Kini Aku Hanya Perlu Menunggu

JARAK-HARAPAN-HUJAN

Di bawah langit yang sama dengan pijakan berbeda, aku menjelajah setiap ruang yang ada. Rindu, tangis haru, takut, kalut, khawatir, getir, tawa, juga apa-apa yang seluruhnya tentang kita.

Serupa bunga yang kuncup, lalu mekar dan layu. Namun selalu kembali dengan wajah baru. Begitulah rasaku padamu, tak pernah usai meski waktu berlalu.

Jarak yang membentang, tak menjadi tolak ukur sayang.

Rindu yang tersampaikan hanya lewat aksara dan kata, tak lantas menjadi sia-sia.

Di sini, di hatiku memang sudah ada banyak belukar, tapi untuk sebuah harapan aku sanggup bersabar.

Jika pun kisah kita tak sejalan, setidaknya kita pernah sama-sama memperjuangkan. Meminta pada Tuhan, juga mencari cara agar bisa beriringan.

Hujan yang datangnya sesuka hati, lalu pergi tanpa permisi. Seakan memberitahu,  jika rencana Tuhan indahnya selalu.

Kini, aku hanya perlu menunggu, sambil menikmati setiap degup yang  memburu atau membiru.

Tak perlu kamu tanyakan tentang hatiku

, sebab sudah ada kamu di situ.
Kutempatkan di ruang paling aman, yang seorangpun tak akan mampu memindahkan. Kecuali Tuhan, yang kuharap tak tega melakukan.

Bivisa

0 Response to "Kini Aku Hanya Perlu Menunggu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel