5 Kumpulan Puisi Chairil Anwar yang Melegenda
Bagi para pecinta puisi pasti sudah tidak asing lagi dengan nama Chairil Anwar. Penyair yang lahir di Medan telah menulis puluhan puisi yang abadi dan masih eksis digandrungi banyak orang sampai sekarang.
Kumpulan puisi Chairil Anwar selalu mengajak kita mengerti tentang masa lalu hingga membuat penasaran tentang apa yang diceritakan pada puisinya. Agar bisa tahu dan tidak penasaran dengan Kumpulan Puisi Chairil Anwar, yuk kita baca 5 puisi beliau disini.
Umur Chairil Anwar memang tak sampai lama, beliau hanya hidup 26 tahun. Namun keinginannya untuk hidup selamanya sepertinya akan selalu terlaksana dengan melalui karya-karyanya yang kekal abadi hingga sekarang, dan mungkin bisa mencapai seribu tahun lagi.
Diperkirakan ada 96 karya termasuk 70 puisi yang telah beliau ciptakan semasa hidupnya yang cuma 27 tahun itu kebanyakan kumpulan puisi Chairil Anwar tidak dipublikasikan hingga kematiannya. Puisi terakhir dibuat oleh beliau berjudul Cemara Menderai Sampai Jauh, sedangkan puisinya yang paling terkenal berjudul Aku dan Krawang-Bekasi.
Dengan itu beliau di sebut "Si Binatang Jalang" dan untuk mengenang karya-karyanya, hari kematiannya selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar.
Inilah kumpulan puisi Chairil Anwar paling populer dan tak boleh kalian lewatkan. Yuk kita baca, jangan baca sampai koma tapi bacalah sampai titik.
5 puisi karya Chairil Anwar, Si Binatang Jalang yang menolak dilupakan.
Aku
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Maret 1943
Diponegoro
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai.
Maju.
Serbu.
Serang.
terjang
Februari 1943
Krawang-Bekasi
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
Sia-Sia
Penghabisan kali itu kau datang
membawaku karangan kembang
Mawar merah dan melati putih:
darah dan suci
Kau tebarkan depanku
serta pandang yang memastikan: Untukmu.
Sudah itu kita sama termangu
Saling bertanya: Apakah ini?
Cinta? Keduanya tak mengerti.
Sehari itu kita bersama. Tak hampir-menghampiri.
Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi.
Derai-Derai Cemara
Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah.
Sebenarnya masih banyak kumpulan puisi Chairil Anwar yang tetap melegenda dan tak bisa dilewatkan apalagi dilupakan. Tapi, dengan melihat sebagian karyanya semoga menjadi motivasi serta inspirasi untuk kita sang penerus perangkai kata yang bersahaja.
0 Response to "5 Kumpulan Puisi Chairil Anwar yang Melegenda"
Post a Comment