan bangkit
Pohon-pohon terkurung
Kura-kura terbius
Coretan Dinding
Coretan dinding membuat resah
Resah hati pencoret
Mungkin ingin tampil
Tapi lebih resah pembaca coretannya
Sebab coretan dinding
Adalah pemberontakan kucing hitam
Yang terpojok ditiap tempat sampah, ditiap kota
Cakarnya siap dengan kuku kuku tajam
Matanya menyala mengawasi gerak musuhnya
Musuhnya adalah penindas
Yang menganggap remeh coretan dinding kota
Coretan dinding terpojok di tempat sampah
Kucing hitam dan penindas sama sama resah
0 Response to "Full Album dan Lirik Lagu Iwan Fals - BELUM ADA JUDUL (1992)"
Post a Comment